Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan
MAKALAH
(Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah KDPK)
MAKALAH
“KELOMPOK 3”Kelas I.B
NUR AZIZAH
NUR HAFIFAH
NUR RACHMATUR RAUUFAH
NURUL APRILIANI
NURUL MUSTAFIDAH
NURYANIH
PRADITA SURYANDARI
PUJI AMBAR WATI
AKADEMI KEBIDANAN PRIMA INDONESIA
Jl.Bintara Raya
4B.Bintara-Bekasi telp:8846354
KOTA BEKASI
2009 / 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh petugas
pelayanan kesehatan adalah proses pemeriksaan fisik pada pasien.Proses
pemeriksaan fisik ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah yang dialami pasien.terutama pemeriksaan fisik terhadap sistem
pencernaan.Dengan mengetahui bagaimana proses pemeriksaan fisiknya maka
data-data pasien yang akan dirawat akan mudah diidentifikasi dan masalah pasien
pun akan segera teratasi.
1.2
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui bagaimana
tentang proses Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan.Sehingga kita tahu dan bisa memeriksa
kondisi pasien terutama pada sistem pencernaannya,serta tujuan terakhir yaitu
untuk memenuhi tugas mata kuliah KDPK tahun ajaran 2009/ 2010.
1.3
Metode Penelitian
Dalam makalah ini penulis
menggunakan metode studi pustaka yaitu dengan membaca buku-buku sumber dan
dengan cara pencarian data dari Internet (www.wikipedia.com).
1.4
Kegunaan Penelitian
Diharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca
dengan mengetahui Proses Pemeriksaan Fisik pada Sistem Pencernaan.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika yang dilakukan penulis dalam pembuatan makalah ini
adalah:
1.
Menentukan tema
2.
Mencari bahan
3.
Menyusun
4.
Mengolah data
5.
Menarik kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PRINSIP DASAR dan
TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK
2.1.1 Prinsip Dasar
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien
untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik,
ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial,yakni
sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
2.1.2 Teknik Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik yang
perlu dipahami, diantaranya :
1.Inspeksi
Inspeksi
merupakan proses pengamatan pasien. Cara efektif melakukan inspeksi
adalah sebagai berikut :
a.
Atur posisi pasien sehingga bagian tubuhnya dapat diamati secara detail
b. Berikan pencahayaan yang cukup
c. Lakukan inspeksi pada area tubuh tertentu untuk
ukuran, bentuk, warna kesimetrisan, posisi dan abnormalitasnya.
d. Bandingkan suatu
area sisi tubuh dengan bagian tubuh yang
lain
e. Jangan melakukan
inspeksi secara terburu-buru
2. Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan dengan indra peraba, yaitu
tangan untuk menentukan ketahanan,kekenyalan,kekerasan, tekstur dan
mobilitas.palpasi membutuhkan kelembutan dan sensitivitas, untuk itu hendaknya
menggunakan permukaan palmar jari, yang dapat digunakan untuk mengkaji posisi,
tektur, konsistensi, bentuk massa dan pulsasi. Pada telaak tangan dan permukaan
ulnar tangan lebih sensitif pada getaran. Sedangkan untuk mengkajitemperatur,
hendaknya menggunakan bagian belakang tangan dan jari.
3. Perkusi
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan melakukan pengetukan
yang menggunakan ujung-ujung jari pada bagian tubuh, untuk mengetahui ukuran,
batasan, konsistensi organ-organ tubuh dan menentukan adanya cairan dalam
rongga tubuh. Ada dua cara dalam perkusi yaitu cara langsung dilakukan dengan
mengetuk secara langsung menggunakan satu atau dua jari. Sedangkan cara tidak
langsung dilakukan dengan menematkan jaritengah tangan di atas permukaan tubuh
dari jari tangan lain, telapak tidak pada permukaan kulit. Setelah mengetuk,
jari tangan ditarik ke belakang.
•
Secara umum hasil perkusi
dibagi menjadi tiga macam, diantaranya
sonor.
Sonor adalah suarau yang terdengar pada perkusi paru-paru normal; pekak suara yang terdengar pada perkusi otot; dan timpali adalah suara yang tersengar pada obdomen bagian lambung. Selain itu, terdapat suara yang terjadi diantara suara tersebut, seperti redup dan hipersonor. Redup adalah suara antara sonor dan pekak sedangkan hipersonor adalah suara diantara sonor dan timpalni.
Sonor adalah suarau yang terdengar pada perkusi paru-paru normal; pekak suara yang terdengar pada perkusi otot; dan timpali adalah suara yang tersengar pada obdomen bagian lambung. Selain itu, terdapat suara yang terjadi diantara suara tersebut, seperti redup dan hipersonor. Redup adalah suara antara sonor dan pekak sedangkan hipersonor adalah suara diantara sonor dan timpalni.
4.Auskultasi
Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh melalui stetoskop. Dalam melakukan auskultasi, beberapa hal yang perlu didengaran diantaranya:
1.Frekuensi atau siklus gelombang bunyi
2. Kekerasan atau amplitudo bunyi
3. Kualitas dan lamanya bunyi
Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh melalui stetoskop. Dalam melakukan auskultasi, beberapa hal yang perlu didengaran diantaranya:
1.Frekuensi atau siklus gelombang bunyi
2. Kekerasan atau amplitudo bunyi
3. Kualitas dan lamanya bunyi
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan
terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan
darah selalu dilakukan pertama kali.
Ø
Tanda
vital
1. Suhu
Pemeriksaan suhu akan
memberikan tanda suhu inti yang secara ketat
dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.Suhu dapat menjadi salah
satu tanda infeksi atau peradangan, yakni demam (di atas >
37°C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia. Suhu tubuh yang jatuh
atau hipotermia juga dinilai.
2.
Tekanan darah
Tekanan darah di nilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi
maksimal jantung
dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan,
kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia,
tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung
berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat
dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja
melakukan lari maraton,
memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien
tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah
tinggi atau hipertensi
diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
3.Denyut
Denyut merupakan pemeriksaan pada
pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada
beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut
dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan,
dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150
denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit.
4.Kecepatan
pernapasan
Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 16-20
penarikan napas per menit
Ø Biometrika
dasar
1.Tinggi
Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi
dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat
pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Anak-anak
berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.
2. Berat atau massa
Berat atau
massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.Indeks massa tubuh digunakan
untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa sehat serta tingkat kegemukan.
3. Nyeri
Pengukuran
nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam klinik, nyeri
diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai '0' (tidak
dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga
'5' (nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien).
2.1.3 Struktur dalam
penulisan riwayat pemeriksaan
Tampilan
umum
- Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien
masuk ke ruangan konsultasi dan berkomunikasi dengan dokter. (misalnya:
pasien terlihat pincang atau pasien mengalami ketulian sehingga sulit
berkomunikasi)
- JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience),
kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia),
tanda kebiruan pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan
bentuk pada kuku jari (Clubbing), pembengkakan (Oedema atau
Edema), dan, pemeriksaan pada nodus limfatikus (Lymph nodes) pada
leher, ketiak,
dan lipatan paha.
Sistem
organ
- Sistem kardiovaskular
- Tekanan darah, denyut nadi, irama
jantung
- Tekanan vena jugularis atau Jugular
veins preassure (JVP), edema perifer, dan bukti edema pulmonaris atau
edema paru.
- Pemeriksaan jantung
- Paru-paru
- Kecepatan pernapasan, auskultasi
paru-paru
- Dada dan payudara
- Abdomen
- Pemeriksaan abdomen
misalnya pendeteksian adanya pembesaran organ (contohnya aneurisma aorta)
- Pemeriksaan rektum
- Sistem reproduksi
- Sistem
otot dan gerak
- Sistem
saraf, termasuk pemeriksaan jiwa
- Pemeriksaan kepala, leher, hidung,
tenggorokkan, telinga (THT)
- Kulit
- Pemeriksaan pada pertumbuhan
rambut
- Pemeriksaan tanda klinis pada
kulit
2.2 SISTEM PENCERNAAN
2.2.1 Pengertian Sistem
Pencernaan
Sistem
pencernaan atau sistem gastroinstestin, Pada
dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga
lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi
di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.
2.2.2 Alat-alat pencernaan
terdiri atas:
- Rongga mulut yang terdiri dari
gigi, lidah, langit-langit dan kelenjar air liur.
- Faring, bagian penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan, pada bagian ini terdapat persimpangan antara saluran
pencernaan dan pernapasan, dengan lambung atau ventrikel.
- Lambung yang merupakan bangunan pembesaran saluran
pencernaan yang membentuk kantong
4. Usus halus atau intestium tenue, terdiri atas dua belas jari atau
duodenum, usus kosong atau jejenum, usus penyaerapan atau
ileum.
5. Usus
buntu atau isekum.
6. Usus besar atau krasum, terdiri atas usus tebal atau kolon dan
poros usus atau rektum.
7. Rektum dan Anus atau lubang pelepasan
GAMBAR SISTEM PENCERNAAN
1) RONGGA MULUT
(CAVUM ORIS)
Pada rongga mulut, makanan dicerna pertama kali,
baik secara mekanik ataupun kimiawi. Proses pencernaan dilakukan oleh gigi dan
lidah secara mekanis, sedangkan kelenjar air liur (glandula salivalis) mencerana
secara kimiawi,dihasilkan Kelenjar
Parotis, Submandibularis dan Sublingualis yang mengandung enzim Amilase
(Ptyalin).
a.Gigi
Gigi manusia dibedakan menjadi
dua yaitu gigi susu pada saat anak-anak dan gigi tetap pada dewasa. Gigi terdi
dari:
1.
gigi seri (insisivum) berfungsi
untuk memotong makanan
2.
gigi taring (caninus) berfungsi
untuk mencabik-cabik makanan
3.
gigi geraham (premolare)
berfungsi untuk mengoyak makanan.
Sturuktur gigi
terdiri darisebagai berikut:
1.
mahkota gigi(korona)
2.
akar gigi (radiks)
3.
leher gigi (kolum)
b. Lidah atau Lingua
Lidah yang terdapat di dalam rongga mulut mempunyai
berbagai fungsi penting yaitu:
- membantu mengaduk makanan di rongga mulut,
- membantu membersihkan mulut,
- membantu bersuara,
- membantu mendorong makanan waktu menelan dan,
- sebagai indra pengecap.
c. Kelenjar air liur
(GLANDULA SALIVALES)
Di dalam rongga mulut bermuara tiga pasang kelenjar air
liur atau kelenjar ludah, ketiga pasang air liur itu adalah :
- glandula parotis, kelenjara air liur dekat telinga yang
menghasilkan getah berbentuk air dan lender serta serta enzin ptyalin.
- glandula submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang atas,
yang menghasilkan ludah yang berupa air atau lender.
- glandula sublingualis atau kelenjar
bawah lidah, menghasilkan ludah yanga berupa air dan lendir.
Kelenjar ludah selain
menghasilkan air lir yang mengandung enzin amilase/ ptialin juga menghasilkan
enzim lisosim yang berfungsi untuk membunuh kuman-kuman yang masuk bersama
makanan dalam rongga mulut.
Fungís air liur adalah untuk:
1. memudahkan menelan dan mencerna makanan.
2. mencerna makanan secara kimiawi, dengan
enzim-enzim yang dihasilkan.
2) FARING(TEKAK)
Pharynx adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menerima makanan dari mulut anda. Bercabang dari pharynx adalah kerongkongan
(esophagus), yang memawa makanan ke lambung, dan trachea atau pipa angin
(windpipe), yang membawa udara ke paru-paru.
Tindakan menelan terjadi pada pharynx sebagian sebagai
suatu refleks dan sebagian dibawah kontrol secara sukarela. Lidah dan
langit-langit mulut yang halus mendorong makanan kedalam pharynx, yang menutup
trachea. Makanan kemudian masuk ke kerongkongan (esophagus).
3)
ESOFAGUS(KERONGKONGAN)
Merupakan saluran yang
memghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya 25cm. Mulai
dari faring sampai mulai masuk kardiak di bawah lambung. Lapisan dinding dari
dalam sampai keluar: lapisan selaput lender (mukosa), lapisan submakosa,
lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjang longitudinal.
Esophagus terletak
dibelakang trakea dan di depan tulang pungung setelah melalui thorax menembus
daifragma masuk ke dalam abdomen menyambung dalam lambung.
4) VENTRIKULUS (LAMBUNG)
Dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi.Lambung
terletak di dalam rongga tubuh di bawah tulang rusuk agak ke arah kiri. Alat
ini merupakan kantung besar yang dapat dibedakan menjadi tiga daerah, yaitu
sebagai berikut:
a. kardiak (bagian yang dekat dengan hati)
b.fundus (bagian tengah yang mengantug)
c.pylorus (bagian bawah dekat dengan usus halus)
Jaringan otot dinding lambung terdiri atas beberapa
lapis. Ada yang
melingkar,memanjang, dan menyeronf. Kalau otot yang berkontraksi secara bergantian memyebabkan makanan di
dalam lambung teraduk sehingga saling bergesekan dan terbentuklan bubur kang
disebut kim (chime), bagian dalam
dinding lambung menghasilkan lendir, sedangkan di daerah fundus menghasilkan
getah lambung. Getah lambung mengandung bermacam-macam zat, misalnya air,
ion-ion garam organik, musin atau lendir yang tersusun atas zat HCl atau asam lambung, dan enzim pencernaan
seperti enzim rennin(enzim yang mampu
menggumpal kasein/sejenis protein dalam susu) dan pepsinogen.
Gambar Struktur Lambung
Pada dinding
lambung juga terdapat kelenjar buntu yang menghasilkan hormone gastrin. Hormone gasterin dilepaskan ke
darah dan akan kembali ke lambung untuk memacu getah lambung. Fungsi HCl atau
asam klorida adalah:
1. untuk mengubah pH ruangan dalam lambung sehigga lebih asam atau
pHnya turun 1-3. hal itu dapat menyebabkan terbunuhnya kuman yang masuk bersama
makanan, mengaktifkan enzim yang dihasilkan oleh getah lambung, misalnya
pepsinogen diaktifkan menjadi pepsin
sehigga dapat berfungsi untuk memecah protein-protein menjadi pepton
2. mengatur membuka dan menutupnya klep antara lambung dan usus dua
belas jari,
3. dan merangsang sekresi getah usus.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi getah lambung antara lain banyaknya makanan yang masuk
dan emosi.
Bila makanan yang
masuk ke lambung sedikit. Produksi HCl sedikit pula. Bila makanan yang masuk ke
lambung banyak maka HCl yang diproduksi banyak pula. Bila keadaan emosi atau
strees dapat terjadi jumlah makanan yang masuk sedikit, tetapi HCl yang
diproduksi banyak. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan selaput lendir l;ambung,
yaitu menyebabkan radang atau ulkus
Pada bayi yang
masih menyusu, kelenjar lambungnya menghasilkan enzim rennin. Fungsi enzim itu
adalah untuk mengendapkan kasein yang terdapat di dalam susu.
Antara lambung dan usus dua belas jari
terdapat sepang klep. Klep yang dekat dengan lambung
membuka bila terangsang oleh asam dan akan menutup bila teransang basa.
Sebaliknya klep yang dekat dengan usus halus akan membuka bila teransang basa
dan akan menutup bila terangsang asam, mekanisme semacam itu akan sangat erat
kaitannya dengan pengaturan pengeluaran makanan dari lambung ke duodenum.
Dengan demikian pengeluran makanan berjalan dikit demi -sedikit
5. INTESTINUM TENEU
(USUS HALUS)
Panjang usus lebih kurang 8,25 m, terbagi atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
- usus dua berlas jari atau duodenum,
panjang Kira-kira 0,25m
- usus kosong atau jejenum, panjang
kira-kira 7m,
- usus penyerap atauileum, panjangnya
Kira-kira 1m.
pencernaan di dalam mulut dan lambung adalah
pencernaan secara mekanis dan secara kimiawi, sedangkan di dalam usus terjadi
hanya kimiawi saja, yaitu pencernanan dengan bantuan enzim. Makanan berbentuk
enzim (kim) yang keluar dari lambung mengandung HCl, jadi bersifat asam. Adanya
HCl mengakibatkan teranasangnya getah-getah usus dengan meneluarkan
hormon-hormon sekretin dan kolestokinin. Hormon tersebut selanjutnya akan ikurt
peredaran darah. Hormon sekretin memacu kelenjar pangkreas untuk mengsekresikan
getah sel-sel kelenjar atau kelenjar liberkunse dan kolestokinin merangsang
empedu untuk mengsekresikan bilus. Bilusnya ditampung di dalam kantung empedu
(vesika felea) adalah hasil perombakan hemoglobin dari eritrosis oleh hati.
Bilus mengadung garam-garam empedu dan bilirubin atau zat warna empedu. Zat itu
berfungsi untuk mengemulsikan lemak dalam keadan emulsi inilah lemak dapat
dihidrolisis oleh enzim lipase. Karena rangsangan hormon sekretin, pangkereas
mengsekresikan getahnya melalui getah pangkereas menuju duodenum. Sebelum
sampai duodenum, saluran pangkereas bersatu dengan saluran empedu. Getah pankreas
mengandung trisinogen, karbohidrase pangkereas dan garan NaHCO.
a. tripsinogen akan diaktifkan oleh
enterokinase menjadi enzim tripsin. Enzim itu berfungsi untuk menghidrolisis
pepton menjadi asan amino
b. Disakaridase berfungsi menghidrolisis
disakarida menjadi monosakarida. Disakade yang penting adalah maltase,
sukrose,dan lactase. Enzim-enzim tersebut berfungsi sebagai berikut:
1. maltase menghidrolisis maltosa menjadi
glucosa dan glucosa
2. sukrose menghidrolisis sucrosa menjadi
glucosa dan fructosa
3. lactase menghidrolisis laktosa menjadi
glucosa dan galaktosa
lipase pangkereas atau strepsin menghidrolisis
emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol. garamNaHCO3 memberikan lingkungan
getah pangkereas aktif dalam lingkungan basa.
GAMBAR
USUS HALUS
Getah usus bersifat basa,
mengandung bermaca-macam enzim. Enzim-enzim tersebut adalah eripsinogen,
disakaridase, dan lipase usus. Erepsinogen merupakan proteinase yang Belem
aktif dan oleh enterokinase, erepsinogen diaktifkan menjadi erepsin, yang
berfunsi untuk menghidrolisis pepton menjadi asam amino.
Disakaridase (sukrase,
lactase, dan maltase) berfungsi untuk menghidrolisis dasakrida menjadi
monodisakarida.
Lipase usus, yang merupakan
enzim pencerna lemak berfunsi untuk menghidrolisis emulsi lemak asam lemak dan
gliserol.
Pada jejenum, makanan diubah menjadi sari makanan
yang Sian diserap oleh jenjot (villus) ileum. Ileum ini mempunyai permukaan
yang berlipat-lipat sehingga Amat efektif untuk penyerapan zat.
Penyerapan lemak
Lemak
diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, asam lemak dan gliserol diserap
oleh pembuluh getah bening usus atau pembuluh Hill mekanisme penyerapan lemak agak kompelek, yaitu sebagai
berikut:
1.
asam lemak disekresikan dengan
garam karbonat mebuntuk senyawa sabun. Senyawa sabun dyserap oleh sel jenjot
usus.
2.
gliserol dapat langsung diserap
oleh sel jenjot usus.
3.
di dalam sel jenjot usus, garam
karbonat dilepaskan, menjadi asam dan gliserol bergabng kembali menjadi lemak.
Selanjutnya, lemak diangkut oleh pembuluh kill
atau pembuluh getah bening usus menuju ke bawah selangka.
Penyerapan Protein
Protein diserap dalam bentuk asam amino oleh kapiler
darah usus. Dari usus, asam amino diangkut ke hati. Di dalam hati asam amino
akan dibongkar untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan sitoplasma akan
disintesis menjadi enzim dan hormone untuk mendukung metabolisme dan
pertumbuhan.
6. INTESTIUM CRASSUM(USUS BESAR)
Sisa bahan makanan yang tidak dapat diserap oleh ileum masuk ke
dalam usus besar, yaitu ke dalam kolon. Sisa makanan akan dibusukan oleh
bakteri Escherichia colli menjadi
H2S, NH4, indole, skatole, pgenol dan vitamin k. di samping itu, pada kolon
terjadi pengaturan kadar air mulalui proses penyerapan dan kalsium. Dengan
gerakan perastaltik, makanan terdorong sedikit demi sedikit menuju kerektum
atau poros usus. Bila lambung terisi makanan maka akan menimbulkan rangsangan
untuk buang air besar atau defekasi. Rangsangan yang diteruskan ke kolon disebut
rangsangan gastrolik.
Antara usus halus dan usus besar terdapat
saluran buntu yang disebut usus buntu. Pada usus buntu, terdapat bagunan
tambahan yang disebut umbai cacing atau apendik.
Bila ada bahan makanan yang masuk ke usus buntu atau apendik dapat menyebabkan
infeksi pada bagian itu. Untuk mencegah makanan ke usus buntu, maka pada lubang
yang menuju ke usus buntu terdapat klep cincin yang disebut empang buahini.
GAMBAR
USUS BESAR
7. REKTUM
Rektum adalah suatu ruang delapan inch yang
menghubungkan usus besar ke dubur (anus). Rektum:
- Menerima feces dari usus besar
- Membiarkan seseorang mengetahui ada feces
yang harus dikeluarkan
- Menahan feces sampai pengeluaran terjadi
Ketika
apa saja (gas atau feces) datang kedalam rektum, sensor-sensor mengirim suatu
pesan ke otak. Otak kemudian memutuskan apakah isi rektum dapat dilepaskan atau
tidak. Jika mereka dapat, sphincters mengendur dan rektum berkontraksi,
mengeluarkan isi-isinya. Jika isi-isinya tidak dapat dikeluarkan, sphincters
berkontraksi dan rektum menampung sehingga sensasinya hilang untuk sementara.
8.ANUS
Lubang
anus merupakan muara akhir dari saluran pencernaan, disebut lubang pelepasan
dinding anus.Ia terdiri dari otot-otot yang melapisi
pelvis (pelvic floor muscles) Lapisan yang langsung membatasi lubang anus terdiri atas otot lurik,
sedangkan disebelah dalamnya terdiri atas otot polos dan
dua otot-otot lain yang disebut anal sphincters (internal dan eksternal).
Pelvic floor muscle menciptakan suatu sudut antara
rektum dan dubur yang memberhentikan feces untuk keluar ketika ia tidak
diharapkan keluar. Anal sphincters menyediakan kontrol feces yang baik.
Internal sphincter selalu ketat, kecuali ketika feces masuk kedalam rektum. Ia
mempertahankan kita continent (tidak melepaskan feces) ketika kita tidur atau
jika kita tidak sadar akan kehadiran feces. Ketika kita mendapat suatu
keinginan untuk membuang air besar, kita mempercayakan pada external sphincter
kita untuk menahan feces sampai kita dapat pergi ke toilet.
Diagram sistem pencernaan manusia bagian perut
2.3 GANGGUAN pada SISTEM PENCERNAAN
2.3.1 Macam-macam Gangguan Pencernaan
Gangguan pada sistem pencernaan
makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan
kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare,
sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).
1.Mulut
*Keracunan makanan,
Umumnya disebabkan oleh bakteri yang terdapat dalam
makanan. Bakteri dalam makanan dapat membahayakan atau menghasilkan racun yang
membahayakan tubuh. Geajala-gejala keracunan makanan meliputi muntah-muntah,
diare, nyeri (sakit) rongga dada dan perut serta demam.
* Parotis/gondong yaitu
infeksi virus pada kelenjar parotis,kelenjar ludah yang terletak dibawah
telinga
* Xerostomia:Produksi air
lliur yang sangat sedikit.Produksi air liur sehari secara normal 1 liter sehari
2. Lambung
* Tukak
Lambung (Ulkus)
Dinding lambung diselubungi mukus
yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim
pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung.
Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung
menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga
perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis
tertentu.
*Kolik
adalah lambung sakit yang salah satunya disebabkan mengkonsumsi alkohol atau
cabai sehingga menyebabkankontraksi otot lambung berulang-ulang.
*Gastritis
*Diflagia yaitu kerusakan lambung yang disebabkan oleh racun
*Kanker lambung,
Yaitu gejala-gejala permulaan dari kanker lambung hampir sama dengan
gejala-gejala yang disebabkan gangguan lain pada alat pencernaan, antara lain
merasa panas, kehilangan nafsu makan, ketidaksanggupan mencerna (salah cerna)
berlangsung terus menerus, sedikit rasa muak, rasa gembung dan rasa gelisah
sesudah makan, dan kadang-kadang timbul rasa nyeri pada lambung
* Maldigesti:Terlalu
banyak makan atau minum suatu zat yang merangsang lambung
3.Usus
*Radang usus buntu/Apendikitis,
Bila usus buntu (umbai cacing) meradang, membengkak dan terisi oleh
nanah. Kondisi ini disebut radang usus buntu atau apendistis.
*Entritis: peradangan
pada usus halus atau usus besar karena infeksi bakteri
*Kolitis peradangan usus besar sampai menyebabkan pendarahan pada usus
*Diare
Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu
cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak
air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas
(stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus.
Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral,
sehingga terjadi dehidrasi.dapat ditimbulkan karena
adanya iritasi pada selaput dinding kolon oleh bakteri disentri, diet yang
jelek, zat-zat beracun, rasa gelisah, atau makanan yang dapat menimbulkan
iritasi pada dinding usus.
*Konstipasi (Sembelit)
Sembelit yang kronis bila defekasi
terlambat, usus besar mengabsorpsi air secara berlebihan dari feses dan
menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Bila hal ini terjadi, pengeluaran
feses menjadi sulit. Menahan buang air besar pada waktu-waktu yang normal dapat
menyebabkan sembelit. Semebleit dapat juga disebabkan emosi seperti rasa
gelisah, cemas, takut atau stress. Sembelit ini
disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan
banyak mengkonsumsi daging
Peritonitis:
merupakan peradangan pada
selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan
makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan
rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus,
sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah
kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada
akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung
adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi
sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.
*Radang
hati yang menular (Hepatitis),
merupakan
infeksi virus pada hati, sering meluas melalui air atau makanan yang
terkontaminasi oleh virus.
*Hemaroid,
adalah
pembengkakkan vena didaerah anus. Hemaroid cenderung berkembang pada
orang-orang yang terlalu lama duduk terus menerus atau pada orang yang
menderita sembelit. Hemaroid juga sering terjadi pada wanita hamil dan
orang-orang yang terlalu gemuk. Gejala-gejala hemaroid meliputi rasa
gatal-gatal, nyeri dan pendarahan.
2.3.2 Gangguan Saluran Pencernaan dan
Pengaruh Dari Faktor Psikologis
Adakalanya ketika dalam keadaan tertekan, kita merasa sakit perut.
Timbulnya gangguan pada saluran cerna cukup sering dikeluhkan dan menjadi
masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit-penyakit yang timbul pada saluran cerna, selain disebabkan oleh adanya
faktor organik (kelainan struktur saluran cerna, infeksi) ternyata 40-60 %
merupakan sindrom fungsional. Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan
walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum
diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor
psikologis. Sindrom fungsional pada gangguan saluran cerna tersebut, antara
lain adalah : gastritis (upper abdominal syndrome), sindrom fungsional
hipogastrium (lower abdominal syndrome), dan aerofagi.
1. GASTRITIS (UPPER
ABDOMINAL SYNDROME)
*Gastritis/maag
adalah suatu radang yang akut atau kronis pada
lapisan mukosa dinding lambung. Radang yang akut dapat disebabkan oleh makanan
yang kotor, dan radang yang kronis disebabkan oleh kelebihan asam dalam
lambung.
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai
penyakit “maag” merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan.
Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada
saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan
faktor psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya
rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau
kiri di bawah lengkung iga.
Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang
menjalar, intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah
makan, tidak ada hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang
timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa
terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan
lain-lain.
Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup
mencolok yaitu sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau
makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa
sakitnya. Mereka memiliki angan-angan untuk dirawat, dimanja, dan untuk
memiliki objek yang diinginkan sehingga mereka sulit menemukan kepuasan yang
dibutuhkannya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat
ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat
adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya.
Tetapi penderita merasa takut tergantung pada orang yang
menguasainya dan ketergantungan ini dirasakannya sebagai suatu penghinaan. Rasa
takut ketergantungan, dan terhina mengakibatkan sikap agresif terhadap mereka,
yang dapat memberikan kepuasan. Timbulnya depresi pada penderita gastritis
dikarena mereka mengelakkan agresi yang timbul agar tidak kehilangan obyek yang
memanjanya, dan ini menimbulkan rasa bersalah (guild) yang dirasakan dirinya
sebagai sesuatu yang sangat buruk.
2.SYNDROM
FUNGSIONAL HIPOGASTRIUM (LOWER ABDOMINAL SYNDROM)
Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini
juga dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan
obstipasi spastic. Tidak ditemukannya penyebab spesifik (infeksi, peradangan
atau gangguan anatomis) dari hasil pemeriksaan pada saluran cerna bagian bawah,
walaupun penderitanya tetap mengeluhkan kelainan pada pencernaannya, merupakan
salah satu petunjuk kecurigaan adanya sindrom fungsional hipogastrium.
Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya
di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses
penderita dapat keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi
spastik).
Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya
harapan-harapan untuk meminta
lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak pada orang
tersebut. Angan-angan utama untuk dimanja telah berhasil diubahnya menjadi
mekanisme-mekanisme pengelak, sehingga tidak timbul reaksi terhadap angan-angan
pemanjaan yang tak dirasa puas. Mereka secara sadar yakin dapat memberi banyak
kepada orang lain namun secara tidak sadar mereka meminta/mengharapkan lebih
banyak lagi.
Penderita gangguan ini pada puncak intelektualitasnya dapat secara
terus terang mengakui bahwa dengan prestasi yang mereka miliki, mereka dapat
meminta lebih banyak. Secara tidak sadar mereka merasa bahwa mereka telah
memberi “terlampau banyak”. Pertahanan diri mereka akan runtuh dan dapat
mengakibatkan timbulnya gangguan saluran cerna tersebut bila mereka merasa
“tidak dapat membayar” atau ketika meraka merasa dirinya “kurang dibayar”.
3.AEROFAGI
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.Gejala-gejala tersebut juga sering disebut sebagai sindrom Roemheld yang terdiri dari rasa sakit di daerah jantung yang disebabkan oleh diafragma yang tertekan ke atas oleh lambung yang membengkak karena terisi oleh udara (meteorismus).
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.Gejala-gejala tersebut juga sering disebut sebagai sindrom Roemheld yang terdiri dari rasa sakit di daerah jantung yang disebabkan oleh diafragma yang tertekan ke atas oleh lambung yang membengkak karena terisi oleh udara (meteorismus).
Penatalaksanaan sindrom fungsional saluran cerna ini memerlukan
kerjasama yang baik dari penderita dan dokter yang merawatnya serta jika
diperlukan dapat meminta bantuan dari seorang psikiater. Karena penyebab yang
mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah hasil pemeriksaan
tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari penderitanya
maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang dialami
penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi gangguan ini.Yang terlebih penting adalah peran serta
dari penderita untuk mengatasi masalah yang dialaminya dengan
petunjuk dan bantuan dari dokter dan psikiaternya.
2.3.3 Implikasi
Teknologi Pada Kelainan Organ Pencernaan
1.Implikasi
di bidang kedokteran dan masyarakat
a. Stomach Tube:
Disebut juga
MAAG-SLANG atau MAGG SONDE(dalam bahasa belanda).Alat kedokteran ini dapat
digunakan sebagai pengumpul getah lambung untuk
membilas/mencuci
isi perut dengan pemberi obat-obatan.
b.Feeding Tube
Alat kedokteran
ini berfungsi untuk memasukkan nutrisi yang berupa cairan tube yang dimasukkan
kedalam mulut maupun hidung pasien.Hal itu dilakukan pada pasien yang mengalami
koma(pingsan),dalam kondisi tertentu,mulut dan tenggorokan pada bayi premature.
c.Rectal Tube
Alat ini
berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas dari usus dan untuk membersihkan
rectum.Cara penggunaan,biasanyasalah satu ujungnya dimasukkan ke anus,dan
satnya lagi dihubynkan dengan gliserin-spluit.
d.Radar Optis
Empat diantara
radar optis yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh untuk pengamatan bagian dalam
alat pencernaan tubuh adalah esofagoskop(untuk mendiagnosis penyakit esophagus),gastrokop(merupakan
tabung lentur yang dilengkapi dengan sederet lensa yang berfungsi untuk
mengamati bagian dalam lambung),peritenioskop(dimasukkan ke dalam menembus
dinding perut untukmempelajari ketidakberesan pada usus) dan sigmodioskop(digunakan
untuk mendiagnosis penyakit pada rektum).
2.Implkasi Teknologi
Pengobatan,Gangguan dan Kelainan Sistem Pencernaan
a.Apendisitis
ditangani dengan pembedahan dan membuan apendik yang meradang,setelah
sebelumnya dilakukan foto rontgen dan diagnosis secara rabaan
b. Radang
Lambung kronis yang disebabkan oleh bakteri seperti helicobacter pylory dapat
dilakukan dengan pemberian obat antibotik dan anti sekretori agar dapat
membunuh bakteri dan menurunkan tingkat keasaman lambung.
c. Kanker
Lambung dapat dilakukan tindakan pembedahan dengan membuang jaringan yang terserang
kanker
d. Diagnosis
penyakit atau kelainan pada system pencernaan juga dapat dilakkan dengan sinar
X Upper Gastrointestisal(UGI).Dengan teknik UGI dapat diketahui kelainan uang
berkaitan dengan tukak lambung,tumor,peradagan,kesalahan posisi anatomi,seperti
hiatal hernia(menggembungnyadiafragma sehinga lambung menjadi menonjol ke
luar),termasuk adanya kista dan pembesaran gan lain dekat jantung.
2.4 BAGAIMANA
CARA PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN
2.4.1 Cara-Cara
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan definisi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
Endoskop (tabung
serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh
jaringan dari dalam tubuh)
Rontgen
Ultrasonografi (USG)
Perunut radioaktif
Pemeriksaan_kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem_pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem_pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa
mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya
*)Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun
pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
- Intubasi_Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.
Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. - Intubasi_Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.
Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedurn diatas tidak menimbulkan nyeri.
*) Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
*) Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
*)Rontgen
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
*)Rontgen
- Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa). - Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
*)Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan pada perut.
*)USG_Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan pada perut.
*)USG_Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.
USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
*)Pemeriksaan_Darah_Samar
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius.Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius.Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
Jumlah darah yang
terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa
diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya
ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.
Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.
2.4.2 PEMERIKSAAN FISIK
1. Mulut(Cavum Oris)
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya
trismus,halitosis,dan labioskisis.
1.Trimus: kesukaran membuka mulut
2. halitosis: bau mulut yang tidak
sedap karena personal higiene yang kurang
3.Labioskisis: keadan bibir yang
tidak simetris
Selanjutnya,dilakukan pemeriksaan
pada gusi untuk menilai edema atau tanda-tanda radang.
Pemeriksaan lidah bertujuan untuk
menilai apakah terjadi kelainankongenital atau tidak.Keadaan yang dapat
ditmukan adalah makroglosia(lidah yang terlalu besar),mikroglosia(lidahnya
terlalu kecil),dan glosoptosis(lidah tertarik kebelakang).Kemudian juga dapat
diperiksa ada tidaknya tremor dengan cara menjulurkan lidah.
Pemeriksaan
gigi anak.Pertumbuhan gigisusu dimulai pada umur 5 bulan,tetapi kadang-kadang
satu tahun.Pada umur 3 tahun,kedua puluh gigi susu akan tumbuh.Kelainan yang
dapat ditemukan pada gigiantara lain,adanya karies gigi yang terjadi akibat
infeksi bakteri.Pemeriksaanselanjutnya,yaitu melihat banyaknya pengeluaran
saliva.Hipersalivasi pada anak-anak kemungkinan terjadi karena gigi mereka akan
tumbuh,atau mungkin juga terjadi karena proses peradangan yang lain.
Cara pemeriksaannya:
1.Lakukan inspeksi di bagian
bibir,mukosa oral,gusi dan gigi,langit-langit mulut,lidah dan faring
2. Dalam menginspeksi bibir
perhatikan warna,kelembaban,pembengkakan dan ulserasi atau pecah-pecah pada
bibir.
3.Dalam memeriksa mukosa oral
mintalah pasien untuk membuka mulut.Dengan pencahayaan yang baik dan bantuan
tongue spatel inspeksi mukosa oral,perhatikan
warna mukosa,pigmentasi,ulserasi dan nodul.Bercak-bercak pigmentasi
normal pada kulit hitam
4.Dalam menginspeksi gusi dan gigi
perhatikan
inflamasi,pembengkakan,pendarahan,retraksi
atau perubahan warna gusi.
5.Dalam menginspeksi langit-langit
mulut dan lidah perhatikanlah bentuk dan warnanya.Terutama bagi lidah
perhatikan juga papilla.Apakah ada bercak atau tidak.
2. Faring (Tekak)
Pemeriksaan
ini bertujuan untuk melihat hyperemia,edema,abses baik retrofaringeal atau
peritonsilar.Edema faring umumnya ditandai dengan mukosa yang pucat dan
sembab,serta dapat ditentukan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat
pada difteri(pseudomembran)
Dalam
memeriksa faring mintalah pasien untuk membuka mulut,dengan bantuan tongueblade
lidah kita tekan pada bagian tengah.Mntalah pasien mengucap “ah” perhatikan
warna atau eksudat
Faringitis
Definisi
Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring1.
Epidemiologi
Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin2, dengan frekuensi yang lebih tinggi terjadi pada populasi anak-anak3. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa4. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit,ini3.
Faringitis akut baik disertai demam atau tidak, pada umumnya disebabkan oleh virus4,5,6, seperti Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenzavirus, Coksakievirus, Coronavirus, Echovirus, Epstein-Bar virus (mononukleosis) dan Cytomegalovirus2,5. Dari golongan bakteri seperti streptokokus beta hemolitikus kelompok A, merupakan kelompok bakteri yang sering ditemukan4,6, sedangkan jenis bakteri yang lain seperti Neisseria gonorrhoeae, Corynobacterium diphtheriae, Chlamydia pneumonia, grup C dan G streptokokus2,3.
Penyebab faringitis yang lain seperti Candida albicans (Monilia) sering didapatkan pada bayi dan orang dewasa yang dalam keadaan lemah atau terimunosupresi3,7. Hal-hal seperti udara kering, rokok, neoplasia, intubasi endotrakeal, alergi, dan luka akibat zat kimia dapat juga menyebabkan faringitis2,3.
Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear6. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak5.
Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring1.
Epidemiologi
Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin2, dengan frekuensi yang lebih tinggi terjadi pada populasi anak-anak3. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa4. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit,ini3.
Faringitis akut baik disertai demam atau tidak, pada umumnya disebabkan oleh virus4,5,6, seperti Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenzavirus, Coksakievirus, Coronavirus, Echovirus, Epstein-Bar virus (mononukleosis) dan Cytomegalovirus2,5. Dari golongan bakteri seperti streptokokus beta hemolitikus kelompok A, merupakan kelompok bakteri yang sering ditemukan4,6, sedangkan jenis bakteri yang lain seperti Neisseria gonorrhoeae, Corynobacterium diphtheriae, Chlamydia pneumonia, grup C dan G streptokokus2,3.
Penyebab faringitis yang lain seperti Candida albicans (Monilia) sering didapatkan pada bayi dan orang dewasa yang dalam keadaan lemah atau terimunosupresi3,7. Hal-hal seperti udara kering, rokok, neoplasia, intubasi endotrakeal, alergi, dan luka akibat zat kimia dapat juga menyebabkan faringitis2,3.
Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear6. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak5.
Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
Manifestasi klinis berbeda-beda
tergantung apakah streptokokus atau virus yang menyebabkan penyakit tersebut.
Bagaimanapun, terdapat banyak tumpang tindih dalam tanda-tanda serta
gejala penyakit tersebut dan secara klinis seringkali sukar untuk membedakan
satu bentuk faringitis dari bentuk lainnya4.
Faringitis
oleh virus biasanya merupakan penyakit dengan awitan yang relatif lambat,
umumnya terdapat demam, malaise, penurunan nafsu makan disertai rasa nyeri
sedang pada tenggorokan sebagai tanda dini. Rasa nyeri pada tenggorokan dapat
muncul pada awal penyakit tetapi biasanya baru mulai terasa satu atau dua hari
setelah awitan gejala-gejala dan mencapai puncaknya pada hari ke-2-3. Suara
serak, batuk, rinitis juga sering ditemukan. Walau pada puncaknya sekalipun,
peradangan faring mungkin berlangsung ringan tetapi kadang-kadang dapat terjadi
begitu hebat serta ulkus-ulkus kecil mungkin terbentuk pada langit-langit lunak
dan dinding belakang faring. Eksudat-eksudat dapat terlihat pada
folikel-folikel kelenjar limfoid langit-langit dan tonsil serta sukar dibedakan
dari eksudat-eksudat yang ditemukan pada penyakit yang disebabkan oleh
streptokokus.
Biasanya nodus-nodus kelenjar limfe
servikal akan membesar, berbentuk keras dan dapat mengalami nyeri tekan atau
tidak. Keterlibatan laring sering ditemukan pada penyakit ini tetapi trakea,
bronkus-bronkus dan paru-paru jarang terkena. Jumlah leukosit berkisar 6000
hingga lebih dari 30.000, suatu jumlah yang meningkat (16.000-18.000) dengan
sel-sel polimorfonuklear menonjol merupakan hal yang sering ditemukan pada fase
dini penyakit tersebut. Karena itu jumlah leukosit hanya kecil artinya dalam
melakukan pembedaan penyakit yang disebabkan oleh virus dengan bakteri. Seluruh
masa sakit dapat berlangsung kurang dari 24 jam dan biasanya tidaka kan
bertahan lebih lamna dari 5 hari. Penyulit-penyulit lainnya jarang ditemukan4.
Faringitis
streptokokus pada seorang anak berumur lebih dari 2 tahun, seringkali dimulai
dengan keluhan-keluhan sakit kepala, nyeri abdomen dan muntah-muntah.
Gajala-gajala tersebut mungkin berkaitan dengan terjadinya demam yang dapat
mencapai suhu 40OC (104O F); kadang-kadang kenaikan suhu tersebut tidak
ditemukan selama 12 jam. Berjam-jam setelah keluhan-keluhan awal maka
tenggorokan penderita mulai terasa sakit dan pada sekitar sepertiga penderita
mengalami pembesaran kelenjar-kelenjar tonsil, eksudasi serta eritem faring.
Derajat rasa nyeri faring tidak tetap dan dapat bervariasi dari yang sedikit
hingga rasa nyeri demikian hebat sehingga membuat para penderita sukar menelan.
Dua per tiga dari para penderita mungkin hanya mengalami eritema tanpa
pembesaran khusus kelenjar tonsil serta tidak terdapat eksudasi. Limfadenopati
servikal anterior biasanya terjadi secara dini dan nodus-nodus kelenjar
mengalami nyeri tekan. Demam mungkin berlangsung hingga 1-4 hari; pada
kasus-kasus sangat berat penderita tetap dapat sakit hingga 2 minggu.
Temuan-temuan fisik yang paling mungkin ditemukan berhubungan dengan penyakit
yang disebabkan oleh streptokokus adalah kemerahan pada kelenjar-kelenjar
tonsil beserta tiang-tiang lunak, terlepas dari ada atau tidaknya limfadenitis
dan eksudasi-eksudasi. Gambaran-gambaran ini walaupun sering ditemukan pada
faringitis yang disebabkan oleh streptokokus, tidak bersifat diagnostik dan
dengan frekuensi tertentu dapat pula dijumpai pada faringitis yang disebabkan
oleh virus4.
Konjungtivitis,
rinitis, batuk, dan suara serak jarang terjadi pada faringitis yang disebabkan
streptokokus dan telah dibuktikan, adanya 2 atau lebih banyak lagi tanda-tanda
atau gejala-gejala ini memberikan petunjuk pada diagnosis infeksi virus4.
Bahan
biakan tenggorokan merupakan satu-satunya metode yang dapat dipercaya untuk
membedakan faringitis oleh virus dengan streptokokus2,4. Menurut Simon, diagnosa
standar streptokokus beta hemolitikus kelompok A adalah kultur tenggorok karena
mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi tergantung dari teknik,
sample dan media. Bakteri yang lain seperti gonokokus dapat diskrening dengan
media Thayer-Martin hangat. Virus dapat dikultur dengan media yang khusus
seperti pada Epstein-Bar virus menggunakan monospot. Secara keseluruhan dari
pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis2.
Terapi
Terapi faringitis virus adalah aspirin atau asetaminofen, cairan dan istirahat baring. Komplikasi seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh invasi bakteri karena adanya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus. Antibiotika dicadangkan untuk komplikasi ini7.
Terapi
Terapi faringitis virus adalah aspirin atau asetaminofen, cairan dan istirahat baring. Komplikasi seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh invasi bakteri karena adanya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus. Antibiotika dicadangkan untuk komplikasi ini7.
Faringitis streptokokus paling baik
diobati dengan pemberian penisilin oral (200.000-250.000 unit penisilin G,3-4
kali sehari, selama 10 hari). Pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan
respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam.
Eritromisin atau klindamisin merupakan obat lain dengan hasil memuaskan, jika
penderita alergi terhadap penisilin4,6.
Dengan tambahan untuk mencukupi terapi
antibiotik terhadap pasien-pasien yang menderita faringitis, tanpa menghiraukan
etiologinya, seharusnya diberikan antipiretik untuk mengatasi nyeri atau demam.
Obat yang dianjurkan seperti ibuprofen atau asetaminofen2.Jika penderita
menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian
kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri.
Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula memberikan sedikit
keringanan gejala terhadap nyeri tenggorokan, dan hal ini dapat disarankan pada
anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama4.Seorang anak dengan
infeksi streptokokus tidak akan menularkan lagi kepada orang-orang lain dalam
beberapa jam setelah mendapatkan pengobatan antibiotik. Sementara itu anak-anak
dengan infeksi virus akan tetap dapat menularkan selama beberapahari4.
SIMULASI_KASUS
Kasus
Seorang anak Tira (8 tahun, berat badan 25 kg) pelajar SD kelas 2, alamat Jl. Kamboja No. 19 Banjarmasin, datang diantar ibunya ke poliklinik jam 10.00 pagi dengan keluhan batuk. Pasien sudah 5 hari batuk, sebelumnya tidak berdahak, sekarang menjadi berdahak kental berwarna kekuningan. Hidung tersumbat bila malam ketika berbaring, sehinggga susah tidur, dan bila bangun pagi tenggorokan terasa nyeri. Tadinya nyeri hilang bila diberi minum air hangat di pagi hari, sekarang nyerinya menetap, terutama bila menelan makanan/minuman. Kalau pagi, nyeri tenggorokannya terasa sekali. Badan mulai panas sejak kemaren, dan tadi malam demamnya tinggi, sampai 390C diukur dengan termometer di rumah. Sudah diberi kompres alkohol, minum banyak dan syrup Novalgin, tapi panasnya hanya turun sebentar. Tanda vital TD = 100/70 mmHg, nadi = 90 kali/menit, respirasi = 28 kali dan suhu 39OC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, hiperemi dan edem konka. Pada faring hiperemi mukosa, ada sputum kental kuning, tidak ada membran putih. Pembesaran kelenjar limfe submandibularis dengan nyeri tekan ringan. Thoraks, abdomen dan akstremitas dalam batas normal.
Diagnosis:Faringitis_dengan_infeksi_sekunder
Kasus
Seorang anak Tira (8 tahun, berat badan 25 kg) pelajar SD kelas 2, alamat Jl. Kamboja No. 19 Banjarmasin, datang diantar ibunya ke poliklinik jam 10.00 pagi dengan keluhan batuk. Pasien sudah 5 hari batuk, sebelumnya tidak berdahak, sekarang menjadi berdahak kental berwarna kekuningan. Hidung tersumbat bila malam ketika berbaring, sehinggga susah tidur, dan bila bangun pagi tenggorokan terasa nyeri. Tadinya nyeri hilang bila diberi minum air hangat di pagi hari, sekarang nyerinya menetap, terutama bila menelan makanan/minuman. Kalau pagi, nyeri tenggorokannya terasa sekali. Badan mulai panas sejak kemaren, dan tadi malam demamnya tinggi, sampai 390C diukur dengan termometer di rumah. Sudah diberi kompres alkohol, minum banyak dan syrup Novalgin, tapi panasnya hanya turun sebentar. Tanda vital TD = 100/70 mmHg, nadi = 90 kali/menit, respirasi = 28 kali dan suhu 39OC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, hiperemi dan edem konka. Pada faring hiperemi mukosa, ada sputum kental kuning, tidak ada membran putih. Pembesaran kelenjar limfe submandibularis dengan nyeri tekan ringan. Thoraks, abdomen dan akstremitas dalam batas normal.
Diagnosis:Faringitis_dengan_infeksi_sekunder
Tujuan_Pengobatan
Tujuan pengobatan untuk mengeliminasi infeksi serta mengurangi atau menghilangkan gejala demam dan nyeri menelan. Meningkatkan daya tahan tubuh anak dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Tujuan pengobatan untuk mengeliminasi infeksi serta mengurangi atau menghilangkan gejala demam dan nyeri menelan. Meningkatkan daya tahan tubuh anak dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Daftar Kelompok Obat
Beserta Jenisnya yang Berkhasiat
KelompokObat:
1. Antibiotik : Amoksisillin,Eritromisin
2 Analgetik,antipiretik,Asetaminofen,Ibuprofen
2 Analgetik,antipiretik,Asetaminofen,Ibuprofen
Farmakokinetik,
Farmakodinamik, serta Interaksi ObatAntibiotik
1. Amoksisillin
2.Eritromisin
Farmakokinetik
Basa eritomisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas; aktivitasnya hilang oleh cairan lambung dan absorbsi diperlambat oleh makanan di lambung. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung, basa eritromisin diberi selaput yang tahan atau digunakan dalam bentuk ester stearat atau etilsuksinat. Dengan dosis oral 500 mg eritromisin basa dapat dicapai kadar puncak 0,3-1,9 ug/ml dalam waktu 4 jam9.
Farmakokinetik
Basa eritomisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas; aktivitasnya hilang oleh cairan lambung dan absorbsi diperlambat oleh makanan di lambung. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung, basa eritromisin diberi selaput yang tahan atau digunakan dalam bentuk ester stearat atau etilsuksinat. Dengan dosis oral 500 mg eritromisin basa dapat dicapai kadar puncak 0,3-1,9 ug/ml dalam waktu 4 jam9.
Hanya 2,5% eritromisin yang diekskresi dalam
bentuk aktif di urin. Eritromisin mengalami pemekatan dalam jaringan hati.
Kadar obat aktif dalam cairan empedu dapat melebihi 100 kali dari kdar didalam
darah. Masa paruh eliminasi eritromisin adalah sekitar 1,6 jam. Dalam keadaan
insufisiensi ginjal tidak diperlukan modifikasi dosis. Eritromisin berdifusi
dengan baik ke berbagai jaringan tubuh kecuali ke otak dan cairan
serebrospinal. Kadarnya dalam jaringan prostat hanya sekitar 40% dari kadar
yang tercapai. Pada ibu hamil, kadar eritromisin dalam sirkulasi fetus adalah
5-20% dari kadar obat dalam sirkulasi darah ibu dan obat ini diekskresi
terutama melalui hati 9.
Farmakodinamik
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin yaitu bersifat bakterisid dan menghambat sintesis dinding sel10, melalui mekanisme penghambatan pelepasan rantai peptida-tRNA yang berasal dari ribosom sehingga proses sintesis dari RNA tergantung protein berhenti2.
Reaksi terhadap tubuh yang muncul seperti alergi yang mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksamtem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah reaksi kepekaan yang terutama timbul oleh eritromisin eskolat, gejalanya seperti nyeri perut, mual dan muntah. Kemudian timbul ikterus, demam, dan leukositos9.
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin yaitu bersifat bakterisid dan menghambat sintesis dinding sel10, melalui mekanisme penghambatan pelepasan rantai peptida-tRNA yang berasal dari ribosom sehingga proses sintesis dari RNA tergantung protein berhenti2.
Reaksi terhadap tubuh yang muncul seperti alergi yang mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksamtem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah reaksi kepekaan yang terutama timbul oleh eritromisin eskolat, gejalanya seperti nyeri perut, mual dan muntah. Kemudian timbul ikterus, demam, dan leukositos9.
Interaksi Obat
Eritromisin dapat meningkatkan
toksisitas apabila digunakan bersama dengan salah satu obat seperti teofilin,
digoksin, karbamazepin dan siklosporin. Selain itu dapat meningkatkan efek
antikoagulan dari warfarin, meningkatkan resiko rabdomiolisis bila digunakan
bersama dengan lovastatin dan simvastatin2.
1.Asetaminofen
Farmakokinetik
Asetaminofen diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh. Dalam plasma, 25% asetaminofen terikat protein plasma dan dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil oleh asam sulfat. Metabolit hasil dari hidroksilasi obat ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Asetaminofen diekskresi melalui ginjal, sebaian besar dalam dalam bentuk konjugasi dan sebagian kecil sebagai asetaminofen (3%)12.
Farmakodinamik
Efek analgetik asetaminofen yaitu mengurangi nyeri dari nyeri ringan sampai sedang9. Efek antipiretik dengan mekanisme langsung melalui pusat pengatur panas di hipotalamus melalui pengeluaran panas tubuh dengan cara vasodilatasi dan berkeringat1.
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu asetaminofen tidak digunakan sebagai antireumatik. Asetaminofen merupakan pnghambat prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa12.
Efek terhadap hati yaitu dapat mengakibatkan hepatotoksik yang biasanya terjadi pada hari kedua dan ditandai dengan peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase, serta pemanjangan masa protrombin. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensepalofati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat dapat pulih dalam beberapa minggu12.
Interaksi Obat
1.Asetaminofen
Farmakokinetik
Asetaminofen diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh. Dalam plasma, 25% asetaminofen terikat protein plasma dan dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil oleh asam sulfat. Metabolit hasil dari hidroksilasi obat ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Asetaminofen diekskresi melalui ginjal, sebaian besar dalam dalam bentuk konjugasi dan sebagian kecil sebagai asetaminofen (3%)12.
Farmakodinamik
Efek analgetik asetaminofen yaitu mengurangi nyeri dari nyeri ringan sampai sedang9. Efek antipiretik dengan mekanisme langsung melalui pusat pengatur panas di hipotalamus melalui pengeluaran panas tubuh dengan cara vasodilatasi dan berkeringat1.
Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu asetaminofen tidak digunakan sebagai antireumatik. Asetaminofen merupakan pnghambat prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa12.
Efek terhadap hati yaitu dapat mengakibatkan hepatotoksik yang biasanya terjadi pada hari kedua dan ditandai dengan peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase, serta pemanjangan masa protrombin. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensepalofati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat dapat pulih dalam beberapa minggu12.
Interaksi Obat
Apabila
digunakan bersama rifampin dapat mengurangi egek analgetik asetaminofen,
sedangkan apabila digunakan bersama-sama dengan salah satu obat seperti
barbiturat, karbamazepin, hidantoin, dan isoniazid dapat meningkatkan
hepatotoksik asetaminofen1.
2.Ibuprofen
Farmakokinetik
Ibuprofen diabsorbsi cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai sekitar 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam dan 90% ibuprofen terikat pada protein plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap, kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya12.
Farmakokinetik
Ibuprofen diabsorbsi cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai sekitar 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam dan 90% ibuprofen terikat pada protein plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap, kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya12.
Farmakodinamik
Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik11. Efek anti inflamasi dan analgetiknya melalui mekanisme pengurangan sintesis prostaglandin1.Efek ibuprofen terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan aspirin, indometasin atau naproksen. Efek lainnya yang jarang seperti eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, dan ambliopia toksik yang reversibel12.
Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik11. Efek anti inflamasi dan analgetiknya melalui mekanisme pengurangan sintesis prostaglandin1.Efek ibuprofen terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan aspirin, indometasin atau naproksen. Efek lainnya yang jarang seperti eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, dan ambliopia toksik yang reversibel12.
Interaksi Obat
Penggunaan ibuprofen
bersama-sama dengan salah satu obat seperti hidralazin, kaptopril, atau
beta-blocker dapat mengurangi khasiat dari obat-obat tersebut. Sedangkan
penggunaan bersama dengan obat furosemid atau tiazid dapat meningkatkan efek
diuresis dari kedua obat tersebut1.
Pengendalian Obat
Diagnosa kasus ini adalah faringitis akut.
Berdasarkan hasil anamnesis di asumsikan penderita menderita faringitis akut
yang disebabkan oleh bakteri. Karena menurut Harold, faringitis virus biasanya
ditandai oleh gejala batuk, hidung berair, dan bersin-bersin. Pernyataan ini
diperkuat oleh Berhman dan teman-teman yang menyatakan bahwa konjungtivitis,
rinitis, batuk dan suara serak, telah dibuktikan lebih sering ditemui pada
faringitis yang diakibatkan oleh virus. Dengan demikian penderita
memerlukan terapi antibiotik dan analgetik.
Pilihan antibiotik pada kasus ini adalah antibiotik golongan makrolid yaitu eritromisin. Pertimbangannya yaitu penderita sensintif terhadap penisilin dan eritromisin juga memiliki khasiat bakteriostatik dan/atau bakterisid sehingga dapat digunakan untuk menggantikan penisilin. Analgetik yang digunakan yaitu golongan para amino fenol yaitu asetaminofen karena memiliki kerja analgetik dan antipiretik.
Pilihan antibiotik pada kasus ini adalah antibiotik golongan makrolid yaitu eritromisin. Pertimbangannya yaitu penderita sensintif terhadap penisilin dan eritromisin juga memiliki khasiat bakteriostatik dan/atau bakterisid sehingga dapat digunakan untuk menggantikan penisilin. Analgetik yang digunakan yaitu golongan para amino fenol yaitu asetaminofen karena memiliki kerja analgetik dan antipiretik.
Resep yang diberikan terdiri dari antibiotik
oral dan analgetik oral dalam bentuk suspensi karena penderita mengeluh nyeri
tenggorokan. Antibiotik diberikan selama 10 hari dimaksudkan untuk mencegah
rekurensi dan mencegah komplikasi seperti demam rheumatik dan glomerulonefritis
pasca infeksi streptokokus3. Analgetik diberikan hanya dalam waktu 3 hari
karena hanya digunakan untuk mengurangi apabila terdapat gejala demam dan
nyeri.
3. Esofagus(Kerongkongan)
Pemeriksaan
Kerongkongan
1.Pemeriksaan barium.
Penderita
menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi
(teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau
difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan
kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus).
Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium,
bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan
lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara
normal.
Cairan barium yang
ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan
kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh
jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor
2.Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa
menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal
atau tidak.
3.Pengukuran pH
kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam
atau tidak.
4.Uji Bernstein
(Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam
kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini
digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi
kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya
peradangan kerongkongan (esofagitis).
4. Ventrikulus (lambung)
Kecanduan Kerja Picu
Gangguan Lambung
Ada kabar buruk untuk pecandu kerja atau workacholic.
Bila Anda punya kebiasaan bekerja tanpa mengenal waktu, ternyata berpotensi
tinggi terserang gangguan lambung. “Kebiasaan lupa makan, dan stres akibat
pekerjaan menumpuk dapat menjadi biang keladi terganggunya kesehatan
pencernaan,” kata dr.Hindrawati SpPD, ahli penyakit dalam.Umumnya, dr.
Hindrawati menjelaskan gangguan lambung disebabkan oleh pola makan tidak
teratur, penggunaan obat-obatan, seperti obat pereda sakit, infeksi, stres atau
depresi hingga komplikasi dengan penyakit lain. Rasa cemas yang diikuti stres
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan gangguan motilitas
(gerakan) lambung.
Pada dasarnya sekresi asam lambung dipengaruhi oleh
saraf dan hormon. Sistem saraf yang bekerja adalah saraf simpatis dan
parasimpatis. Sedangkan hormon yang bekerja adalah hormon gastrin, histamin,
somatostasin, serotonin dan glukagon.
Secara teknis rasa cemas akibat pekerjaan menyebabkan
saraf simpatis bekerja lebih aktif menstimulas hormon cathecholamin. Akibatnya,
hormon tersebut akan meningkat dan menyebabkan sekresi asam lambung ikut
melonjak.
Cara mudah mencegah dan menangani keluhan kesehatan ini
adalah dengan memperbaiki pola makan, gaya hidup dan menjauhi stres. Bila Anda
dituntut untuk sering kerja lembur, sebaiknya kerjakan semua tugas kantor
dengan tenang sehingga Anda jauh dari rasa cemas berlebihan. Selain itu,
luangkan sedikit waktu untuk bersantai tanpa memikirkan urusan pekerjaan.
Jika stres yang memicu gangguan lambung, Anda perlu menjalani beberapa prosedur diagnosis. Dokter akan terlebih dahulu mencari tahu riwayat timbulnya penyakit. Misalnya, apa yang membuat Anda stres. Tahap selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Biasanya, dokter juga akan melakukan pemeriksaan gastroduodenoskopi dan biopsi yang kemudian dilanjutkan dengan diagnosis banding dengan kasus gangguan lambung akibat sebab lainnya.
Jika stres yang memicu gangguan lambung, Anda perlu menjalani beberapa prosedur diagnosis. Dokter akan terlebih dahulu mencari tahu riwayat timbulnya penyakit. Misalnya, apa yang membuat Anda stres. Tahap selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Biasanya, dokter juga akan melakukan pemeriksaan gastroduodenoskopi dan biopsi yang kemudian dilanjutkan dengan diagnosis banding dengan kasus gangguan lambung akibat sebab lainnya.
Karena itu, sebaiknya problem lambung ini jangan
disepelekan. Masalahnya, bila keluhan ini dibiarkan berlanjut terus-menerus,
bagian pencernaan lainnya, seperti usus besar juga bisa diserang. Akibatnya,
dapat muncul peradangan atau infeksi.
Pantangan Bagi Pengidap
Gangguan Lambung
Gejala gangguan lambung bisa ditandai dengan keluhan
perasaan lambung tak enak, kram perut,perut kembung, nafsu makan berkurang,
mual dan muntah. Kondisi ini bisa terjadi karena kondisi lambung tidak toleran
terhadap makanan yang merangsang asam lambung.Asam lambung yang mudah
meningkat, kerapkali membuat penderita maag atau gangguan lambung ini peru
menjaga pola makan, dan memilih jenis makanan yang tepat.
Penderita gangguan lambung sebaiknya menghindari makanan
yang merangsang asam lambung. Seperti, makanan terlalu pedas, asam, asin,
terlalu manis, terlalu panas, atau terlalu dingin. Makanan yang menimbulkan
gas, seperti nangka dan durian, juga perlu dihindari.
Selain itu, hindari juga jenis makanan berlemak seperti
keju atau cokelat. Pasalnya, makanan berlemak dapat mengganggu metabolisme pada
lambung
Disarankan penderita gangguan lambung juga tidak mengonsumsi makanan
terlalu pedas. Jenis makanan ini bisa membuat perut kembung dan dapat menyebabkan
luka pada lambung.
Solusinya,
- makan dengan jarak waktu teratur
adalah prinsip utama. Makanlah setiap 3 jam, sementara itu pengobatan
untuk gangguan lambung tetap dijalankan. Penderita juga disarankan untuk
perbanyak mengonsumsi air putih, karena fungsi air putih itu akan memperlancar
saluran makanan.
- Kurangi jumlah makanan Anda hingga
1/3 atau 1/2 dari porsi yang biasa Anda makan.
- Ganti camilan dengan buah-buahan
segar yang tidak asam. Minum susu nonfat tanpa gula atau teh hangat, juga
tanpa gula. Sebagai teman minum teh, Anda boleh juga memilih biskuit
crackers sebanyak 3 lembar.
- Jangan pernah membiarkan perut
Anda terlalu lama kosong. Di samping mengurangi makan, cobalah teratur
berlatih olahraga aerobik, misalnya jalan kaki setengah jam sehari.
Setiap manusia hampir pasti pernah
mengalami sakit perut. Baik yang ringan maupun yang berat. Seringkali kita
mengganggapnya sebagai sakit maag, atau yang dikenal dalam dunia kedokteran
sebagai dispepsia (karena istilah “maag” dalam bahasa latin berarti lambung).
Gejala sakit maag dapat menyerupai luka lambung. Luka yang dalam dinamakan
tukak. Tukak lambung disebabkan oleh karena produksi asam lambung yang tinggi
dan iritasi oleh bakteri yang terdapat di lambung. Ada dua macam kelainan utama
pada lambung,yaitu kelainan fungsional dan kelainan organik. Kelainan
fungsional lebih berkaitan dengan gangguan fungsi lambung, tidak ada perubahan
anatomi organ lambung saat dilakukan pemeriksaan klinis, biokimiawi, hingga
pemeriksaan penunjang lain seperti USG, endoskopi, rontgen, atau CT scan. Gejalanya
perut mual, ingin muntah, nyeri ulu hati, lambung terasa penuh, bersendawa,
cepat kenyang, perut keroncongan, hingga sering buang gas. Kelainan ini
merupakan kelainan terbanyak yang oleh orang awam dianggap gangguan maag.
Penyebab
Luka
pada lambung merupakan penyakit yang serius. Jika dibiarkan, luka pada lambung
dapat memicu terjadinya kanker. Luka pada lambung dapat disebabkan oleh
berbagai hal, antara lain :
- Obat penghilang rasa sakit yang bersifat
iritatif terhadap lambung seperti obat rematik dan aspirin bisa
menimbulkan luka lambung. Pemakain yang terus menerus dapat menyebabkan
terjadinya tukak lambung (peptic ulcer). Namun, bagi orang yang lambungnya
lemah, baru sekali minum obat ini saja sudah dapat menyebabkan terjadinya
luka lambung. Luka ini dapat mengancam jiwa jika menyebabkan terjadinya
robekan pada dinding lambung.
- Makanan yang terlalu pedas, terlalu asam,
alcohol, dan soda dapat memicu iritasi dan luka lambung.
- Bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) juga
dapat menyebabkan terjadinya luka lambung. Belum jelas bagaimana bakteri
tersebut ditularkan. Diduga penularan terjadi melalui jalur oral atau
akibat makanan yang terkontaminsi. Infeksi bakteri ini sering terjadi pada
anak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Komplikasi
Komplikasi
yang paling serius adalah meningkatnya risiko terjadinya kanker lambung,
terutama jika terjadi penipisan terus menerus dan perubahan dari sel-sel
lambung. Kanker ini berkembang perlahan pada jaringan sistem kekebalan di
dinding lambung. Jika diketahui pada tahap awal, kanker ini dapat disembuhkan.
Diagnosa
Pada
pasien yang dicurigai adanya gangguan pada lambung, dapat dilakukan berbagai
pemeriksaan tambahan antara lain :
- Pemeriksaan darah, untuk melihat adanya
antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan pasien
pernah kontak dengan bakteri tersebut, namun belum tentu terinfeksi.
- Pemeriksaan pernapasan, tes ini dapat
menentukan apakah pasien terinfeksi H. pylori atau tidak.
- Pemeriksaan feses, untuk melacak secara
pasti bakteri H. pylori dan juga apakah ada darah pada feses.
- Endoskopi saluran cerna atas. Tes ini dapat
melihat ketidaknormalan pada saluran cerna atas secara langsung. Jika terlihat
adanya jaringan yang mencurigakan, maka dilakukan tindakan biopsy.
Pengobatan
Agar
penyakit tidak kambuh, pemberantasan H. pylori harus tuntas dilakukan
(eradikasi). Kongres H. pylori sedunia di Sydney pada tahun 1990 sepakat
menyatakan pengobatan dapat dilakukan dengan three drug treatment yaitu
tetrasiklin (TC), metronidazole (MNZ), dan amoksisilin (AMPC) atau
klaritromisin (CAM). Namun karena beberapa obat tersebut harus diminum
bersamaan, maka seringkali menimbulkan reaksi alergi. Karena itu, Jepang dan
beberapa negara lainnya sejak 1994 lebih sering menggunakan AMPC dan CAM
dikombinasi denganproton-pump inhibitor (PPI). PPI digunakan agar pH (tingkat
keasaman) dalam pencernaan mendekati netral, dan dua jenis antibiotic itu tidak
bekerja aktif dalam keasaman lambung. Akhir 1994, dunia kedokteran Italia
mengumumkan bahwa dosis normal PPI dan CAM ditambah antiprozoal selama satu
minggu akan menghasilkan eradikasi sampai 90%.
Penderita luka lambung
yang tidak kunjung sembuh harus diperiksa lebih teliti. Penyakit maag memang
merupakan penyakit umum yang biasanya dapat disembuhkan dengan obat jenis
antacid. Namun kalau tidak sembuh dalam 2 minggu, harus diperiksa lebih lanjut.
5.Intestinum Teneu (Usus
Halus)
Introduksi
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan memotong sebagian segmen usus
yang rusak atau tidak memungkinan untuk
dipertahankan lagi karena berbagai sebab, untuk kemudian disambung kembali
b. Ruang lingkup
Adanya kelainan yang menyebabkan kerusakan baik sebagian atau
seluruh lingkaran usus sehingga ticlak memungkinkan lagi untuk dipertahankan
maka dilakukan reseksi usus untuk kemudian disambung kembali
c. Indikasi operasi
Perforasi
usus oleh karena trauma atau infeksi usus dengan bagian usus yang tidak sehat, tumor usus halus dan usus besar yang
masih dapat dilakukan reseksi.
d.
Kontra indikasi
Keadaan umum tidak
memungkinkan dilakukan operasi
e. Diagnosis Banding
Tidak
ada
f. Pemeriksaan penunjang
Roentgen
BOF ½ duduk, dan LLD untuk melihat
udara bebas
Colon
in loop
Barium
Follow through
Teknik Operasi
- Posisi pasien
tidur terlentang
- Insisi di
linea mediana dengan panjang sesuai perkiraan bagian usus yang mengalami
perforasi atau nekrosis.
- Insisi diperdalam sampai mencapai cavum
peritoneum
- Seluruh pus, fases dan cairan kotor yang
terdapat dalam cavum abdomen dihisap keluar
- Dilakukan indentifikasi bagian usus yang
mengalami nekrosis secara sistematis dan seterusnya.
Sebelum melakukan reseksi, pastikan
dahulu bahwa usus tidak sehat sehingga ada indikasi untuk dilakukan reseksi. Tanda usus tidak sehat adalah permukaannya tidak mengkilap, tampak
kering, warna kebiruan bahkan kehitaman, tidak ada kontraksi, tidak berdarah
dan tidak ada pulsasi pembuluh darah, serta seromuskuler terkelupas.
Keluarkan bagian usus yang tidak sehat tersebut diluar cavum abdomen,
berikan alas dengan kain kasa dibawahnya untuk mencegah kontaminasi kedalam
cavum peritoneum.
Identifikasi lokasi pembuluh darah yang memberikan suplai pada usus
yang tidak sehat tersebut, kemudian ligasi pembuluh darah tersebut. Lakukan
pemotongan mesenterium menuju
tepi-tepi usus yang tidak sehat tersebut secara segmental. Tepi-tepi
usus dipotong dengan menggunakan pisau, hindari menggunakan diatermi
karena akan merusak lapisan usus. Rawat perdarahan dengan diatermi. Evaluasi
kembali vaibilitas tepi-tepi usus
yang telah dipotong.
Dekatkan kedua tepi usus yang telah dipotong untuk membandingkan
diameter lumen yang akan disambung. Jika terdapat perbedaan diameter lumen maka
dilakukan eksisi tepi usus tersebut sehingga tedadi kesamaan diameter lumen. Dilakukan
teugel pada ujung-ujung usus dengan benang silk 3/0 jarum nontraumatik.
Kemudian dilakukan penjahitan secara seromuskuler dengan benang non absorbable multi filament sintetik 3/0 secara
kontinu mulai dari sisi belakang usus. Hal yang lama kemudian diulangi untuk
sisi depan usus. Jarak antara jahitan satu
dengan lainnya kira-kira 1/2
cm. Pastikan tepi-tepi serosa usus telah tertutup rapat.
Setelah itu evaluasi kembali viabilitas usus, pastikan lumen tidak
terlalu sempit dengan cara mempertemukan ujung jari dengan ibu jari operator
pada lokasi anastomosis
Komplikasi Operasi
Kebocoran anastomosis,Infeksi,Perdarahan,Sepsis
Mortalitas
Tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Perawatan pasca
Bedah
Penderita dipuasakan. Lama puasa tergantung lokasi
usus dan jenis kelainan yang mendasarinya.
Selama puasa penderita diberikan Total Parenteral Nutrisi dengan jenis dan komposisi tergantung
fasilitas yang ada.
Pemeriksaan
laboratorium yang dikerjakan selama perawatan adalah Darah Lengkap, albumin
serum, Natrium dan Kalium serum.Kelainan hasil laboratorium hares segera dikoreksi.
Follow-Up Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi
klinis penderita secara keseluruhan.
1.Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2.Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2.Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
3.Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
4.Manifestasi
Klinik Masa tunas typhoid
10 – 14 hari
a. Minggu I
Pada
umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan
dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,
epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
pada minggu II gejala
sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor
pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
5.Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra
intestinal
1) Komplikasi
kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis.
2) Komplikasi darah :
anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar
dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal :
glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang
: osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi
neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer,
sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
6. Penatalaksanaan
a.. Perawatan.
1) Klien diistirahatkan 7
hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan
usus.
2) Mobilisasi bertahap
bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
b. Diet.
1) Diet yang sesuai ,cukup
kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut
dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam
diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan
nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
c. Obat-obatan.
1) Klorampenikol
2) Tiampenikol
3) Kotrimoxazol
4) Amoxilin dan
ampicillin
7. Pencegahan
Cara pencegahan yang
dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan
khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah
(yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
dan hindari makanan pedas
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa
literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis
relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada
pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN
SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darahBila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
c. Biakan darahBila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu
laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh
perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang
baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan
selama perjalanan Penyakit.
Biarkan darah terhadap
salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada
minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa
lampau
Vaksinasi terhadap demam
typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi
ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam
media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
d. Uji Widal
Uji
widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien
dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang
dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang
dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang
dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari
ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi uji widal :
a.Faktor yang berhubungan
dengan klien :
1. Keadaan umum : gizi
buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3. Penyakit – penyakit
tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak
dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma
lanjut.
4. Pengobatan dini dengan
antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat
pembentukan antibodi.
5. Obat-obatan
imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat
terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan
klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil
uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang :
beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama,
sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi
pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi
antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Faktor Presipitasi dan
Predisposisi
Faktor presipitasi dari
demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella
typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan,
jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak
teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang
tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc
dan menyiapkan makanan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin
muncul pada klien typhoid adalah :
a. Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.
b. Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
a. Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.
b. Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
c. Hipertermi b.d proses
infeksi salmonella thypi.
d. Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang
tidak adekuat.
3. Perencanaan
Berdasarkan
diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada
klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :
Diagnosa 1:Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Diagnosa 1:Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan :
Ketidak
seimbangan volume cairan tidak terjadi,Kriteria hasil :
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batasnormal,tanda-tanda dehidrasi tidak adaIntervensi :Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
Diagnosa. 2:Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan intake yang tidak adekuat
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batasnormal,tanda-tanda dehidrasi tidak adaIntervensi :Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
Diagnosa. 2:Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Resiko nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil :Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.
Intervensi :Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).
Kriteria hasil :Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.
Intervensi :Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).
Diagnosa 3:Hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan:Hipertermi
teratasi
Kriteria hasil :
Suhu, nadi dan pernafasan
dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan
dengan masalah typhoid.
Intervensi :
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
Diagnosa 4:Ketidak
mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Kebutuhan sehari-hari
terpenuhi
Kriteria hasil :
Mampu melakukan
aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi :
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
Intervensi :
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
Diagnosa 5:Resti infeksi
sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
Bebas dari eritema,
bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi
purulen/drainase serta
febris.
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
Diagnosa 6:Kurang
pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi
yang tidak adekuat
Tujuan :Pengetahuan keluarga
meningkatKriteria hasil :
Menunjukkan pemahaman
tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam
pengobatan.
Intervensinya :
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
4.Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
Sebagai saluran terakhir
pencernaan makanan, usus berpotensi terkena kanker dari makanan yang kita
konsumsi. Ada lima stadium dengan sifat masing-masing dan besaran kemungkinan
bertahan hidup yang semakin kecil bagi pasien.
Pemeriksaan medis
Fiberoptik kolonoskopi:
Memasukkan sejenis pipa terbuat dari serat optik ke dalam usus
melalui anus (dubur). Kamera yang terdapat pada alat itu bisa digunakan untuk
melakukan pemeriksaan apakah dalam usus terdapat polip atau tidak.
CT Scan.
Pemeriksaan darah:
Menentukan tumor marker CEA (carcino-embryonis antigen) dalam darah.
Perawatan
Kemoterapi
Radiasi
Kemoterapi
Radiasi
Operasi
Pemotongan usus besar yang sakit, dan menyambungkan kembali dua ujung bagian usus besar yang sehat.
Pemotongan usus besar yang sakit, dan menyambungkan kembali dua ujung bagian usus besar yang sehat.
Teknik laparoskopi:
Melalui beberapa lubang kecil yang dibuat dibeberapa titik di perut.
Operasi dilakukan dengan alat-alat kecil yang dioperasikan lewat lubang-lubang
itu dan dipantau lewat layar monitor.
Deteksi Dini:
Seperti
halnya deteksi dini kanker mulut rahim menggunakan papsmear atau untuk kanker
payudara memakai mamografi, terhadap kanker kolon pun bisa dilakukan deteksi
dini.
Deteksi
dini kanker kolon dianjurkan kepada mereka yang telah menginjak usia 50 tahun.
Tetapi bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah terkena kanker
ovarium, kolon dan kanker paru, disarankan melakukan deteksi dini sebelum usia
50 tahun.
Kanker
kolon dianggap sebagai penyakit yang perjalanannya lambat. Karena itu
masyarakat dianjurkan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan darah yang ada
dalam tinja dan kolonoskopi.
“Sebaiknya
deteksi dini dilakukan sejak usia 40 tahun bagi yang memang memiliki riwayat
ketiga jenis kanker tersebut dalam keluarganya,” kata dr Aru W Sudoyo,
konsultan hematologi dan onkologi medik dari FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo
kepada Media Indonesia, pekan lalu di ruang kerjanya.
Apalagi bagi mereka yang
telah mengalami gejala, seperti perdarahan pada saat buang air besar dan
tertutupnya jalan usus atau penyumbatan,” lanjut Aru, deteksi dini sangat
disarankan..
Setelah
itu, dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah samar (occult
blood) secara berkala, apakah terdapat darah pada tinja atau tidak. Kemudian
pemeriksaan secara visual dengan endoskopi di kolon atau disebut kolonoskopi.
Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi
mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun.
Pemeriksaan
kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak
menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus
mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan
ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan
kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya,
sekaligus biopsi tumor bila ditemukan.
Cara
lain untuk menunjang diagnosis kanker kolon adalah dengan enema barium. Pada
pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui
dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan
ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu
diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi.
Pemeriksaan ini juga
dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter.
Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.
Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran
makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi
ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh
darahnya. Aru mengatakan dengan deteksi dini diharapkan kanker kolon dapat
segera ditangani atau diterapi. Beberapa terapi, seperti kemoterapi dan radiasi
dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kolon
Jika nanahnya sangat kental atau telah
terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit
dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang
selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong
lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).
Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis
diberikan terapi antibiotik jangka panjang.Pengumpulan cairan karena tumor pada
pleura sulit untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk kembali
dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah
terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika pengumpulan cairan terus
berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang
melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau
serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan
kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan
cairan tambahan.
Jika darah memasuki rongga pleura
biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.Melalui selang tersebut bisa juga
dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase
dan streptodornase). Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak
dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan
untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan
atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.
Kanker Usus Halus
DEFINISI
Kebanyakan tumor usus halus adalah jinak.Tumor ganas yang kurang sering ditemukan meliputi karsinoma, limfoma dan tumor karsinoid.
TUMOR JINAK
Kebanyakan tumor usus halus adalah jinak.Tumor ganas yang kurang sering ditemukan meliputi karsinoma, limfoma dan tumor karsinoid.
TUMOR JINAK
Tumor jinak pada usus halus meliputi:
- Lipoma (sel-sel lemak)
- Neurofibroma (sel-sel saraf)
- Fibroma (jaringan ikat)
- Leiomioma (sel-sel otot).
Kebanyakan tumor jinak tidak menyebabkan gejala. Tetapi
tumor yang berukuran besar bisa menyebabkan terdapatnya darah salam tinja,
penyumbatan usus (sebagian atau total), atau penjeratan usus bila satu bagian
usus masuk ke usus yang berada di depannya (intususepsi).
Bisa dilakukan pemeriksaan endoskopi untuk mengamati
tumor dan mengambil contoh untuk pemeriksaan mikroskopik.Foto rontgen barium
dapat menunjukkan seluruh usus halus dan bisa digunakan untuk menggambarkan
keadaan tumor.
Arteriografi (foto rontgen yang diambil setelah zat
warna disuntikkan ke dalam pembuluh darah) bisa dilakukan pada pembuluh darah
usus, terutama bila tumornya berdarah.Teknetium radioaktif bisa disuntikkan ke
dalam pembuluh darah dan dilihat hasilnya pada foto rontgen. Prosedur ini
membantu menentukan lokasi dari tumor yang berdarah.Perdarahan kemudian dikoreksi
dengan pembedahan.Pertumbuhan kecil bisa dihancurkan melalui endoskopi dengan
elektrokauter, panas atau fototerapi laser.Untuk pertumbuhan yang besar,mungkin
perlu dilakukan pembedahan.
TUMOR GANAS
Karsinoma pada usus
halus jarang terjadi. Tetapi lebih sering terjadi pada penderita penyakit Crohn
di usus halus.Limfoma, kanker yang terjadi pada sistem getah bening, bisa
tumbuh pada bagian tengah usus halus (jejunum) atau bagian bawah usus halus
(ileum).Limfoma bisa menyebabkan bagian usus menjadi kaku dan memanjang.
Kanker ini lebih sering ditemukan pada penderita
penyakit seliak.Usus halus, terutama ileum, adalah bagian yang paling sering
terkena tumor karsinoid.
Tumor bisa menyebabkan penyumbatan dan perdarahan ke dalam usus, yang bisa menimbulkan gejala berupa darah dalam tinja, nyeri kram perut, perut menggelembung dan muntah.Tumor karsinoid bisa mengeluarkan hormon yang menyebabkan diare dan kemerahan di kulit.Diagnosis kanker usus halus dibuat berdasarkan hasil foto rontgen barium, endoskopi atau pembedahan eksplorasi.
Pengobatan terbaik adalah pengangkatan tumor.
Tumor bisa menyebabkan penyumbatan dan perdarahan ke dalam usus, yang bisa menimbulkan gejala berupa darah dalam tinja, nyeri kram perut, perut menggelembung dan muntah.Tumor karsinoid bisa mengeluarkan hormon yang menyebabkan diare dan kemerahan di kulit.Diagnosis kanker usus halus dibuat berdasarkan hasil foto rontgen barium, endoskopi atau pembedahan eksplorasi.
Pengobatan terbaik adalah pengangkatan tumor.
Sarkoma Kaposi
Sarkoma Kaposi yang sangat ganas, terutama terjadi di
Afrika dan pada penerima organ cangkokan serta penderita AIDS.
Tumor ini bisa dimulai di bagian usus mana saja, tetapi biasanya dimulai dari lambung, usus halus atau di akhir usus besar
Tumor ini bisa dimulai di bagian usus mana saja, tetapi biasanya dimulai dari lambung, usus halus atau di akhir usus besar
Walaupun biasanya
tidak menimbulkan gejala, penderita bisa mengalami diare dan tinjanya bisa
mengandung protein dan darah.Bisa terjadi intususepsi (masuknya sebagian usus
ke dalam usus di dekatnya), cenderung menyumbat usus dan menghentikan aliran
darah ke usus, sehingga perlu dilakukan pembedahan darurat.
Sarkoma Kaposi juga bisa muncul sebagai bintik merah keunguan di
kulit.
Untuk memperkuat diagnosis, perlu dilakukan pembedahan eksplorasi.
Pengobatannya adalah pengangkatan tumor melalui pembedahan.
Untuk memperkuat diagnosis, perlu dilakukan pembedahan eksplorasi.
Pengobatannya adalah pengangkatan tumor melalui pembedahan.
6. Intestinum Crassum(Usus
Besar)
Tes-Tes Untuk
Mendeteksi Kanker Usus Besar
Ketika kanker usus besar dicurigai, salah satu dari suatu lower GI
series (barium enema x-ray) atau colonoscopy dilakukan untuk menkonfirmasikan
diagnosis dan melokalisir tumor.
Suatu barium enema melibatkan pengambilan x-rays dari usus besar dan
rektum setelah pasien diberikan suatu enema dengan suatu cairan yang putih
seperti kapur yang mengandung barium. Barium memperlihatkan usus-usus besar
pada x-rays. Tumor-tumor dan kelainan-kelainan lainnya tampak sebagai
bayangan-bayangan gelap pada x-rays.
Colonoscopy adalah suatu prosedur dimana dokter memasukkan suatu
tabung panjang penglihat yang lentur kedalam rektum dengan tujuan memeriksa
bagian dalam dari seluruh usus besar. Colonoscopy pada umumnya dipertimbangkan
lebih akurat daripada barium enema x-rays, terutama dalam mendeteksi
polip-polip kecil. Jika polip-polip usus besar ditemukan, mereka biasanya
diangkat melalui colonoscope dan dikirim ke ahli patologi. Ahli patologi
memeriksa polip-polip dibawah mikroskop untuk memeriksa kanker. Ketika mayoritas
(kebanyakan) dari polip-polip yang diangkat melalui colonoscopes adalah jinak
(ramah), banyak adalah yang belum bersifat kanker (precancerous). Pengangkatan
dari polip-polip sebelum bersifat kanker mencegah pengembangan dari kanker usus
besar dimasa depan dari polip-polip ini.
Jika pertumbuhan-pertumbuhan yang bersifat kanker ditemukan sewaktu
colonoscopy, contoh-contoh jaringan yang kecil (biopsies) dapat diperoleh dan
diperiksa dibawah mikoroskop untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Jika kanker
usus besar dikonfirmasikan oleh suatu biopsy, pemeriksaan-pemeriksaan
pementasan dilakukan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar pada
organ-organ lain. Karena kanker kolorektal cenderung untuk menyebar ke
paru-paru dan hati, tes-tes pementasan biasanya memasukkan x-rays dada,
ultrasonography, atau suatu scan CAT scan dari paru-paru, hati, dan perut.
Kadangkala, dokter dapat mendapatkan suatu tes darah untuk CEA
(carcinoembyonic antigen). CEA adalah suatu unsur yang dihasilkan oleh beberapa
sel-sel kanker. Ia adakalanya ditemukan dalam tingkat-tingkat yang tinggi pada
pasien-pasien dengan kanker kolorektal, terutama ketika penyakitnya telah
menyebar.
Polip Usus Besar & Rektum
DEFINISI
Polip adalah pertumbuhan jaringan dari dinding usus yang menonjol ke dalam usus dan biasanya tidak ganas.Polip bisa tumbuh dengan atau tanpa tangkai dan ukurannya bervariasi. Polip paling sering ditemukan di rektum dan bagian bawah usus besar (kolon), dan jarang ditemukan di kolon bagian atas.
Sekitar 25% penderita kanker usus besar juga memiliki polip di tempat lain di usus besar. Jika polip adenomatosa di kolon tidak diangkat, kemungkinan akan menjadi ganas. Makin besar ukurannya, makin besar resiko terjadinya keganasan.
Polip adalah pertumbuhan jaringan dari dinding usus yang menonjol ke dalam usus dan biasanya tidak ganas.Polip bisa tumbuh dengan atau tanpa tangkai dan ukurannya bervariasi. Polip paling sering ditemukan di rektum dan bagian bawah usus besar (kolon), dan jarang ditemukan di kolon bagian atas.
Sekitar 25% penderita kanker usus besar juga memiliki polip di tempat lain di usus besar. Jika polip adenomatosa di kolon tidak diangkat, kemungkinan akan menjadi ganas. Makin besar ukurannya, makin besar resiko terjadinya keganasan.
GEJALA
Kebanyakan polip tidak menyebabkan gejala, tapi gejala paling sering terjadi adalah perdarahan dari rektum. Polip yang besar bisa menyebabkan kram, nyeri perut atau penyumbatan usus. Polip yang bertangkai panjang jarang turun ke bawah melalui anus. Polip besar dengan bentuk seperti jari (adenoma vilus) bisa mengeluarkan air dan garam, menyebabkan diare cair yang bisa menyebabkan menurunnya kadar kalium darah (hipokalemia). Jenis polip ini lebih sering berkembang menjadi keganasan (kanker).
Kebanyakan polip tidak menyebabkan gejala, tapi gejala paling sering terjadi adalah perdarahan dari rektum. Polip yang besar bisa menyebabkan kram, nyeri perut atau penyumbatan usus. Polip yang bertangkai panjang jarang turun ke bawah melalui anus. Polip besar dengan bentuk seperti jari (adenoma vilus) bisa mengeluarkan air dan garam, menyebabkan diare cair yang bisa menyebabkan menurunnya kadar kalium darah (hipokalemia). Jenis polip ini lebih sering berkembang menjadi keganasan (kanker).
DIAGNOSA
Pada pemeriksaan colok dubur akan dapat dirasakan oleh jari tangan adanya polip di rektum. Selain itu, polip biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin sigmoidoskopi.
Bila pada sigmoidoskopi ditemukan polip, maka dilakukan kolonoskopi untuk memeriksa keseluruhan usus besar. Pemeriksaan ini dilakukan, karena seseorang sering memiliki polip lebih dari satu dan karena polip bisa bersifat ganas.
Pada kolonoskopi juga dilakukan pengambilan contoh jaringan untuk biopsi dari daerah yang kelihatannya ganas.
Pada pemeriksaan colok dubur akan dapat dirasakan oleh jari tangan adanya polip di rektum. Selain itu, polip biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin sigmoidoskopi.
Bila pada sigmoidoskopi ditemukan polip, maka dilakukan kolonoskopi untuk memeriksa keseluruhan usus besar. Pemeriksaan ini dilakukan, karena seseorang sering memiliki polip lebih dari satu dan karena polip bisa bersifat ganas.
Pada kolonoskopi juga dilakukan pengambilan contoh jaringan untuk biopsi dari daerah yang kelihatannya ganas.
PENGOBATAN
*Penderita diberi obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus. Lalu polip diangkat selama kolonoskopi dengan menggunakan pisau bedah atau lingkaran kawat yang dialiri arus listrik. Bila polip tidak memiliki tangkai atau tidak dapat diambil selama kolonoskopi, mungkin perlu dilakukan pembedahan perut.
*Penderita diberi obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus. Lalu polip diangkat selama kolonoskopi dengan menggunakan pisau bedah atau lingkaran kawat yang dialiri arus listrik. Bila polip tidak memiliki tangkai atau tidak dapat diambil selama kolonoskopi, mungkin perlu dilakukan pembedahan perut.
*Ahli patologi memeriksa polip yang telah diambil.
*Bila polip bersifat ganas, pengobatan tergantung kepada
faktor-faktor tertentu. Contohnya, resiko penyebaran kanker lebih tinggi jika
kanker sudah mencapai tangkai polip atau lebih dekat ke tempat pemotongan.
Resiko penyebaran kanker juga bisa didasarkan pada hasil pemeriksaan ahli
patologi terhadap penampakan polip di bawah mikroskop.
*Bila resikonya rendah, tidak diperlukan pengobatan
lebih lanjut. Bila resikonya tinggi, bagian usus besar yang terkena diangkat
melalui pembedahan dan potongannya disambungkan lagi.
*Jika polipnya sudah diangkat, setahun kemudian dan
dalam selang waktu yang ditentukan oleh dokternya, seluruh usus besar diperiksa
dengan kolonoskopi.
*Bila pemeriksaan tidak mungkin dilakukan karena telah terjadi penyempitan usus besar, maka digunakan barium enema. Setiap polip yang baru harus diangkat.
*Bila pemeriksaan tidak mungkin dilakukan karena telah terjadi penyempitan usus besar, maka digunakan barium enema. Setiap polip yang baru harus diangkat.
OBSTRUKSI USUS
A.Pengertian
Obstruksi usus dapat
didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon
sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.
Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap
hidup.
Obstruksi usus merupakan penyumbatan
intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau
mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen
usus.
Etiologi
1. Perlengketan
:
Lengkung usus menjadi melekat
pada area yang sembuh secara lambat atau pasda jaringan parut setelah
pembedahan abdomen
2. Intusepsi :
Salah satu bagian dari usus
menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus.
Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang
memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anaka-anak
dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang
bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan
bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus :
Usus besar yang mempunyai
mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan
dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada
usus halus yang terputar pada mesentriumnya
4. Hernia :
Protrusi usus
melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen
5. Tumor :
Tumor yang ada dalam
dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan
pada dinding usus.
B.Faktor Predisposisi
Penyakit
ini merupakan penyakit bawaan yang disebabakan disfungsi umum kelenjar eksokrin
pancreas. Keadaan ini menyebabakan berkurangnya enzim pancreas yang mengalir ke
lumen usus halus sehingga issi usus halus menjadi kental dan menyumbat lumen
usus. Gambaran radiologist yang ditemukan ialah pelebaran usus
dan tampak bayangan udra yang granular diantara mekonium yang kental tersebut.
C.Gejala
Gejala klinis yang ditimbulkan
oleh gangguan pasase usus tergantung oleh 3 faktor, yaitu :
1. letak
obtruksi
gejala muntah makin menonjol bila letak obstruksi
makin kearah oral, sedangkan kembung hanya terbatas pada epigastrium. Bila
letak obtruksi lebih ke arah anal, gambaran kembung yang lebigh jelas dan dapat
meliputi seluruh perut, sedangkan muntah baru timbul kemudian.
2.
Lamanya obtruksi
Pada bayi baru lahir udara mencapai kolon setelah
12 jam.
3.
Obtruksi total atau parsial
Pada obstruksi tinggi baik parsial maupun total,
gejal muntah akan sangat mencolok. Pada obtruksi parsial rendah di dapatkan
gejala kembung, tetapi muntah sangat jarang.
Pada bayi harus dipikirkan terdapat obstruksi usus
bila terdapat trias yang terdiri darai gangguan pasase mekonium, muntah
(terutama muntah berwarna hijau), perut kembung.
Muntah akan menyebablan
penderita kehilangan air dan elektrolit dan mula-mula akan menyebabkan
alkalosis hipokloremik dan hipokalemia. Muntah yang tidask mendapat perawatan
seharisnya akan dapat menimbulkan aspirasi. Perut yang kembung akan
menyebabakan transudasi intra-intestinal sehingga kehilangan air terjadi lebih
banyak lagi dan timbul hipoproteinenia. Desakan perut yang kembung akan
menyebabkan gangguan pernapasan, sehingga timbul hipoksemia dan sianosis.
D.Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi
usus adalah sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik
dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis
peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang
oleh cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan
intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke
darah. Oleh karena sekitar 8
liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi
dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan penyedotan
usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan
elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan
ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia,
insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan
perfusi jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi.
Peregangan usus yang terus
menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan
sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat
distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi
toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi sistemik.
Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan
akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik
vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya
gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan
darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar
yang cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang.
E.Klasifikasi
a.Obstruksi Usus Halus
Gejala awal biasanya berupa
nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan
dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan
darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus.
Pada obstruksi komplet,
gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik
arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum
maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di area
gastriuntestinalyang terjadi, semakin jelas adaanya distensi abdomen. Jika
berlaanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat
dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
b.Obstruksi Usus Besar
Nyeri perut yang bersifat
kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi
intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup
ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum,
konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya
abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat
dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri
abdomen bawah.
F.Pemeriksaan Laboratorium
a.Obstruksi Usus Halus :
Diagnosa didasarkan pada
gejala yang digambarkan diatas serta pemeriksaan sinar-X. Sinar-X terhadap
abdomen akan menunjukkan kuantitas dari gas atau cairan dalam usus. Pemeriksaan
laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan
menunjukkan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan
infeksi
b.Obstruksi Usus
Besar :
Diagnosa
didasarkan pada pemeriksaan simtoma-tologi dan sinar-X. Sinar-X abdomen (datar
dan tinggi) akan menunjukkan distensi abdomen. Pemeriksaan barium
dikontraindikasikan.
G.Komplikasi
1.
Peritonitis septicemia
2.
Syok hipofolemia
3.
Perforasi usus
H.Penatalaksanaan
1.Medis
Dasar pengobatan
obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan
syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan
fungsi usus kembali normal.
a.Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus
melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus
obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi
yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra
vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium,
klorida dan kalium).Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus
tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti
hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
b.Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi
relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan
dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum,
dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat
memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah
reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.
1.Asuhan Kebidanan
Tindakan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Anak di puasakan
2. Pemberian cairan
dan elektrolit yang sesuai secara parenteral
3. Pengosongan
lambunmg dan usus dengan cara menghisapnya terus –menerus
4. Anak
ditidurkan dengan posisi setengah duduk dengan kepala mirng atau lebih rendah
sesuai letak obstruksi
7 Abdomen(Perut)
Pemeriksaan abdomen pada
anak dilakukan dengan cara inspeksi,auskultasi,palpasi dan perkusi.Pemeriksaan
auskultasi harus dilakukan terlebih dahulu agar bising usus atau peristaltik
usus yang akan didengarkan tidak dipengaruhi oleh stimulasi dari luar melalui
palpasi atau perkusi.Organ yang diperiksa dalam abdomen,antara lain hati,ginjal
dan lambung.
1.Inspeksi: Dilakukan
untuk menilai ukuran dan bentuk perut.Apabila membuncit simetris,dapat terjadi
hipokalemi,hipotiroid,penimbunan lemak,peforasi,asites,dan illeus
obstruktif.Apabila membuncit Asimetris,maka kemungkinan dijumpai pada
poliomyelitis,pembesaran organ intra abdominal,illeus dan
lain-lain.Kemudian,dapat diamati gerakan pada dinding perut.
2.Auskultasi: Dilakukan
dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan adanya suara peristaltic usus
normal yang terdengar setiap 10-30 detik.Peristaltik usus meningkat(nyaring)
pada obstruksi traktus gastrointestinal dan menurun pada peritonitis atau
illeus.Selain itu,suara bising(bruit)juga kemungkinan dapat terdengar pada
seuruh permukaan perut pada koarktasio aorta abdominalis.Apabila suara ini
dapat terdengar pada daerah ginjal bagian posterior,kemungkinan terjadi
konstriksi salah satu arteri renalis.
3.Perkusi: Dilakukan
melalui epigastrium secara simetris menuju kebagian bawahabdomen.Dengan
penilaian normal(bunyi timpani) pada seluruh lapangan abdomen,sedangkan bunyi
abnormal mengidentifikasikan kemungkinan obstruksi saluran
gastrointestinal,illeus dll.Adanya asites dapat diketahui redup yang berpindah
perkusi dari umbilicus ke sisi perut(shifting dullness).
4.Palpasi: Dilakukan
dengan monomanual(satu tangan) atau bimanual(dua tangan),seperti pada palpasi
pada lapangan atau dinding abdomen dengan adanya nyeri tekan,ketegangan dinding
perut,palpasi pada hati(normal umur 5-6 tahun teraba 1/3 dengan tepi
tajam,konsistensi kenyal,permukaan rata,dan tidak ada nyeri tekan),palpasi
limfa(normal masih teraba 1-2 cm dibawah arkus kosta)dilakukan dan palpasi
ginjal(normal tidak teraba,kecuali pada neonatus) dengan meletakkan tangan kiri
pemeriksa di bagian posterior tubuh dan jari telunjuk meneken ke atas,sementara
tangan kanan melakukan palpasi.
8 Rektum dan Anus
Selain
pemeriksaan pada bagian dalam organ diatas,dapat juga dilakukan pemeriksaan
pada bagian organ lain seperti rektum dan anus,untuk menilai keadaan congenital
seperti adanya fisura,polip,atau tanda-tanda radang.Pemeriksaan lain adalah
dengan cara colok dubur dengan posisi tengkurap,fleksi kedua sendi
lutut.Gunakan sarung tangan ,lalu periksa dengan jari.
Sfingter dan Rektum bawah
·
Tonus
sfingter:penting,penurunan tonus pada sfingter anus---mungkin sama pada
sfingter uretra dan detrusor
·
DRE harus dilakukan dengan
pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh rektum bawah untuk menyingkirkan
stenosis,hemorrhoid,kriptitis dll
·
Konsistensi
-Normalnya:seperti
Thenar(bag.dalam pangkal ibu jari)saat dikontraksikan agak sedikit lebih kenyal
-Lebih
lembut---infeksi,kurang sanggama,dll
-Indurasi---tumor
-Kesulitan
membedakan daerah yang lunak pada prostat---Fibrosis karena infeksi
nonspesifik,prostatis granulomatosa,nodul tuberkolosis,kalkulus prostat atau
kanker prostat dini.
-Secara
umum:perbedaan infeksi dan tumor
Infeksi:ada
perubahan dari nodul yang keras dengan terlebih dahulu ada bagian yang lunak
dan kembali seperti konsistensi prostat
Tumor:perubahan
terjadi tiba-tiba pada perabaan
-Klinisi
yang berpengalaman sekalipun sukar membedakannya secara pasti---perlu
laboratorium dan imaging
Mobilitas
·
Mobilitas
pada perabaan,bias terfiksir pada ekstensi tumor melampaui kapsul
·
Pada
dewasa sebaiknya dilakukan mosase prostat secara rutin untuk menilai sekresinya
secara mikroskopis.
·
Dan
jangan di misase pada discharge uretra akut,akut prostatisis,akut
prostatosistitis,pada pria yang hamper retensi komplit atau nyata-nyata
keganasan
Teknik Mosase Prostat
·
Pasien
Mobilitas
·
Mobilitas
pada perabaan,bias terfiksir pada ekstensi tumor melampaui kapsul
·
Pada
dewasa sebaiknya dilakukan mosase prostat secara rutin untuk menilai sekresinya
secara mikroskopis.
·
Dan
jangan di misase pada discharge uretra akut,akut prostatisis,akut
prostatosistitis,pada pria yang hamper retensi komplit atau nyata-nyata
keganasan
·
Posisi
telungkup di tepi meja dengan kedua tungkai diregangkan
·
Lakukan
pijatan dengan ujung jari telunjuk dari superior keinferior untuk
mensekresikancairan prostat.
·
Pijatan
dimulai dari lateral ke medial
·
Vesikula
seminalis juga dipijat dari atas ke bawah kea rah medial
·
Setelah
pijatan akan didapatkan sejumlah secret prostat,jika tidak didapatkan maka
minta pasien untuk berkemih
·
Jika
ditemukan sejumlah pus diduga suatu prostatitis
·
Smear
tidak dianjurkan
·
Kadang-kadang
perlu dilakukan kultur--- organisme non spesifik,bacillus
tuberkel,gonococcus,clamidia.
Vesikula Seminalis
·
Walaupun
sukar harus tetap dicoaba
·
Normal---tidak
teraba
·
Over
distensi teraba kistik
·
Pada
tuberculosis,cystosomiasis,karsinoma lanjut,jelas teraba adanya indurasi.
Kelenjar Getah Bening
·
Harus
diingat bahwa pada HIV terjadi lymphadenopati generalisata KGB inguinal dan
subinguinal
·
Pada
infeksi kulit,scrotum dan vulva---KGB membesar
·
Tumor
ganas pada penis,scrotum dan uretra distal wanita metastasis ke KGB sub/inguinal
KGB lain
·
Tumor
testis dan prostat dapat metastase ke KGB supraklavikula kiri
·
Tumor
buli dan prostat metastase ke KGB iliaca interna/externa dan preaorta
·
Apabila
ditemukan maka di abdomen atas,harus dicurigai suatu metastase keganasan
testis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat penulis adalah:
1. Banyak manfaat yang dapat kita ambil dalam mempelajari “PEMERIKSAAN
FISIK SISTEM PENCERNAAN”
2.
Kita bisa tahu bagaimana cara
mengidentifikasi sistem pencernaan pasien
3.
membantu dalam penegakkan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
4.
Mengevaluasi pelaksanaan yang telah
diberikan terutama dalam sistem pencernaan pasien.dll
Saran
Saran Untuk
Pemerintah:Sebaiknya pemerintah menyarankan pada menteri kesehatan untuk
menambah petugas pelayanan kesehatan agar pelayanan pemeriksaan pasien dapat
diketahui dan ditangani dengan benar,sehingga proses penindak lanjutan
penyembuhannya pun berjalan sesuai dengan prosedur dan berjalan dengan lancer.
Saran dari penulis
untuk pembaca adalah:jangan merasa ragu apabila seorang petugas pelayanan
kesehatan sedang memeriksa keadaan fisik kita Karena pemeriksaan fisik ini
sangat bermanfaat,selain bisa mengumpulkan data-data pasien,petugas juga bisa
tahu cara apa yang terbaik untuk proses penyembuhan penyakit yang akan diberikan
pada pasiennya.
iii
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com
Wikipedia/pemeriksaan fisik
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0064%20Bio%202-5b.htm
www.f-buzz.com/.../gangguan-saluran-pencernaan-dan-pengaruh-dari-faktor
_fisiologis
“Health and human rights”. http://www.who.int/hhr/en/
hudachairi.multiply.com/journal/item/14/Faringitis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar