Selasa, 03 Juni 2014

Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan



Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan
MAKALAH
 (Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah KDPK)





“KELOMPOK 3”Kelas I.B
NUR AZIZAH
NUR HAFIFAH
NUR RACHMATUR RAUUFAH
NURUL APRILIANI
NURUL MUSTAFIDAH
NURYANIH
PRADITA SURYANDARI
PUJI AMBAR WATI
RETNO SETYAWATI

AKADEMI KEBIDANAN PRIMA INDONESIA

Jl.Bintara Raya 4B.Bintara-Bekasi telp:8846354
KOTA BEKASI
2009 / 2010

BAB I 

PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh petugas pelayanan kesehatan adalah proses pemeriksaan fisik pada pasien.Proses pemeriksaan fisik ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah yang dialami pasien.terutama pemeriksaan fisik terhadap sistem pencernaan.Dengan mengetahui bagaimana proses pemeriksaan fisiknya maka data-data pasien yang akan dirawat akan mudah diidentifikasi dan masalah pasien pun akan segera teratasi.
1.2             Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui bagaimana tentang proses Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan.Sehingga kita tahu dan bisa memeriksa kondisi pasien terutama pada sistem pencernaannya,serta tujuan terakhir yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah KDPK tahun ajaran 2009/ 2010.
1.3             Metode Penelitian
   Dalam makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka yaitu dengan membaca buku-buku sumber dan dengan cara pencarian data dari Internet (www.wikipedia.com).
1.4             Kegunaan Penelitian
Diharapkan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dengan mengetahui Proses Pemeriksaan Fisik pada Sistem Pencernaan.
1.5             Sistematika Penulisan
Sistematika yang dilakukan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah:
1.      Menentukan tema
2.      Mencari bahan
3.      Menyusun
4.      Mengolah data
5.      Menarik kesimpulan

BAB II 
PEMBAHASAN

2.1 PRINSIP DASAR  dan TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK
2.1.1 Prinsip Dasar
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
2.1.2 Teknik Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik yang perlu dipahami, diantaranya :
1.Inspeksi
Inspeksi merupakan proses pengamatan pasien. Cara efektif melakukan inspeksi adalah sebagai berikut :
a. Atur posisi pasien sehingga bagian tubuhnya dapat diamati secara detail
            b. Berikan  pencahayaan yang cukup
c. Lakukan inspeksi pada area tubuh tertentu untuk ukuran, bentuk, warna kesimetrisan, posisi dan abnormalitasnya.
            d. Bandingkan suatu area sisi tubuh  dengan bagian tubuh yang lain
            e. Jangan melakukan inspeksi secara terburu-buru
2. Palpasi
Palpasi merupakan pemeriksaan dengan indra peraba, yaitu tangan untuk menentukan ketahanan,kekenyalan,kekerasan, tekstur dan mobilitas.palpasi membutuhkan kelembutan dan sensitivitas, untuk itu hendaknya menggunakan permukaan palmar jari, yang dapat digunakan untuk mengkaji posisi, tektur, konsistensi, bentuk massa dan pulsasi. Pada telaak tangan dan permukaan ulnar tangan lebih sensitif pada getaran. Sedangkan untuk mengkajitemperatur, hendaknya menggunakan bagian belakang tangan dan jari.
3. Perkusi
Perkusi merupakan pemeriksaan dengan melakukan pengetukan yang menggunakan ujung-ujung jari pada bagian tubuh, untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-organ tubuh dan menentukan adanya cairan dalam rongga tubuh. Ada dua cara dalam perkusi yaitu cara langsung dilakukan dengan mengetuk secara langsung menggunakan satu atau dua jari. Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan menematkan jaritengah tangan di atas permukaan tubuh dari jari tangan lain, telapak tidak pada permukaan kulit. Setelah mengetuk, jari tangan ditarik ke belakang.
      Secara umum hasil perkusi dibagi  menjadi tiga macam, diantaranya sonor.
Sonor adalah suarau yang terdengar pada perkusi  paru-paru normal; pekak suara yang terdengar pada perkusi otot; dan timpali adalah suara yang tersengar pada obdomen bagian lambung. Selain itu, terdapat suara yang terjadi diantara suara tersebut, seperti redup dan hipersonor. Redup adalah suara antara sonor dan pekak sedangkan hipersonor adalah suara diantara sonor dan timpalni.
4.Auskultasi
            Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi  yang dihasilkan oleh tubuh melalui stetoskop. Dalam melakukan auskultasi, beberapa hal yang perlu didengaran diantaranya:
1.Frekuensi atau siklus gelombang bunyi
2. Kekerasan atau amplitudo bunyi
3. Kualitas dan lamanya bunyi
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

Ø  Tanda vital

1. Suhu

Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan, yakni demam (di atas > 37°C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia. Suhu tubuh yang jatuh atau hipotermia juga dinilai.

2. Tekanan darah

Tekanan darah di nilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.

3.Denyut

Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.

Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit.

4.Kecepatan pernapasan

Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 16-20 penarikan napas per menit
Ø  Biometrika dasar
1.Tinggi
Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Anak-anak berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.

2. Berat atau massa

Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa sehat serta tingkat kegemukan.

3. Nyeri

Pengukuran nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai '0' (tidak dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga '5' (nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien).

 

2.1.3 Struktur dalam penulisan riwayat pemeriksaan

Tampilan umum

  • Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi)
  • JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience), kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku jari (Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan pada nodus limfatikus (Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan lipatan paha.

Sistem organ

2.2 SISTEM PENCERNAAN
2.2.1 Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus.
2.2.2 Alat-alat pencernaan
terdiri atas:
  1. Rongga mulut yang terdiri dari gigi, lidah, langit-langit dan kelenjar air liur.
  2. Faring, bagian penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan, pada bagian ini terdapat persimpangan antara saluran pencernaan dan pernapasan, dengan lambung atau ventrikel.
  3. Lambung yang merupakan bangunan pembesaran saluran pencernaan yang membentuk kantong
4. Usus halus atau intestium tenue, terdiri atas dua belas jari atau duodenum,        usus     kosong atau jejenum, usus penyaerapan atau ileum.
5.  Usus buntu atau isekum.
6. Usus besar atau krasum, terdiri atas usus tebal atau kolon dan poros usus atau rektum.
      7. Rektum dan Anus atau lubang pelepasan


                         GAMBAR SISTEM PENCERNAAN

1) RONGGA MULUT (CAVUM ORIS)
Pada rongga mulut, makanan dicerna pertama kali, baik secara mekanik ataupun kimiawi. Proses pencernaan dilakukan oleh gigi dan lidah secara mekanis, sedangkan kelenjar air liur (glandula salivalis) mencerana secara kimiawi,dihasilkan Kelenjar Parotis, Submandibularis dan Sublingualis yang mengandung enzim Amilase (Ptyalin).
a.Gigi
Gigi manusia dibedakan menjadi dua yaitu gigi susu pada saat anak-anak dan gigi tetap pada dewasa. Gigi terdi dari:
1.      gigi seri (insisivum) berfungsi untuk memotong makanan
2.      gigi taring (caninus) berfungsi untuk mencabik-cabik makanan
3.      gigi geraham (premolare) berfungsi untuk mengoyak makanan.

  Gambar Gigi
     Sturuktur gigi terdiri darisebagai berikut:
1.      mahkota gigi(korona)
2.      akar gigi (radiks)
3.      leher gigi (kolum)
b. Lidah atau Lingua
Lidah yang terdapat di dalam rongga mulut mempunyai berbagai fungsi penting yaitu:
  1. membantu mengaduk makanan di rongga mulut,
  2. membantu membersihkan mulut,
  3. membantu bersuara,
  4. membantu mendorong makanan waktu menelan dan,
  5. sebagai indra pengecap.
c. Kelenjar air liur (GLANDULA SALIVALES)
Di dalam rongga mulut bermuara tiga pasang kelenjar air liur atau kelenjar ludah, ketiga pasang air liur itu adalah :
  1. glandula parotis, kelenjara air liur dekat telinga yang menghasilkan getah berbentuk air dan lender serta serta enzin ptyalin.
  2. glandula submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang atas, yang menghasilkan ludah yang berupa air atau lender.
  3. glandula sublingualis atau kelenjar bawah lidah, menghasilkan ludah yanga berupa air dan lendir.
Kelenjar ludah selain menghasilkan air lir yang mengandung enzin amilase/ ptialin juga menghasilkan enzim lisosim yang berfungsi untuk membunuh kuman-kuman yang masuk bersama makanan dalam rongga mulut.
Fungís air liur adalah untuk:
1.      memudahkan menelan dan mencerna makanan.
2.      mencerna makanan secara kimiawi, dengan enzim-enzim yang dihasilkan.


2)  FARING(TEKAK)
Pharynx adalah bagian dari saluran pencernaan yang menerima makanan dari mulut anda. Bercabang dari pharynx adalah kerongkongan (esophagus), yang memawa makanan ke lambung, dan trachea atau pipa angin (windpipe), yang membawa udara ke paru-paru.
Tindakan menelan terjadi pada pharynx sebagian sebagai suatu refleks dan sebagian dibawah kontrol secara sukarela. Lidah dan langit-langit mulut yang halus mendorong makanan kedalam pharynx, yang menutup trachea. Makanan kemudian masuk ke kerongkongan (esophagus).

3) ESOFAGUS(KERONGKONGAN)
Merupakan saluran yang memghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya 25cm. Mulai dari faring sampai mulai masuk kardiak di bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam sampai keluar: lapisan selaput lender (mukosa), lapisan submakosa, lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjang longitudinal.
            Esophagus terletak dibelakang trakea dan di depan tulang pungung setelah melalui thorax menembus daifragma masuk ke dalam abdomen menyambung dalam lambung.

4) VENTRIKULUS (LAMBUNG)
Dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi.Lambung terletak di dalam rongga tubuh di bawah tulang rusuk agak ke arah kiri. Alat ini merupakan kantung besar yang dapat dibedakan menjadi tiga daerah, yaitu sebagai berikut:
a. kardiak (bagian yang dekat dengan hati)
b.fundus (bagian tengah yang mengantug)
c.pylorus (bagian bawah dekat dengan usus halus)
Jaringan otot dinding lambung terdiri atas beberapa lapis. Ada yang melingkar,memanjang, dan menyeronf. Kalau otot yang berkontraksi  secara bergantian memyebabkan makanan di dalam lambung teraduk sehingga saling bergesekan dan terbentuklan bubur kang disebut kim (chime), bagian dalam dinding lambung menghasilkan lendir, sedangkan di daerah fundus menghasilkan getah lambung. Getah lambung mengandung bermacam-macam zat, misalnya air, ion-ion garam organik, musin atau lendir yang tersusun atas zat HCl  atau asam lambung, dan enzim pencernaan seperti enzim rennin(enzim yang mampu menggumpal kasein/sejenis protein dalam susu) dan pepsinogen.

Gambar Struktur Lambung

            Pada dinding lambung juga terdapat kelenjar buntu yang menghasilkan hormone gastrin. Hormone gasterin dilepaskan ke darah dan akan kembali ke lambung untuk memacu getah lambung. Fungsi HCl atau asam klorida adalah:
1. untuk mengubah pH ruangan dalam lambung sehigga lebih asam atau pHnya turun 1-3. hal itu dapat menyebabkan terbunuhnya kuman yang masuk bersama makanan, mengaktifkan enzim yang dihasilkan oleh getah lambung, misalnya pepsinogen diaktifkan  menjadi pepsin sehigga dapat berfungsi untuk memecah protein-protein menjadi pepton
2. mengatur membuka dan menutupnya klep antara lambung dan usus dua belas jari,
3. dan merangsang sekresi getah usus.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi getah lambung antara lain banyaknya makanan yang masuk dan emosi.
            Bila makanan yang masuk ke lambung sedikit. Produksi HCl sedikit pula. Bila makanan yang masuk ke lambung banyak maka HCl yang diproduksi banyak pula. Bila keadaan emosi atau strees dapat terjadi jumlah makanan yang masuk sedikit, tetapi HCl yang diproduksi banyak. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan selaput lendir l;ambung, yaitu menyebabkan radang atau ulkus
            Pada bayi yang masih menyusu, kelenjar lambungnya menghasilkan enzim rennin. Fungsi enzim itu adalah untuk mengendapkan kasein yang terdapat di dalam susu.
            Antara lambung dan usus dua belas jari terdapat sepang klep. Klep yang dekat dengan lambung membuka bila terangsang oleh asam dan akan menutup bila teransang basa. Sebaliknya klep yang dekat dengan usus halus akan membuka bila teransang basa dan akan menutup bila terangsang asam, mekanisme semacam itu akan sangat erat kaitannya dengan pengaturan pengeluaran makanan dari lambung ke duodenum. Dengan demikian pengeluran makanan berjalan dikit demi -sedikit

5. INTESTINUM TENEU (USUS HALUS)
Panjang usus lebih kurang 8,25 m, terbagi atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
  1. usus dua berlas jari atau duodenum, panjang Kira-kira 0,25m
  2. usus kosong atau jejenum, panjang kira-kira 7m,
  3. usus penyerap atauileum, panjangnya Kira-kira 1m.
 pencernaan di dalam mulut dan lambung adalah pencernaan secara mekanis dan secara kimiawi, sedangkan di dalam usus terjadi hanya kimiawi saja, yaitu pencernanan dengan bantuan enzim. Makanan berbentuk enzim (kim) yang keluar dari lambung mengandung HCl, jadi bersifat asam. Adanya HCl mengakibatkan teranasangnya getah-getah usus dengan meneluarkan hormon-hormon sekretin dan kolestokinin. Hormon tersebut selanjutnya akan ikurt peredaran darah. Hormon sekretin memacu kelenjar pangkreas untuk mengsekresikan getah sel-sel kelenjar atau kelenjar liberkunse dan kolestokinin merangsang empedu untuk mengsekresikan bilus. Bilusnya ditampung di dalam kantung empedu (vesika felea) adalah hasil perombakan hemoglobin dari eritrosis oleh hati. Bilus mengadung garam-garam empedu dan bilirubin atau zat warna empedu. Zat itu berfungsi untuk mengemulsikan lemak dalam keadan emulsi inilah lemak dapat dihidrolisis oleh enzim lipase. Karena rangsangan hormon sekretin, pangkereas mengsekresikan getahnya melalui getah pangkereas menuju duodenum. Sebelum sampai duodenum, saluran pangkereas bersatu dengan saluran empedu. Getah pankreas mengandung trisinogen, karbohidrase pangkereas dan garan NaHCO.
a.       tripsinogen akan diaktifkan oleh enterokinase menjadi enzim tripsin. Enzim itu berfungsi untuk menghidrolisis pepton menjadi asan amino
b.      Disakaridase berfungsi menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida. Disakade yang penting adalah maltase, sukrose,dan lactase. Enzim-enzim tersebut berfungsi sebagai berikut:
1.      maltase menghidrolisis maltosa menjadi glucosa dan glucosa
2.      sukrose menghidrolisis sucrosa menjadi glucosa dan fructosa
3.      lactase menghidrolisis laktosa menjadi glucosa dan galaktosa
lipase pangkereas atau strepsin menghidrolisis emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol. garamNaHCO3 memberikan lingkungan getah pangkereas aktif dalam lingkungan basa.
GAMBAR USUS HALUS

Getah usus bersifat basa, mengandung bermaca-macam enzim. Enzim-enzim tersebut adalah eripsinogen, disakaridase, dan lipase usus. Erepsinogen merupakan proteinase yang Belem aktif dan oleh enterokinase, erepsinogen diaktifkan menjadi erepsin, yang berfunsi untuk menghidrolisis pepton menjadi asam amino.
Disakaridase (sukrase, lactase, dan maltase) berfungsi untuk menghidrolisis dasakrida menjadi monodisakarida.
Lipase usus, yang merupakan enzim pencerna lemak berfunsi untuk menghidrolisis emulsi lemak asam lemak dan gliserol.
Pada jejenum, makanan diubah menjadi sari makanan yang Sian diserap oleh jenjot (villus) ileum. Ileum ini mempunyai permukaan yang berlipat-lipat sehingga Amat efektif untuk penyerapan zat.

Penyerapan lemak
            Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, asam lemak dan gliserol diserap oleh pembuluh getah bening usus atau pembuluh Hill mekanisme penyerapan lemak agak kompelek, yaitu sebagai berikut:
1.      asam lemak disekresikan dengan garam karbonat mebuntuk senyawa sabun. Senyawa sabun dyserap oleh sel jenjot usus.
2.      gliserol dapat langsung diserap oleh sel jenjot usus.
3.      di dalam sel jenjot usus, garam karbonat dilepaskan, menjadi asam dan gliserol bergabng kembali menjadi lemak. Selanjutnya, lemak diangkut oleh pembuluh kill atau pembuluh getah bening usus menuju ke bawah selangka.
Penyerapan Protein
Protein diserap dalam bentuk asam amino oleh kapiler darah usus. Dari usus, asam amino diangkut ke hati. Di dalam hati asam amino akan dibongkar untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan sitoplasma akan disintesis menjadi enzim dan hormone untuk mendukung metabolisme dan pertumbuhan.

6. INTESTIUM CRASSUM(USUS BESAR)
          Sisa bahan makanan yang tidak dapat diserap oleh ileum masuk ke dalam usus besar, yaitu ke dalam kolon. Sisa makanan akan dibusukan oleh bakteri Escherichia colli menjadi H2S, NH4, indole, skatole, pgenol dan vitamin k. di samping itu, pada kolon terjadi pengaturan kadar air mulalui proses penyerapan dan kalsium. Dengan gerakan perastaltik, makanan terdorong sedikit demi sedikit menuju kerektum atau poros usus. Bila lambung terisi makanan maka akan menimbulkan rangsangan untuk buang air besar atau defekasi.  Rangsangan yang diteruskan ke kolon disebut rangsangan gastrolik.
            Antara usus halus dan usus besar terdapat saluran buntu yang disebut usus buntu. Pada usus buntu, terdapat bagunan tambahan yang disebut umbai cacing atau apendik. Bila ada bahan makanan yang masuk ke usus buntu atau apendik dapat menyebabkan infeksi pada bagian itu. Untuk mencegah makanan ke usus buntu, maka pada lubang yang menuju ke usus buntu terdapat klep cincin yang disebut empang buahini.
GAMBAR USUS BESAR

7. REKTUM
Rektum adalah suatu ruang delapan inch yang menghubungkan usus besar ke dubur (anus). Rektum:
  • Menerima feces dari usus besar
  • Membiarkan seseorang mengetahui ada feces yang harus dikeluarkan
  • Menahan feces sampai pengeluaran terjadi
Ketika apa saja (gas atau feces) datang kedalam rektum, sensor-sensor mengirim suatu pesan ke otak. Otak kemudian memutuskan apakah isi rektum dapat dilepaskan atau tidak. Jika mereka dapat, sphincters mengendur dan rektum berkontraksi, mengeluarkan isi-isinya. Jika isi-isinya tidak dapat dikeluarkan, sphincters berkontraksi dan rektum menampung sehingga sensasinya hilang untuk sementara.
8.ANUS
            Lubang anus merupakan muara akhir dari saluran pencernaan, disebut lubang pelepasan dinding anus.Ia terdiri dari otot-otot yang melapisi pelvis (pelvic floor muscles) Lapisan yang langsung membatasi lubang anus terdiri atas otot lurik, sedangkan disebelah dalamnya terdiri atas otot polos dan dua otot-otot lain yang disebut anal sphincters (internal dan eksternal).
Pelvic floor muscle menciptakan suatu sudut antara rektum dan dubur yang memberhentikan feces untuk keluar ketika ia tidak diharapkan keluar. Anal sphincters menyediakan kontrol feces yang baik. Internal sphincter selalu ketat, kecuali ketika feces masuk kedalam rektum. Ia mempertahankan kita continent (tidak melepaskan feces) ketika kita tidur atau jika kita tidak sadar akan kehadiran feces. Ketika kita mendapat suatu keinginan untuk membuang air besar, kita mempercayakan pada external sphincter kita untuk menahan feces sampai kita dapat pergi ke toilet.
Diagram sistem pencernaan manusia bagian perut
2.3 GANGGUAN pada SISTEM PENCERNAAN
2.3.1 Macam-macam Gangguan Pencernaan
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).
1.Mulut
*Keracunan makanan,
Umumnya disebabkan oleh bakteri yang terdapat dalam makanan. Bakteri dalam makanan dapat membahayakan atau menghasilkan racun yang membahayakan tubuh. Geajala-gejala keracunan makanan meliputi muntah-muntah, diare, nyeri (sakit) rongga dada dan perut serta demam.

