KEJANG DEMAM
Makalah
Dosen: dr. Natalina Soesilawati SpA
KELAS B TINGKAT II SEMESTER 4
Nur Rachmatur
Rauufah
NIM:0910106050
AKADEMI KEBIDANAN PRIMA INDONESIA
Jl.Bintara 4B Bintara,Bekasi telp: 8846354
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(shu rectal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra
kranium.Sering dijumpai pada anak terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4
tahun.Hampir 3% daripada anak yang
berumur dibawah lima tahun pernah menderitanya(Millichap,1968). Wegman
(1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang berkesimpulan bahwa suhu
yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang.Terjadinya bangkitan
kejang demam bergantung kepa umur,tinggi serta cepatnya suhu meningkat (Wegman
1939,Prichard dan McGreal,1958).faktor hereditas juga mempunyai
peranan.Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan
kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penitrasi yang tidak
sempurna.Lennox 1949 berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita
mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis menemukan beberapa
masalah,diantaranya:
·
Apa pengertian kejang demam?
·
Apa saja macam-macam kejang
demam?
·
Apa saja penanganan kejang
demam?
Disini penulis akan mencoba untuk menemukan jawaban atas segala
permasalahan yang ada.
1.3
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar
kita mengetahui apa itu “Kejang Demam” .Sehingga kita tahu dan bisa lebih memahami lagi tentang apa dan bagaimana
kejang demam itu serta tujuan terakhir yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ilmu Kesehatan Anak tahun ajaran 2011/ 2012.
1.4
Metode Penelitian
Dalam makalah ini penulis
menggunakan metode studi pustaka yaitu dengan membaca buku-buku sumber dan
dengan cara pencarian data dari Internet (www.google.com).
1.5
Kegunaan Penelitian
Diharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca
dengan mengetahui tentang apa dan bagaimana Kejang
Demam.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika yang dilakukan penulis dalam pembuatan makalah ini
adalah:
1.
Pemberian Tema
2.
Mencari bahan
3.
Menyusun
4.
Mengolah data
5.
Menarik kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian/Definisi
Kejang
demam merupakan penyakit kejang yang paling sering dijumpai dibidang Neurologi
khususnya anak. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang
tua, sehingga sebagai dokter kita wajib mengatasi kejang dengan cepat.
Penanganan kejang demam sampai saat ini masih menjadi konversi terutama
mengenai pengobatannya yaitu perlu tidaknya penggunaan obat untuk profilaksis
rumat.
Pedoman
praktis penanganan kejang demam ini ditujukan bagi seluruh teman sejawat,
dokter umum, dokter spesialis anak, dll, sehingga diharapkan terdapat suatu
kesamaan mengenai tata laksana kejang demam dan penanganannya
Adanya
gangguan kejang tidak merupakan diagnosis, tetapi gejala suatu gangguan system
saraf sentral yang mendasar yang membutuhkan pengamatan menyeluruh dan rencana
managemen. Pencetus kejang demam pada umumnya adalah demam tinggi. Kejang demam
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Kejang Demam Sederhana ( KDS ) dan
Kejang Demam Kompleks ( KDK).
Definisi:
Kejang
demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal
diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstracranium. Kejang
demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak
terutama terjadi pada anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun dan jarang sekali
terjadi untuk pertama kalinya pada usia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 3
tahun.
Kejang
demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami
demam tanpa infeksi system saraf pusat. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Kejang
demam harus dibedakan dengan epilepsy, yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam. Selama anak mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan
kesadaran disertai gerakan lengan dan kaki dan kekakuan tubuhnya.
Secara umum kejang demam dapat
diklasifikasikan dalam 2 jenis yaitu Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile
Seizures ) yang merupakan kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15
menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam dan
merupakan 20% diantara seluruh kejang demam. Sedang jenis yang satunya disebut
Kejang Demam Kompleks ( Complex Febrile Seizures ) yaitu kejang yang
berlangsung lebih dari 15 menit dan bersifat fokal atau partial satu sisi atau
kejang umum didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau
lebih dalam 24 jam dan diantara bangkitan kejang anak sadar.
2.2 ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui dengan
pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan infeksi virus saluran
pernafasan atas,radang telinga tengah (OMA),infeksi saluran cerna dan infeksi
saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi,kadang-kadang
demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membrane
tadi,dengan akibat terjadi nya lepas muatan listrik. Lepasnya muatan listrik
ini dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membrane sel tetangganya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.
2.3 PATOGENESIS
Pada keadaan demam,kenaikan suhu 1°C
akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen 20%,akibatnya terjadi perubahan
keseimbangan dari membrane sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari
ion Kalium maupun ion Natrium melalui membrane tadi,sehingga terjadi lepasnya
muatan listrik.
Lepasnya muatan listrik yang cukup
besar dapat meluas ke seluruh sel /membrane sel didekatnya dengan bantuan
neurotransmitter,sehingga terjadi kejang.kejang tersebut kebanyakan terjadi
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh
infeksi di luar susunan saraf pusat. Bukti baru-baru ini menunjukkan bahwa
eksitasi neurotransmitter asam amino (glutamat,aspartat) dapat memainkan peran
dalam menghasilkan eksitasi neuron dengan bekerja pada reseptor sel tertentu.
Adanya gangguan peredaran darah dapat mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan
sel neuron otak. Kejang tonik biasanya ditandai kontraksi dan kekakuan otot
menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik sedangkan kejang klonik
kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,berlangsung selama 1-2
menit,lidah atau pipinya tergigit ,gigi atau rahangnya terkatup
rapat,inkontinensia,gangguan pernafasan,apneu dan kulit kebiruan. Kejang
umumnya berhenti sendiri,begitu kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak,tetapi beberapa
detik/menit kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan
saraf. Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (>15 menit )
sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.
2.4 GAMBARAN KLINIS
Terjadinya bangkitan kejang pada
bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan
cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat,serangan kejang
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,berlangsung singkat dengan
sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,tonik,klonik,fokal atau akinetik.
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam.anak akan terlihat aneh untuk
beberapa saat ,kemudian kaku,anak tidak responsive untuk beberapa waktu,nafas
akan terganggu dan kulit tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang anak
akan normal kembali,kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit,tetapi
walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
2.5 DIAGNOSIS
Pengamatan kejang tergantung pada
banyak factor,termasuk umur penderita,tipe dan frekuensi kejang,ada atau tidak
adanya temuan neurologis dan gejala yang bersifat dasar. Sebagaimana yang kita
ketahui klasifikasi kejang dapat dikelompokkan menjadi Kejang Demam Sederhana
jika kejang berlangsung singkat,kurang dari 15 menit,umumnya berhenti
sendiri,kejang bersifat tonik atau klonik tanpa gerakan fokal,kejang berulang
dalam waktu 24 jam. Gejala klinis Kejang Demam Kompleks jika menunjukkan lama
kejang > 15 menit,kejang fokal atau partial satu sisi,serta kejang umum
didahului kejang partial dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24
jam,diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ø FUNGSI LUMBAL
Pemeriksaan cairan cerebrospinal
dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko
terjadinya meningitis bakterialis adalah 0.6 %-6.7 %. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis
karena manifestasi klinisnya tidak jelas.oleh karena itu pungsi lumbal
dianjurkan pada:
1.
Bayi kurang dari 12
bulan
2.
Bayi antara 12-18 bulan
3.
Bayi > 18 bulan
tidak rutin
Bila
yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Ø ELEKTROENSEFALOGRAFI
Pemeriksaan
ensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsy pada pasien kejang demam.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan demam kejang yang tidak khas,misalnya
kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam
fokal.EEG terindikasi untuk kejang demam atipik atau pada anak yang berisiko
untuk berkembang epilepsy. Kejang demam atipik meliputi kejang yang
menetapselama lebih dari 15 menit,kejang berulang selama beberapa jam atau hari
dan kejang setempat.
Ø PENCITRAAN
Foto
X-ray kepala dan pencitraan seperti computed
tomography scan (CT- Scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan,tidak rutin dan hanya atas
indikasi seperti:(2,3)
1.
Kelainan neurologic
fokal yang menetap(hemiparesis)
2.
Paresis nervus VI
3.
Papil edema
2.7
DIAGNOSA BANDING
1. Meningitis
2. Ensefalitis
3. Abses
otak
2.8
PENATALAKSANAAN
a. Bed
Rest
b. O2
1-2 l/i
c. IVFD
D5% NaCl 0,45%
d. Atasi
kejang dengan
·
Diazepam 0,3 – 0,5 mg/x
beri /IV
6-10 mg/x beri
/IV
Kejang (+)
·
Diazepam 6-10
mg/x beri /IV
Kejang (+)
·
Diazepam 6-10 mg/x beri
/IV
Kejang (+) Kejang (-)
I C U
ü Phenobarbital
8-10 mg/kgBB/hari
selama 2 hari
160-200 mg/hari selama
2 hari
200 mg/hari
ü Phenobarbital
4-5 mg/kgBB/hari selama
2 hari
80-100 mg/hari selama 2
hari
100 mg/hari
Risiko
yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung
dari factor:
1. Riwayat
penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2. Kelainan
dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam
3. Kejang
yang berlangsung lama atau kejang fokal
Beberapa
hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:
1. Tetap
tenang dan tidak panik
2. Kendorkan
pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
3. Bila
tidak sadar,posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung,walaupun kemungkinan lidah tergigit,jangan
memasukkan sesuatu ke dalam mulut
4. Ukur
suhu,observasi dan catat lama dan bentuk kejang
5. Tetap
bersama pasien selama kejang
6. Berikan
diazepam rectal,dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
7. Bawa
ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
2.9
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat,prognosisnya
baik dan tidak menyebabkan kecacatan dan kematian.
Penanggulangan
kejang demam yang tidak tepat dapat menyebabkan epilepsi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat penulis adalah:
Kejang dibedakan menjadi 2 yaitu Kejang
Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizures ) yang merupakan kejang demam yang
berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak
berulang dalam waktu 24 jam dan merupakan 20% diantara seluruh kejang demam.
Sedang jenis yang satunya disebut Kejang Demam Kompleks ( Complex Febrile
Seizures ) yaitu kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit dan bersifat fokal
atau partial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial. Kejang
berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 24 jam dan diantara bangkitan
kejang anak sadar.
Biasanya anak yang ssering terkena kejang
demam berkisar antara 6 bulan sampai 4 tahun.
3.2
Saran
Saran dari penulis untuk pembaca adalah:
Diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami mengenai kejang
demam sehingga bila kejadian kejang demam ini terjadi dirumah,orang tua bisa
melakukan penanganan secara dini sebelum dibawa ke dokter atau bidan.
DAFTAR PUSTAKA
Add caption |
-
Handout IKA
-
Handout Neonatus
-
Abdurrahman,Kejang
Demam, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2 FK
UI,2005,Infomedika,Jakarta,(11),847-54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar