Senin, 02 Juni 2014

Makalah Kejang Demam

KEJANG DEMAM
Makalah 
Tugas Ilmu Kesehatan Anak


Dosen: dr. Natalina Soesilawati SpA

KELAS B TINGKAT II SEMESTER 4
Nur Rachmatur Rauufah
NIM:0910106050



AKADEMI KEBIDANAN PRIMA INDONESIA
Jl.Bintara 4B Bintara,Bekasi telp: 8846354
2011/2012

BAB I

PENDAHULUAN


1.1             Latar Belakang
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (shu rectal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kranium.Sering dijumpai pada anak terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun.Hampir 3% daripada anak yang  berumur dibawah lima tahun pernah menderitanya(Millichap,1968). Wegman (1939) dan Millichap (1959) dari percobaan binatang berkesimpulan bahwa suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang.Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepa umur,tinggi serta cepatnya suhu meningkat (Wegman 1939,Prichard dan McGreal,1958).faktor hereditas juga mempunyai peranan.Lennox-Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penitrasi yang tidak sempurna.Lennox 1949 berpendapat bahwa 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%.

1.2             Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis menemukan beberapa masalah,diantaranya:
·      Apa pengertian kejang demam?
·   Apa saja macam-macam kejang demam?
·   Apa saja penanganan kejang demam?

Disini penulis akan mencoba untuk menemukan jawaban atas segala permasalahan yang ada.

1.3             Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui apa itu “Kejang Demam .Sehingga kita tahu dan bisa lebih memahami lagi tentang apa dan bagaimana kejang demam itu serta tujuan terakhir yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak tahun ajaran 2011/ 2012.

1.4             Metode Penelitian
   Dalam makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka yaitu dengan membaca buku-buku sumber dan dengan cara pencarian data dari Internet (www.google.com).

1.5             Kegunaan Penelitian
Diharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dengan mengetahui tentang apa dan bagaimana Kejang Demam.

1.6             Sistematika Penulisan
Sistematika yang dilakukan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah:
1.      Pemberian Tema
2.      Mencari bahan
3.      Menyusun
4.      Mengolah data
5.      Menarik kesimpulan


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian/Definisi
            Kejang demam merupakan penyakit kejang yang paling sering dijumpai dibidang Neurologi khususnya anak. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua, sehingga sebagai dokter kita wajib mengatasi kejang dengan cepat. Penanganan kejang demam sampai saat ini masih menjadi konversi terutama mengenai pengobatannya yaitu perlu tidaknya penggunaan obat untuk profilaksis rumat.
            Pedoman praktis penanganan kejang demam ini ditujukan bagi seluruh teman sejawat, dokter umum, dokter spesialis anak, dll, sehingga diharapkan terdapat suatu kesamaan mengenai tata laksana kejang demam dan penanganannya
            Adanya gangguan kejang tidak merupakan diagnosis, tetapi gejala suatu gangguan system saraf sentral yang mendasar yang membutuhkan pengamatan menyeluruh dan rencana managemen. Pencetus kejang demam pada umumnya adalah demam tinggi. Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Kejang Demam Sederhana ( KDS ) dan Kejang Demam Kompleks ( KDK).

Definisi:         
            Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstracranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak terutama terjadi pada anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 3 tahun.
            Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi system saraf pusat. Kejang demam  biasanya terjadi pada awal demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsy, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam. Selama anak mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan dan kaki dan kekakuan tubuhnya.
            Secara umum kejang demam dapat diklasifikasikan dalam 2 jenis yaitu Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizures ) yang merupakan kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam dan merupakan 20% diantara seluruh kejang demam. Sedang jenis yang satunya disebut Kejang Demam Kompleks ( Complex Febrile Seizures ) yaitu kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit dan bersifat fokal atau partial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 24 jam dan diantara bangkitan kejang anak sadar.

2.2 ETIOLOGI
            Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkan infeksi virus saluran pernafasan atas,radang telinga tengah (OMA),infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi,kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
            Jadi pada kenaikan suhu tubuh dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membrane tadi,dengan akibat terjadi nya lepas muatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membrane sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.

2.3 PATOGENESIS
            Pada keadaan demam,kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan  kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen 20%,akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membrane sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membrane tadi,sehingga terjadi lepasnya muatan listrik.
            Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel /membrane sel didekatnya dengan bantuan neurotransmitter,sehingga terjadi kejang.kejang tersebut kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat. Bukti baru-baru ini menunjukkan bahwa eksitasi neurotransmitter asam amino (glutamat,aspartat) dapat memainkan peran dalam menghasilkan eksitasi neuron dengan bekerja pada reseptor sel tertentu. Adanya gangguan peredaran darah dapat mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kejang tonik biasanya ditandai kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik sedangkan kejang klonik kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama,berlangsung selama 1-2 menit,lidah atau pipinya tergigit ,gigi atau rahangnya terkatup rapat,inkontinensia,gangguan pernafasan,apneu dan kulit kebiruan. Kejang umumnya berhenti sendiri,begitu kejang berhenti  anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak,tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (>15 menit ) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.

2.4 GAMBARAN KLINIS
            Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat,serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik,tonik,klonik,fokal atau akinetik. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam.anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat ,kemudian kaku,anak tidak responsive untuk beberapa waktu,nafas akan terganggu dan kulit tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang anak akan normal kembali,kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit,tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.

2.5 DIAGNOSIS  
            Pengamatan kejang tergantung pada banyak factor,termasuk umur penderita,tipe dan frekuensi kejang,ada atau tidak adanya temuan neurologis dan gejala yang bersifat dasar. Sebagaimana yang kita ketahui klasifikasi kejang dapat dikelompokkan menjadi Kejang Demam Sederhana jika kejang berlangsung singkat,kurang dari 15 menit,umumnya berhenti sendiri,kejang bersifat tonik atau klonik tanpa gerakan fokal,kejang berulang dalam waktu 24 jam. Gejala klinis Kejang Demam Kompleks jika menunjukkan lama kejang > 15 menit,kejang fokal atau partial satu sisi,serta kejang umum didahului kejang partial dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam,diantara bangkitan kejang anak tidak sadar.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ø FUNGSI LUMBAL
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0.6 %-6.7 %. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas.oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

1.   Bayi kurang dari 12 bulan
2.   Bayi antara 12-18 bulan
3.   Bayi > 18 bulan tidak rutin
      Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

Ø ELEKTROENSEFALOGRAFI
Pemeriksaan ensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsy pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan demam kejang yang tidak khas,misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.EEG terindikasi untuk kejang demam atipik atau pada anak yang berisiko untuk berkembang epilepsy. Kejang demam atipik meliputi kejang yang menetapselama lebih dari 15 menit,kejang berulang selama beberapa jam atau hari dan kejang setempat.

Ø PENCITRAAN
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT- Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan,tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:(2,3)
1.   Kelainan neurologic fokal yang menetap(hemiparesis)
2.   Paresis nervus VI
3.   Papil edema

2.7 DIAGNOSA BANDING
1.      Meningitis
2.      Ensefalitis
3.      Abses otak

2.8 PENATALAKSANAAN
a.       Bed Rest
b.      O2 1-2 l/i
c.       IVFD D5% NaCl 0,45%
 d.      Atasi kejang dengan
·         Diazepam 0,3 – 0,5 mg/x beri /IV
6-10 mg/x beri /IV

     Kejang (+)
·         Diazepam 6-10 mg/x beri /IV

     Kejang (+)
·         Diazepam 6-10 mg/x beri /IV
 


                      Kejang (+)                           Kejang (-)
                        I C U                                
ü Phenobarbital
8-10 mg/kgBB/hari selama 2 hari
160-200 mg/hari selama 2 hari
200 mg/hari
ü  Phenobarbital
4-5 mg/kgBB/hari selama 2 hari
80-100 mg/hari selama 2 hari
100 mg/hari


Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari factor:
1.      Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
2.      Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam
3.      Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:
1.      Tetap tenang dan tidak panik
2.      Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
3.      Bila tidak sadar,posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung,walaupun kemungkinan lidah tergigit,jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut
4.      Ukur suhu,observasi dan catat lama dan bentuk kejang
5.      Tetap bersama pasien selama kejang
6.      Berikan diazepam rectal,dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
7.      Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

2.9 PROGNOSIS
         Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat,prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kecacatan dan kematian.
Penanggulangan kejang demam yang tidak tepat dapat menyebabkan epilepsi.


BAB III

PENUTUP

 3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat penulis adalah:
       Kejang dibedakan menjadi 2 yaitu Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizures ) yang merupakan kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam dan merupakan 20% diantara seluruh kejang demam. Sedang jenis yang satunya disebut Kejang Demam Kompleks ( Complex Febrile Seizures ) yaitu kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit dan bersifat fokal atau partial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 24 jam dan diantara bangkitan kejang anak sadar.
       Biasanya anak yang ssering terkena kejang demam berkisar antara 6 bulan sampai 4 tahun.

3.2 Saran
Saran dari penulis untuk pembaca adalah:
            Diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami mengenai kejang demam sehingga bila kejadian kejang demam ini terjadi dirumah,orang tua bisa melakukan penanganan secara dini sebelum dibawa ke dokter atau bidan.


DAFTAR PUSTAKA

Add caption

-          Handout IKA
-          Handout Neonatus
-          Abdurrahman,Kejang Demam, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2 FK UI,2005,Infomedika,Jakarta,(11),847-54
  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar