TUGAS PENILAIAN
STATUS GIZI
Metode Biokimia
OLEH:
Nama
: Nur Rachamatur Rauufah
NIM : 113213086
Program
Kesmas Non Regular
Kelas A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL AHMAD YANI CIMAHI
2013
PENILAIAN
STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA
PEMERIKSAAN ZAT GIZI
SPESIFIK
- Kurang
Energi Protein (KEP)
Analisis biokimia yang berkaitan dengan
KEP yaitu menyangkut nilai protein tertentu dalam darah atau hasil metabolit
dari protein yang beredar dalam darah dan yang dikeluarkan bersama urin. Jenis
protein yang menggambarkan status gizi seseorang antara lain Prealbumin, Serum
protein dan serum Albumin.
Tabel.
Nilai Prealbumin dalam kaitannya dengan Status Gizi
Status gizi
|
Nilai prealbumin µg/dl
|
Baik*)
Gizi
sedang*)
Gizi
kurang*) Marasmus**)
Gizi
buruk*) Marasmus-Kwashiorkor*)
**)
Kwashiorkor**)
|
23.8 +/-0.9
16.5 +/- 0.8
12.4 +/- 1.0
7.6 +/- 0.6
3.3 +/- 0.2
3.2 +/- 0.4
|
Keterangan :
*)
Menurut klasifikasi Waterlow
**)
Menurut klasifikasi Welcome
Tabel. Batasan dan
Interpretasi Kadar Serum Protein dan Serum Albumin
No
|
Senyawa
& satuan
|
Umur
(tahun)
|
kriteria
|
||
Kurang
|
Margin
|
Cukup
|
|||
1
|
Serum Albumin (gr/100 ml)
|
< 1
1 – 5
6 – 16
16+
Wanita hamil
|
-
-
-
<2.8
<3.0
|
<2.5
<3.0
<3.5
2.8-3.4
3.0-3.4
|
2.5+
3.0+
3.5+
3.5+
3.5+
|
2
|
Serum Protein (gr/100 ml)
|
< 1
1 – 5
6 – 16
16+
Wanita hamil
|
-
-
-
6.0
5.5
|
<5.0
<5.5
<6.0
6.0-6.4
5.5-5.9
|
5.0+
5.5+
6.0+
6.5+
6.0+
|
- Kurang
Vitamin A (KVA)
Tabel Penentuan Masalah Kesehatan Masyarakat (KVA)
Indikator yang digunakan
|
Batas Prevalensi
|
Plasma Vitamin A >= 10 µg/dl
Liver Vitammin A >= 5 µg/dl
|
>=5%
>=5%
|
Analisis vitamin A
melalui sampel darah:
Ø Serum retinol
Kadar serum retinol menggambarkan status
vitamin A hanya ketika cadangan vitamin A dalam hati kekurangan dalam tingkat
berat (<0,07 µmol/g hati) atau berlebihan sekali (>1,05 µmol/g hati). Serum retinol merupakan
indikator yang sering digunakan untuk penentuan tingkat KVA pada populasi
karena banyak laboratorium yang mampu menganalisisnya dan ini merupakan
indikator biokimia status vitamin A
terbaik.
Ø Serum Retinol Binding
Protein (RBP)
RBP adalah protein transpor spesifik
vitamin A, dinamakan holo RBP ketika berikatan dengan retinol, sedangkan bila
tidak ada ikatan dinamakan apo-RBP. Bila cadangan hati menurun, yang timbul
pada tingkat akhir defisiensi vitamin A.
Konsentrasi serum RBP
dapat menggambarkan konsentrasi serum retinol dan karena itu mungkin dapat
digunakan untuk indikator status vitamin A. Penentuan RBP lebih mudah
dibandingkan dengan penentuan serum retinol.
-
Pertama karena RBP
adalah protein, yang dapat dideteksi dengan penentuan imunologi, yang lebih
sederhana dan lebih murah dibandingkan dengan analisis serum retinol HPLC.
Penentuan RBP dapat menggunakan prosedur radioimmunoassay (RIA) yang spesifik
dan sensitive di mana RBP berikatan dengan radioactively labeled antibodies.
Alternatif lain, menggunakan tes secara cepat yang baru yaitu Enzyme
immunoassay (EIA). Hasil uji menunjukkan RBP EIA berhubungan secara bermakna
dengan serum retinol yang dianalisis dengan HPLC.
-
Kedua penanganan serum
lebih mudah karena RBP lebih stabil dibandingkan dengan retinol, tidak sensitif
terhadap cahaya dan kurang sensitif terhadap temperatur, lebih stabil selama
dalam kotak pendingin.
-
Ketiga, analisis RBP
memerlukan amat sedikit serum 10-20 L darah vena yang dapat diambil dari jari.
Ø Serum retinyl ester
Pada orang yang sehat, kandungan retinyl
ester kurang dari 5 persen dari total vitamin A pada serum orang berpuasa. Pada
kondisi kapasitas penyimpanan vitamin A berlebih, misalnya setelah mengasupan
vitamin A dalam jumlah besar (Hypervitaminosis) atau pada penyakit hati,
vitamin A dalam sirkulasi darah berupa retinyl ester dan kemudian meningkatkan
kadar retinyl ester dari darah yang diperiksa. Batas untuk menggambarkan
hypervitaminosis adalah bila retinyl ester >10 persen dari total vitamin A.
Untuk menentukan kadar retinyl ester diperlukan darah saat berpuasa karena
konsentrasi retinyl ester naik setelah mendapat asupan vitamin A. Pengukuran konsentrasi
retinyl ester dalam serum yang paling baik adalah dengan fase normal dari HPLC,
saat di mana kadar rendah serum puasa dapat diukur bersamaan dengan kadar serum
retinol.
Ø Serum karotenoid
Komponen utama dari serum karoten adalah
β-karoten (β-carotene), likopen (lycopene) dan beberapa karotenoid. Diketahui
beberapa faktor non-gizi berpengaruh pada konsentrasi serum karoten, faktor
tersebut adalah umur, jenis kelamin, asupan alkohol, status fisiologis, indeks
massa tubuh dan musim. Merokok juga mungkin mempengaruhi hubungan antara asupan
β-karoten dan kadar serum β-karoten.
Ø Metode stable
isotope dan cadangan total vitamin A
Prosedur isotop dilution hanyalah metode
yang mengukur secara kuantitatif cadangan vitamin A di dalam hati. Yang
dilakukan adalah memberi secara oral tetradeuterated vitamin A. Pemberian
isotop memungkinkan untuk seimbang dengan cadangan vitamin A di dalam tubuh,
kemudian dilakukan pengambilan darah dan rasio dari komponen deurated dan
non-deuterated diukur dengan spektrofotometri.
Ø Relative dose response
(RDR)
Konsentrasi vitamin A dalam hati
merupakan indikator terbaik untuk status vitamin A tubuh. Namun, untuk
menentukan vitamin A dengan biopsi langsung pada orang sehat adalah hal yang
tidak mungkin dilakukan. Metode RDR dapat digunakan untuk menduga cadangan
vitamin A dalam hati karena itu dapat mengidentifikasi seseorang dengan
defisiensi vitamin A marginal. Tes ini didasarkan pada observasi bahwa selama
terjadi kekurangan vitamin A, cadangan dalam hati menurun, Relative Dose
Response (RDR) test, dikembangkan oleh Underwood et al, telah dibuktikan
sebagai indikator yang baik untuk menentukan status vitamin A. Setelah diberi
vitamin A yang dilarutkan dalam minyak, konsentrasi dari retinol plasma (R)
meningkat setelah lima jam pada tingkat yang paling tinggi pada anak yang
mempunyai status vitamin A kurang atau marginal dibandingkan dengan mereka yang
status vitamin A nya cukup. Prosedur ini telah divalidasi dengan menghitung
nilai persentase RDR pada cadangan vitamin A dalam hati yang ditentukan dengan
biopsi. Kelemahan utama dari penggunaan prosedur ini dalam penggunaan di
lapangan adalah memerlukan pengambilan darah dua kali, dengan interval waktu 5
jam.
Ø MRDR (Modified Relative
Dose Response)
Penentuan MRDR didasarkan pada prinsip
yang benar-benar sama dengan RDR. Prinsip MRDR: selama terjadi penurunan
vitamin A apo-RBP berakumulasi dalam
hati. Dengan pemberian test dose, 3,4
didehydroretinyl acetate (vitamin A2) akan muncul setelah 4-6 jam dalam serum terikat pada RBP sebagai 3,4 didehydroretinol (DR). Menurut
Tanumihardjo 1999, MRDR test akan menghasilkan perbedaan yang lebih jelas
dibandingkan dengan konsentrasi serum retinol saja dan hasil secara statistik
lebih kuat dan lebih baik dalam menjelaskan penjelasan status vitamin A pada
populasi.
MRDR tes hanya memerlukan satu
pengambilan darah Sebagai ganti dari pemberian retinyl acetate, digunakan
pemberian sejumlah kecil 3,4-didehydroretinyl acetate. Setelah tiga hingga
delapan jam setelah pemberian 3,4-didehydroretinyl acetate sebagai test dose,
rasio dari didehydroretinol (DR) pada
Retinol (R) dalam plasma secara proporsional kebalikannya terhadap cadangan
vitamin A dalam hati yang berada pada batas kekurangan dan marginal (kurang
dari 0.07 micromol/g hati). MRDR rasio memberi gambaran status vitamin lebih
baik dibandingkan dengan serum retinol. Hasil
tes dari RDR dan MRDR menunjukkan indikasi batas marginal atau penurunan
cadangan vitamin A dalam hati sama dengan yang ditunjukkan oleh konsentrasi
serum retinol.
- Anemia
Gizi Besi (AGB)
Beberapa indikator laboratorium untuk
menentukan status besi, yaitu:
- Hemoglobin (Hb)
- Hematokrit
- Besi serum
- Ferritin serum (Sf)
- Transferring saturation (TS)
- Free erycytes protophophyrin (FEP)
- Unsaturated iron-binding capacity serum
Anemia gizi adalah suatu keadaan dimana
kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap
kelompok umur dan jenis kelamin. Prevalensi anemia paling tinggi pada ibu hamil
(70%) dan pekerja berpenghasilan rendah (40%). Pada anak sekolah sekitar 30%
dan pada anak balita sekitar 40%.
Tabel. Batasan
Hemoglobin Darah
Kelompok
|
Batas
nilai Hb
|
Bayi / balita
Usia sekolah
Ibu hamil
Pria dewasa
Wanita dewasa
|
11 g/dl
12 g/dl
11 g/dl
13 g/dl
12 g/dl
|
Tabel. Batasan Anemia
(Menurut Depkes)
Kelompok
|
Batas
Normal
|
Anak balita
Anak Usia sekolah
Wanita dewasa
Laki-laki dewasa
Ibu hamil
Ibu menyusui > 3 bulan
|
11 gram %
12 gram %
12 gram %
13 gram %
11 gram %
12 gram %
|
- Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
GAKY adalah rangkaian kekurangan yodium
pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari gondok dalam
berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh gangguan mental,
gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa, sering
dengan kadar hormon rendah, angka
lahir dan kematian bayi meningkat.
Disamping itu ada cara lain yaitu dengan melakukan pemeriksaan kadar Tyroid Stimulating Hormone (TSH dalam
darah) dan mengukur ekskresi yodium dalam urine.
Prosedur penentuan kadar yodium
dalam urine dengan metode Cerium adalah
sebagai berikut :
- 10 ml urin didestruksi (pengabuan basah) dengan penambahan 25 ml asam
klorat 28% dan 1 ml kalium kromat 0.5 %.
- Panaskan diatas hotplate sehingga volume larutan menjadi kurang dari
0.5 ml. Larutan ini diencerkan dengan air suling sehingga volume larutan
menjadi 100 ml.
- Dari larutan terakhir ini dipipet 3 ml, kemudian ditambahkan 2 ml asam
arsenit 0.2 N; lalu didiamkan selama 15 menit.
- Ke dalam tiap larutan kemudian ditambahhkan 1 ml larutan cerium (4+)
ammonium sulfat 0.1 M; dikocok kembali didiamkan selama 30 menit. Absorpsi
dilakukan pada panjang gelombang 420 nm.
Kurva standar dibuat dengan
cara yang sama seperti di atas pada kadar yodium 0.01; 0.02; 0.03; 0.04; dan
0.05 ppm. Larutan standar induk yang berkadar 100 ppm dibuat dengan melarutkan
0.0168 g KIO3 dalam 100 ml air suling.Karena kadar yodium dalam urin dinyatakan
dalam mg 1 per g kreatinin, maka diukur pula kadar kreatinin urin dengan cara
sebagai berikut :
- 0.1 ml urin yang telah diencerkan 100 kali ditambahkan 4 ml H2SO4
1/12 N dan 0.5 ml natrium tungstat.
- Setelah itu dikocok dan didiamkan selama 15 menit lalu dipusing selama
10 menit.
- Supernatan dipisahkan lalu ditambahkan 0.5 ml larutan campuran 1 ml
asam pikrat 10% dan 0.2 ml NaOH 10%.
- Setelah didiamkan selama 15 menit, absorpsi larutan dibaca pada
panjang gelombang 520 nm.
Standar kreatinin dengan
konsentrasi 1 mg dikerjakan dengan cara yang sama. Perhitungan kadar yodium per
g kreatinin : jiak diketahui konsentrasi yodium A µg/l urin dan kadar kreatinin
B g/l. maka kadar yodium A/B µg/g kreatinin.
Defisiensi yodium merupakan penyebab
dominan gondok endemik yang diklasifikasikan menurut ekskresi yodium dalam urin
(µg/gr kreatinin), antara lain :
- Tahap
1 : gondok endemik dengan rata-rata >50 µg/gram kreatinin dalam urin.
Pada
keadaan ini
suplai hormon tyroid cukup untuk perkembangan fisik dan mental
yang normal.
- Tahap
2 : gondok endemik dengan rata-rata 25-50 µg/gram kreatinin dalam urin.
Pada
kondisi ini
sekresi hormon tyroid boleh jadi tidak cukup, sehingga menanggung
resiko
hypotyroidisme, tettapi tidak sampai ke kreatinisme.
- Tahap
3 : gondok endemik dengan rata-rata ekskresi yodium dalam urin kurang dari
25mg/gram
kreatinin. Pada kondisi ini populasi memiliki resiko menderita
kreatinisme.
- Obesitas
Di negara maju,
penentuan lemak dalam tubuh dilakukan denganmenggunakan Bio – Impedance
analisis (BIA) untuk mengukur prevalensi massa
lemak / FM (%) dan massa lemak bebas/ FFM (kg). Berikut adalah cara
mengukurnya:
|
||||
Kemudian Desport merumuskan :
FM (%) = 100 X ( 4.95/ D-4.5
)
|
|
|
Keterangan:
Z50 : Start pengukuran dengan
Bio-impedance meter pada 50KHz
H : tinggi (m)
W : Berat badan (kg)
Sex : laki – laki =1, wanita = 0
D : faktor Durenberg
KEUNGGULAN DAN
KELEMAHAN PEMERIKSAAN BIOKIMIA
v Keunggulan
Pemeriksaan
biokimia bila dibandingkan dengan pemeriksaan lain dalam penentuan status gizi
memiliki keunggulan-keunggulan antara lain :
1.
Dapat mendeteksi
defisiensi zat gizi lebih dini
2.
Hasil dari pemeriksaan
biokimia lebih obyektif, hal ini karena menggunakan peralatan yang selalu
ditera dan pada pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga ahli
3.
Dapat menunjang hasil
pemeriksaan metode lain dalam penilaian status gizi
v Kelemahan
Selain
memiliki keunggulan, pemeriksaan biokimia juga memiliki kelemahan, diantaranya
:
1.
Pemeriksaan biokimia
hanya bisa dilakukan setelah timbulnya gangguan metabolisme
2.
Membutuhkan biaya
yang cukup mahal
3.
Dalam melakukan
pemeriksaan diperlukan tenaga ahli
4.
Kurang praktis
dilakukan dilapangan, hal ini karena pada umumnya pemeriksaan laboratorium
memerlukan peralatan yang tidak mudah dibawa kemana-mana.
5.
Pada pemeriksaan
tertentu spesimen sulit untuk diperoleh, misalnya penderita tidak bersedia
diambil darahnya.
6.
Membutuhkan peralatan
dan bahan yang lebih banyak dibandingkan dengan pemeriksaan lain.
7.
Belum ada keseragaman
dalam memilih reference (nilai normal). Pada beberapa reference nilai normal
tidak selalu dikelompokkan menurut nkelompok umur yang lebih rinci.
8.
Dalam beberapa
penentuan pemeriksaan laboratorium memerlukan peralatan laboratorium yang hanya
terdapat dilaboratorium pusat, sehingga didaerah tidak dapat dilakukan.
Sumber:
-
Supriasa,IDN dkk. (2001).
“Penilaian Status Gizi”. Jakarta :
EGC
-
Anonim.“Obesitas”. Diakses
17 Oktober 203, 14:48. http://yunita3504.wordpress.com/obesitas/
-
“Penilaian Status Gizi
Secara Biokimia“. 26 Desember 2009. Diakses 16 Oktober 2013, 15:13. http://hasanah619.wordpress.com/2009/12/26/penilaian-status-gizi-secara-biokimia/
-
Anliyanah.“Penilaian
Biokimia Status Besi (Fe)”. April 2012, 9:18 AM. Diakses 14 Oktober 2013, 18:09.
http://auliya-0210.blogspot.com/2012/04/penilaian-biokimia-status-besi-fe.html
-
Permaesih,Dewi.
“Penilaian Status Vitamin A secara Biokimia”. Februari 2008. Diakses 14 Oktober
2013, 17:50. www.persagi.org
say ini bisa dikirim ke email aku gak ? aku boleh minta file kamuh yg ini gak say?
BalasHapus