* Parotis/gondong yaitu infeksi virus pada kelenjar parotis,kelenjar ludah yang terletak dibawah telinga
* Xerostomia:Produksi air lliur yang sangat sedikit.Produksi air liur sehari secara normal 1 liter sehari
2. Lambung
* Tukak Lambung (Ulkus)
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.
*Kolik adalah lambung sakit yang salah satunya disebabkan mengkonsumsi alkohol atau cabai sehingga menyebabkankontraksi otot lambung berulang-ulang.
*Gastritis
*Diflagia yaitu kerusakan lambung yang disebabkan oleh racun
*Kanker lambung,
Yaitu gejala-gejala permulaan dari kanker lambung hampir sama dengan gejala-gejala yang disebabkan gangguan lain pada alat pencernaan, antara lain merasa panas, kehilangan nafsu makan, ketidaksanggupan mencerna (salah cerna) berlangsung terus menerus, sedikit rasa muak, rasa gembung dan rasa gelisah sesudah makan, dan kadang-kadang timbul rasa nyeri pada lambung
* Maldigesti:Terlalu banyak makan atau minum suatu zat yang merangsang lambung
3.Usus
*Radang usus buntu/Apendikitis,
Bila usus buntu (umbai cacing) meradang, membengkak dan terisi oleh nanah. Kondisi ini disebut radang usus buntu atau apendistis.
*Entritis: peradangan pada usus halus atau usus besar karena infeksi bakteri
*Kolitis peradangan usus besar sampai menyebabkan pendarahan pada usus
*Diare
Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.dapat ditimbulkan karena adanya iritasi pada selaput dinding kolon oleh bakteri disentri, diet yang jelek, zat-zat beracun, rasa gelisah, atau makanan yang dapat menimbulkan iritasi pada dinding usus.
*Konstipasi (Sembelit)
Sembelit yang kronis bila defekasi terlambat, usus besar mengabsorpsi air secara berlebihan dari feses dan menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Bila hal ini terjadi, pengeluaran feses menjadi sulit. Menahan buang air besar pada waktu-waktu yang normal dapat menyebabkan sembelit. Semebleit dapat juga disebabkan emosi seperti rasa gelisah, cemas, takut atau stress. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging

Peritonitis: merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.
*Radang hati yang menular (Hepatitis),
merupakan infeksi virus pada hati, sering meluas melalui air atau makanan yang terkontaminasi oleh virus.
*Hemaroid,
adalah pembengkakkan vena didaerah anus. Hemaroid cenderung berkembang pada orang-orang yang terlalu lama duduk terus menerus atau pada orang yang menderita sembelit. Hemaroid juga sering terjadi pada wanita hamil dan orang-orang yang terlalu gemuk. Gejala-gejala hemaroid meliputi rasa gatal-gatal, nyeri dan pendarahan.

2.3.2 Gangguan Saluran Pencernaan dan Pengaruh Dari Faktor Psikologis

Adakalanya ketika dalam keadaan tertekan, kita merasa sakit perut. Timbulnya gangguan pada saluran cerna cukup sering dikeluhkan dan menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit-penyakit yang timbul pada saluran cerna, selain disebabkan oleh adanya faktor organik (kelainan struktur saluran cerna, infeksi) ternyata 40-60 % merupakan sindrom fungsional. Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sindrom fungsional pada gangguan saluran cerna tersebut, antara lain adalah : gastritis (upper abdominal syndrome), sindrom fungsional hipogastrium (lower abdominal syndrome), dan aerofagi.
1. GASTRITIS (UPPER ABDOMINAL SYNDROME)
*Gastritis/maag
 adalah suatu radang yang akut atau kronis pada lapisan mukosa dinding lambung. Radang yang akut dapat disebabkan oleh makanan yang kotor, dan radang yang kronis disebabkan oleh kelebihan asam dalam lambung.
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit “maag” merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga.
Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain.
Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Mereka memiliki angan-angan untuk dirawat, dimanja, dan untuk memiliki objek yang diinginkan sehingga mereka sulit menemukan kepuasan yang dibutuhkannya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya.
Tetapi penderita merasa takut tergantung pada orang yang menguasainya dan ketergantungan ini dirasakannya sebagai suatu penghinaan. Rasa takut ketergantungan, dan terhina mengakibatkan sikap agresif terhadap mereka, yang dapat memberikan kepuasan. Timbulnya depresi pada penderita gastritis dikarena mereka mengelakkan agresi yang timbul agar tidak kehilangan obyek yang memanjanya, dan ini menimbulkan rasa bersalah (guild) yang dirasakan dirinya sebagai sesuatu yang sangat buruk.
2.SYNDROM FUNGSIONAL HIPOGASTRIUM (LOWER ABDOMINAL SYNDROM)
Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic. Tidak ditemukannya penyebab spesifik (infeksi, peradangan atau gangguan anatomis) dari hasil pemeriksaan pada saluran cerna bagian bawah, walaupun penderitanya tetap mengeluhkan kelainan pada pencernaannya, merupakan salah satu petunjuk kecurigaan adanya sindrom fungsional hipogastrium.
          Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik).
Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan-harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak pada orang tersebut. Angan-angan utama untuk dimanja telah berhasil diubahnya menjadi mekanisme-mekanisme pengelak, sehingga tidak timbul reaksi terhadap angan-angan pemanjaan yang tak dirasa puas. Mereka secara sadar yakin dapat memberi banyak kepada orang lain namun secara tidak sadar mereka meminta/mengharapkan lebih banyak lagi.
Penderita gangguan ini pada puncak intelektualitasnya dapat secara terus terang mengakui bahwa dengan prestasi yang mereka miliki, mereka dapat meminta lebih banyak. Secara tidak sadar mereka merasa bahwa mereka telah memberi “terlampau banyak”. Pertahanan diri mereka akan runtuh dan dapat mengakibatkan timbulnya gangguan saluran cerna tersebut bila mereka merasa “tidak dapat membayar” atau ketika meraka merasa dirinya “kurang dibayar”.
3.AEROFAGI
            Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.Gejala-gejala tersebut juga sering disebut sebagai sindrom Roemheld yang terdiri dari rasa sakit di daerah jantung yang disebabkan oleh diafragma yang tertekan ke atas oleh lambung yang membengkak karena terisi oleh udara (meteorismus).
Penatalaksanaan sindrom fungsional saluran cerna ini memerlukan kerjasama yang baik dari penderita dan dokter yang merawatnya serta jika diperlukan dapat meminta bantuan dari seorang psikiater. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini.Yang terlebih penting adalah peran serta dari penderita untuk mengatasi masalah yang dialaminya dengan petunjuk dan bantuan dari dokter dan psikiaternya.
2.3.3 Implikasi Teknologi Pada Kelainan Organ Pencernaan
1.Implikasi di bidang kedokteran dan masyarakat
a. Stomach Tube:
Disebut juga MAAG-SLANG atau MAGG SONDE(dalam bahasa belanda).Alat kedokteran ini dapat digunakan sebagai pengumpul getah lambung untuk
membilas/mencuci isi perut dengan pemberi obat-obatan.
b.Feeding Tube
Alat kedokteran ini berfungsi untuk memasukkan nutrisi yang berupa cairan tube yang dimasukkan kedalam mulut maupun hidung pasien.Hal itu dilakukan pada pasien yang mengalami koma(pingsan),dalam kondisi tertentu,mulut dan tenggorokan pada bayi premature.
c.Rectal Tube
Alat ini berfungsi untuk mengeluarkan gas-gas dari usus dan untuk membersihkan rectum.Cara penggunaan,biasanyasalah satu ujungnya dimasukkan ke anus,dan satnya lagi dihubynkan dengan gliserin-spluit.
d.Radar Optis
Empat diantara radar optis yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh untuk pengamatan bagian dalam alat pencernaan tubuh adalah esofagoskop(untuk mendiagnosis penyakit esophagus),gastrokop(merupakan tabung lentur yang dilengkapi dengan sederet lensa yang berfungsi untuk mengamati bagian dalam lambung),peritenioskop(dimasukkan ke dalam menembus dinding perut untukmempelajari ketidakberesan pada usus) dan sigmodioskop(digunakan untuk mendiagnosis penyakit pada rektum).
2.Implkasi Teknologi Pengobatan,Gangguan dan Kelainan Sistem Pencernaan
a.Apendisitis ditangani dengan pembedahan dan membuan apendik yang meradang,setelah sebelumnya dilakukan foto rontgen dan diagnosis secara rabaan
b. Radang Lambung kronis yang disebabkan oleh bakteri seperti helicobacter pylory dapat dilakukan dengan pemberian obat antibotik dan anti sekretori agar dapat membunuh bakteri dan menurunkan tingkat keasaman lambung.
c. Kanker Lambung dapat dilakukan tindakan pembedahan dengan membuang jaringan yang terserang kanker
d. Diagnosis penyakit atau kelainan pada system pencernaan juga dapat dilakkan dengan sinar X Upper Gastrointestisal(UGI).Dengan teknik UGI dapat diketahui kelainan uang berkaitan dengan tukak lambung,tumor,peradagan,kesalahan posisi anatomi,seperti hiatal hernia(menggembungnyadiafragma sehinga lambung menjadi menonjol ke luar),termasuk adanya kista dan pembesaran gan lain dekat jantung.
2.4 BAGAIMANA CARA PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN
2.4.1 Cara-Cara Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan definisi Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
  Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
  Rontgen
  Ultrasonografi (USG)
  Perunut radioaktif
Pemeriksaan_kimiawi.
           Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem_pencernaan.
           Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.
          Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya

*)Intubasi
        Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
  1. Intubasi_Nasogastrik.
    Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
    Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
    - Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
    - Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
    - Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.
    Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.
    Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
  2. Intubasi_Nasoenterik.
    Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
    Prosedur ini bisa digunakan untuk:
    - mendapatkan contoh isi usus
    - mengeluarkan cairan
    - memberikan makanan.
    Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim).Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedurn diatas tidak menimbulkan nyeri.
*) Endoskopi
       Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).
         Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm.
Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.
        Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal.
        Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan lainnya.
        Endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
Elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang kecil
- Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya.

        Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan dilakukan.
        Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon, penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus besar.
Komplikasi dari penggunaan endoskopi relatif jarang.
Endoskopi dapat mencederai atau bahkan menembus saluran pencernaan, tetapi biasanya endoskopi hanya menyebabkan iritasi pada lapisan usus dan perdarahan ringan.
*) Laparoskopi
      Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop
Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.
 Dengan laparoskopi dokter dapat:
- mencari tumor atau kelainan lainnya
- mengamati organ-organ di dalam rongga perut
- memperoleh contoh jaringan
- melakukan pembedahan perbaikan.
*)Rontgen
  1. Foto polos perut.
    Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.
    Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
    - suatu penyumbatan
    - kelumpuhan saluran pencernaan
    - pola udara abnormal di dalam rongga perut
    - pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
  2. Pemeriksaan barium.
           Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
           Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam.
          Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai:
    - fungsi kerongkongan dan lambung
    - kontraksi kerongkongan dan lambung
    - penyumbatan dalam saluran pencernaan.
           Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
    Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.

    Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
    Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
*)Parasentesis
       Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan.
       Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan pada perut.

*)USG_Perut
         USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
         USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar.
        USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.
*)Pemeriksaan_Darah_Samar
       Perdarahan di dalam saluran pencernaan dapat disebabkan baik oleh iritasi ringan maupun kanker yang serius.Bila perdarahannya banyak, bisa terjadi muntah darah, dalam tinja terdapat darah segar atau mengeluarkan tinja berwarna kehitaman (melena).
      Jumlah darah yang terlalu sedikit sehingga tidak tampak atau tidak merubah penampilan tinja, bisa diketahui secara kimia; dan hal ini bisa merupakan petunjuk awal dari adanya ulkus, kanker dan kelainan lainnya.
      Pada pemeriksaan colok dubur, dokter mengambil sejumlah kecil tinja . Contoh ini diletakkan pada secarik kertas saring yang mengandung zat kimia. Setelah ditambahkan bahan kimia lainnya, warna tinja akan berubah bila terdapat darah.

2.4.2 PEMERIKSAAN FISIK
1. Mulut(Cavum Oris)
          Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada tidaknya trismus,halitosis,dan labioskisis.
1.Trimus: kesukaran membuka mulut
2. halitosis: bau mulut yang tidak sedap karena personal higiene yang kurang
3.Labioskisis: keadan bibir yang tidak simetris
Selanjutnya,dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk menilai edema atau tanda-tanda radang.
Pemeriksaan lidah bertujuan untuk menilai apakah terjadi kelainankongenital atau tidak.Keadaan yang dapat ditmukan adalah makroglosia(lidah yang terlalu besar),mikroglosia(lidahnya terlalu kecil),dan glosoptosis(lidah tertarik kebelakang).Kemudian juga dapat diperiksa ada tidaknya tremor dengan cara menjulurkan lidah.
            Pemeriksaan gigi anak.Pertumbuhan gigisusu dimulai pada umur 5 bulan,tetapi kadang-kadang satu tahun.Pada umur 3 tahun,kedua puluh gigi susu akan tumbuh.Kelainan yang dapat ditemukan pada gigiantara lain,adanya karies gigi yang terjadi akibat infeksi bakteri.Pemeriksaanselanjutnya,yaitu melihat banyaknya pengeluaran saliva.Hipersalivasi pada anak-anak kemungkinan terjadi karena gigi mereka akan tumbuh,atau mungkin juga terjadi karena proses peradangan yang lain.
Cara pemeriksaannya:
1.Lakukan inspeksi di bagian bibir,mukosa oral,gusi dan gigi,langit-langit mulut,lidah dan faring
2. Dalam menginspeksi bibir perhatikan warna,kelembaban,pembengkakan dan ulserasi atau pecah-pecah pada bibir.
3.Dalam memeriksa mukosa oral mintalah pasien untuk membuka mulut.Dengan pencahayaan yang baik dan bantuan tongue spatel inspeksi mukosa oral,perhatikan  warna mukosa,pigmentasi,ulserasi dan nodul.Bercak-bercak pigmentasi normal pada kulit hitam
4.Dalam menginspeksi gusi dan gigi perhatikan
inflamasi,pembengkakan,pendarahan,retraksi atau perubahan warna gusi.
5.Dalam menginspeksi langit-langit mulut dan lidah perhatikanlah bentuk dan warnanya.Terutama bagi lidah perhatikan juga papilla.Apakah ada bercak atau tidak.
2. Faring (Tekak)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat hyperemia,edema,abses baik retrofaringeal atau peritonsilar.Edema faring umumnya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab,serta dapat ditentukan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat pada difteri(pseudomembran)
Dalam memeriksa faring mintalah pasien untuk membuka mulut,dengan bantuan tongueblade lidah kita tekan pada bagian tengah.Mntalah pasien mengucap “ah” perhatikan warna atau eksudat
Faringitis
Definisi
        Faringitis akut adalah suatu sindrom inflamasi dari faring dan/atau tonsil yang disebabkan oleh beberapa grup mikroorganisme yang berbeda. Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran napas atas atau infeksi lokal didaerah faring1.
Epidemiologi
      Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin2, dengan frekuensi yang lebih tinggi terjadi pada populasi anak-anak3. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa4. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit,ini3.
        Faringitis akut baik disertai demam atau tidak, pada umumnya disebabkan oleh virus4,5,6, seperti Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenzavirus, Coksakievirus, Coronavirus, Echovirus, Epstein-Bar virus (mononukleosis) dan Cytomegalovirus2,5. Dari golongan bakteri seperti streptokokus beta hemolitikus kelompok A, merupakan kelompok bakteri yang sering ditemukan4,6, sedangkan jenis bakteri yang lain seperti Neisseria gonorrhoeae, Corynobacterium diphtheriae, Chlamydia pneumonia, grup C dan G streptokokus2,3.
     Penyebab faringitis yang lain seperti Candida albicans (Monilia) sering didapatkan pada bayi dan orang dewasa yang dalam keadaan lemah atau terimunosupresi3,7. Hal-hal seperti udara kering, rokok, neoplasia, intubasi endotrakeal, alergi, dan luka akibat zat kimia dapat juga menyebabkan faringitis2,3.

Patofisiologi
     Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear6. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak5.
Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
            Manifestasi klinis berbeda-beda tergantung apakah streptokokus atau virus yang menyebabkan penyakit tersebut. Bagaimanapun, terdapat banyak tumpang tindih dalam tanda-tanda  serta gejala penyakit tersebut dan secara klinis seringkali sukar untuk membedakan satu bentuk faringitis dari bentuk lainnya4.
Faringitis oleh virus biasanya merupakan penyakit dengan awitan yang relatif lambat, umumnya terdapat demam, malaise, penurunan nafsu makan disertai rasa nyeri sedang pada tenggorokan sebagai tanda dini. Rasa nyeri pada tenggorokan dapat muncul pada awal penyakit tetapi biasanya baru mulai terasa satu atau dua hari setelah awitan gejala-gejala dan mencapai puncaknya pada hari ke-2-3. Suara serak, batuk, rinitis juga sering ditemukan. Walau pada puncaknya sekalipun, peradangan faring mungkin berlangsung ringan tetapi kadang-kadang dapat terjadi begitu hebat serta ulkus-ulkus kecil mungkin terbentuk pada langit-langit lunak dan dinding belakang faring. Eksudat-eksudat dapat terlihat pada folikel-folikel kelenjar limfoid langit-langit dan tonsil serta sukar dibedakan dari eksudat-eksudat yang ditemukan pada penyakit yang disebabkan oleh streptokokus.
          Biasanya nodus-nodus kelenjar limfe servikal akan membesar, berbentuk keras dan dapat mengalami nyeri tekan atau tidak. Keterlibatan laring sering ditemukan pada penyakit ini tetapi trakea, bronkus-bronkus dan paru-paru jarang terkena. Jumlah leukosit berkisar 6000 hingga lebih dari 30.000, suatu jumlah yang meningkat (16.000-18.000) dengan sel-sel polimorfonuklear menonjol merupakan hal yang sering ditemukan pada fase dini penyakit tersebut. Karena itu jumlah leukosit hanya kecil artinya dalam melakukan pembedaan penyakit yang disebabkan oleh virus dengan bakteri. Seluruh masa sakit dapat berlangsung kurang dari 24 jam dan biasanya tidaka kan bertahan lebih lamna dari 5 hari. Penyulit-penyulit lainnya jarang ditemukan4.
Faringitis streptokokus pada seorang anak berumur lebih dari 2 tahun, seringkali dimulai dengan keluhan-keluhan sakit kepala, nyeri abdomen dan muntah-muntah. Gajala-gajala tersebut mungkin berkaitan dengan terjadinya demam yang dapat mencapai suhu 40OC (104O F); kadang-kadang kenaikan suhu tersebut tidak ditemukan selama 12 jam. Berjam-jam setelah keluhan-keluhan awal maka tenggorokan penderita mulai terasa sakit dan pada sekitar sepertiga penderita mengalami pembesaran kelenjar-kelenjar tonsil, eksudasi serta eritem faring. Derajat rasa nyeri faring tidak tetap dan dapat bervariasi dari yang sedikit hingga rasa nyeri demikian hebat sehingga membuat para penderita sukar menelan. Dua per tiga dari para penderita mungkin hanya mengalami eritema tanpa pembesaran khusus kelenjar tonsil serta tidak terdapat eksudasi. Limfadenopati servikal anterior biasanya terjadi secara dini dan nodus-nodus kelenjar mengalami nyeri tekan. Demam mungkin berlangsung hingga 1-4 hari; pada kasus-kasus sangat berat penderita tetap dapat sakit hingga 2 minggu. Temuan-temuan fisik yang paling mungkin ditemukan berhubungan dengan penyakit yang disebabkan oleh streptokokus adalah kemerahan pada kelenjar-kelenjar tonsil beserta tiang-tiang lunak, terlepas dari ada atau tidaknya limfadenitis dan eksudasi-eksudasi. Gambaran-gambaran ini walaupun sering ditemukan pada faringitis yang disebabkan oleh streptokokus, tidak bersifat diagnostik dan dengan frekuensi tertentu dapat pula dijumpai pada faringitis yang disebabkan oleh virus4.
Konjungtivitis, rinitis, batuk, dan suara serak jarang terjadi pada faringitis yang disebabkan streptokokus dan telah dibuktikan, adanya 2 atau lebih banyak lagi tanda-tanda atau gejala-gejala ini memberikan petunjuk pada diagnosis infeksi virus4.
Bahan biakan tenggorokan merupakan satu-satunya metode yang dapat dipercaya untuk membedakan faringitis oleh virus dengan streptokokus2,4. Menurut Simon, diagnosa standar streptokokus beta hemolitikus kelompok A adalah kultur tenggorok karena mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi tergantung dari teknik, sample dan media. Bakteri yang lain seperti gonokokus dapat diskrening dengan media Thayer-Martin hangat. Virus dapat dikultur dengan media yang khusus seperti pada Epstein-Bar virus menggunakan monospot. Secara keseluruhan dari pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis2.
Terapi
         Terapi faringitis virus adalah aspirin atau asetaminofen, cairan dan istirahat baring. Komplikasi seperti sinusitis atau pneumonia biasanya disebabkan oleh invasi bakteri karena adanya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus. Antibiotika dicadangkan untuk komplikasi ini7.
          Faringitis streptokokus paling baik diobati dengan pemberian penisilin oral (200.000-250.000 unit penisilin G,3-4 kali sehari, selama 10 hari). Pemberian obat ini biasanya akan menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam. Eritromisin atau klindamisin merupakan obat lain dengan hasil memuaskan, jika penderita alergi terhadap penisilin4,6.
 Dengan tambahan untuk mencukupi terapi antibiotik terhadap pasien-pasien yang menderita faringitis, tanpa menghiraukan etiologinya, seharusnya diberikan antipiretik untuk mengatasi nyeri atau demam. Obat yang dianjurkan seperti ibuprofen atau asetaminofen2.Jika penderita menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat, selain terapi obat, pemberian kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu meringankan nyeri. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula memberikan sedikit keringanan gejala terhadap nyeri tenggorokan, dan hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama4.Seorang anak dengan infeksi streptokokus tidak akan menularkan lagi kepada orang-orang lain dalam beberapa jam setelah mendapatkan pengobatan antibiotik. Sementara itu anak-anak dengan infeksi virus akan tetap dapat menularkan selama beberapahari4.
SIMULASI_KASUS
Kasus
         Seorang anak Tira (8 tahun, berat badan 25 kg) pelajar SD kelas 2, alamat Jl. Kamboja No. 19 Banjarmasin, datang diantar ibunya ke poliklinik jam 10.00 pagi dengan keluhan batuk. Pasien sudah 5 hari batuk, sebelumnya tidak berdahak, sekarang menjadi berdahak kental berwarna kekuningan. Hidung tersumbat bila malam ketika berbaring, sehinggga susah tidur, dan bila bangun pagi tenggorokan terasa nyeri. Tadinya nyeri hilang bila diberi minum air hangat di pagi hari, sekarang nyerinya menetap, terutama bila menelan makanan/minuman. Kalau pagi, nyeri tenggorokannya terasa sekali. Badan mulai panas sejak kemaren, dan tadi malam demamnya tinggi, sampai 390C diukur dengan termometer di rumah. Sudah diberi kompres alkohol, minum banyak dan syrup Novalgin, tapi panasnya hanya turun sebentar. Tanda vital TD = 100/70 mmHg, nadi = 90 kali/menit, respirasi = 28 kali  dan suhu 39OC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, hiperemi dan edem konka. Pada faring hiperemi mukosa, ada sputum kental kuning, tidak ada membran putih. Pembesaran kelenjar limfe submandibularis dengan nyeri tekan ringan. Thoraks, abdomen dan akstremitas dalam batas normal.
Diagnosis:Faringitis_dengan_infeksi_sekunder
Tujuan_Pengobatan
      Tujuan pengobatan untuk mengeliminasi infeksi serta mengurangi atau menghilangkan gejala demam dan nyeri menelan. Meningkatkan daya tahan tubuh anak dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Daftar Kelompok Obat Beserta Jenisnya yang Berkhasiat
KelompokObat:
1. Antibiotik : Amoksisillin,Eritromisin
2 Analgetik,antipiretik,Asetaminofen,Ibuprofen
Farmakokinetik, Farmakodinamik, serta Interaksi ObatAntibiotik
1. Amoksisillin
2.Eritromisin
 Farmakokinetik
          Basa eritomisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas; aktivitasnya hilang oleh cairan lambung dan absorbsi diperlambat oleh makanan di lambung. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung, basa eritromisin diberi selaput yang tahan atau digunakan dalam bentuk ester stearat atau etilsuksinat. Dengan dosis oral 500 mg eritromisin basa dapat dicapai kadar puncak 0,3-1,9 ug/ml dalam waktu 4 jam9.
 Hanya 2,5% eritromisin yang diekskresi dalam bentuk aktif di urin. Eritromisin mengalami pemekatan dalam jaringan hati. Kadar obat aktif dalam cairan empedu dapat melebihi 100 kali dari kdar didalam darah. Masa paruh eliminasi eritromisin adalah sekitar 1,6 jam. Dalam keadaan insufisiensi ginjal tidak diperlukan modifikasi dosis. Eritromisin berdifusi dengan baik ke berbagai jaringan tubuh kecuali ke otak dan cairan serebrospinal. Kadarnya dalam jaringan prostat hanya sekitar 40% dari kadar yang tercapai. Pada ibu hamil, kadar eritromisin dalam sirkulasi fetus adalah 5-20% dari kadar obat dalam sirkulasi darah ibu dan obat ini diekskresi terutama melalui hati 9.
Farmakodinamik
          Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin yaitu bersifat bakterisid dan menghambat sintesis dinding sel10, melalui mekanisme penghambatan pelepasan rantai peptida-tRNA yang berasal dari ribosom sehingga proses sintesis dari RNA tergantung protein berhenti2.
Reaksi terhadap tubuh yang muncul seperti alergi yang mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksamtem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah reaksi kepekaan yang terutama timbul oleh eritromisin eskolat, gejalanya seperti nyeri perut, mual dan muntah. Kemudian timbul ikterus, demam, dan leukositos9.
Interaksi Obat
            Eritromisin dapat meningkatkan toksisitas apabila digunakan bersama dengan salah satu obat seperti teofilin, digoksin, karbamazepin dan siklosporin. Selain itu dapat meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin, meningkatkan resiko rabdomiolisis bila digunakan bersama dengan lovastatin dan simvastatin2.
1.Asetaminofen
Farmakokinetik

    Asetaminofen diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh. Dalam plasma, 25% asetaminofen terikat protein plasma dan dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen (80%) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil oleh asam sulfat. Metabolit hasil dari hidroksilasi obat ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Asetaminofen diekskresi melalui ginjal, sebaian besar dalam dalam bentuk konjugasi dan sebagian kecil sebagai asetaminofen (3%)12.
Farmakodinamik
    Efek analgetik asetaminofen yaitu mengurangi nyeri dari nyeri ringan sampai sedang9. Efek antipiretik dengan mekanisme langsung melalui pusat pengatur panas di hipotalamus melalui pengeluaran panas tubuh dengan cara vasodilatasi dan berkeringat1.
    Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu asetaminofen tidak digunakan sebagai antireumatik. Asetaminofen merupakan pnghambat prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa12.
    Efek terhadap hati yaitu dapat mengakibatkan hepatotoksik yang biasanya terjadi pada hari kedua dan ditandai dengan peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat dehidrogenase, serta pemanjangan masa protrombin. Kerusakan hati dapat mengakibatkan ensepalofati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat dapat pulih dalam beberapa minggu12.
Interaksi Obat
Apabila digunakan bersama rifampin dapat mengurangi egek analgetik asetaminofen, sedangkan apabila digunakan bersama-sama dengan salah satu obat seperti barbiturat, karbamazepin, hidantoin, dan isoniazid dapat meningkatkan hepatotoksik asetaminofen1.
2.Ibuprofen
Farmakokinetik
    Ibuprofen diabsorbsi cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai sekitar 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam dan 90% ibuprofen terikat pada protein plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap, kira-kira 90% dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau konjugatnya12.
Farmakodinamik
    Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik11. Efek anti inflamasi dan analgetiknya melalui mekanisme pengurangan sintesis prostaglandin1.Efek ibuprofen terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan aspirin, indometasin atau naproksen. Efek lainnya yang jarang seperti eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, dan ambliopia toksik yang reversibel12.
Interaksi Obat
Penggunaan ibuprofen bersama-sama dengan salah satu obat seperti hidralazin, kaptopril, atau beta-blocker dapat mengurangi khasiat dari obat-obat tersebut. Sedangkan penggunaan bersama dengan obat furosemid atau tiazid dapat meningkatkan efek diuresis dari kedua obat tersebut1.
Pengendalian Obat
 Diagnosa kasus ini adalah faringitis akut. Berdasarkan hasil anamnesis di asumsikan penderita menderita faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri. Karena menurut Harold, faringitis virus biasanya ditandai oleh gejala batuk, hidung berair, dan bersin-bersin. Pernyataan ini diperkuat oleh Berhman dan teman-teman yang menyatakan bahwa konjungtivitis, rinitis, batuk dan suara serak, telah dibuktikan lebih sering ditemui pada faringitis yang diakibatkan oleh virus. Dengan demikian penderita memerlukan terapi antibiotik dan analgetik.
         Pilihan antibiotik pada kasus ini adalah antibiotik golongan makrolid yaitu eritromisin. Pertimbangannya yaitu penderita sensintif terhadap penisilin dan eritromisin juga memiliki khasiat bakteriostatik dan/atau bakterisid sehingga dapat digunakan untuk menggantikan penisilin. Analgetik yang digunakan yaitu golongan para amino fenol yaitu asetaminofen karena memiliki kerja analgetik dan antipiretik.
 Resep yang diberikan terdiri dari antibiotik oral dan analgetik oral dalam bentuk suspensi karena penderita mengeluh nyeri tenggorokan. Antibiotik diberikan selama 10 hari dimaksudkan untuk mencegah rekurensi dan mencegah komplikasi seperti demam rheumatik dan glomerulonefritis pasca infeksi streptokokus3. Analgetik diberikan hanya dalam waktu 3 hari karena hanya digunakan untuk mengurangi apabila terdapat gejala demam dan nyeri.
3. Esofagus(Kerongkongan)
Pemeriksaan Kerongkongan
1.Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.
Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor
2.Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.



3.Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.
4.Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis).
4. Ventrikulus (lambung)
Kecanduan Kerja Picu Gangguan Lambung
Ada kabar buruk untuk pecandu kerja atau workacholic. Bila Anda punya kebiasaan bekerja tanpa mengenal waktu, ternyata berpotensi tinggi terserang gangguan lambung. “Kebiasaan lupa makan, dan stres akibat pekerjaan menumpuk dapat menjadi biang keladi terganggunya kesehatan pencernaan,” kata dr.Hindrawati SpPD, ahli penyakit dalam.Umumnya, dr. Hindrawati menjelaskan gangguan lambung disebabkan oleh pola makan tidak teratur, penggunaan obat-obatan, seperti obat pereda sakit, infeksi, stres atau depresi hingga komplikasi dengan penyakit lain. Rasa cemas yang diikuti stres dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan gangguan motilitas (gerakan) lambung.
Pada dasarnya sekresi asam lambung dipengaruhi oleh saraf dan hormon. Sistem saraf yang bekerja adalah saraf simpatis dan parasimpatis. Sedangkan hormon yang bekerja adalah hormon gastrin, histamin, somatostasin, serotonin dan glukagon.
Secara teknis rasa cemas akibat pekerjaan menyebabkan saraf simpatis bekerja lebih aktif menstimulas hormon cathecholamin. Akibatnya, hormon tersebut akan meningkat dan menyebabkan sekresi asam lambung ikut melonjak.
Cara mudah mencegah dan menangani keluhan kesehatan ini adalah dengan memperbaiki pola makan, gaya hidup dan menjauhi stres. Bila Anda dituntut untuk sering kerja lembur, sebaiknya kerjakan semua tugas kantor dengan tenang sehingga Anda jauh dari rasa cemas berlebihan. Selain itu, luangkan sedikit waktu untuk bersantai tanpa memikirkan urusan pekerjaan.
           Jika stres yang memicu gangguan lambung, Anda perlu menjalani beberapa prosedur diagnosis. Dokter akan terlebih dahulu mencari tahu riwayat timbulnya penyakit. Misalnya, apa yang membuat Anda stres. Tahap selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Biasanya, dokter juga akan melakukan pemeriksaan gastroduodenoskopi dan biopsi yang kemudian dilanjutkan dengan diagnosis banding dengan kasus gangguan lambung akibat sebab lainnya.
Karena itu, sebaiknya problem lambung ini jangan disepelekan. Masalahnya, bila keluhan ini dibiarkan berlanjut terus-menerus, bagian pencernaan lainnya, seperti usus besar juga bisa diserang. Akibatnya, dapat muncul peradangan atau infeksi.
Pantangan Bagi Pengidap Gangguan Lambung
Gejala gangguan lambung bisa ditandai dengan keluhan perasaan lambung tak enak, kram perut,perut kembung, nafsu makan berkurang, mual dan muntah. Kondisi ini bisa terjadi karena kondisi lambung tidak toleran terhadap makanan yang merangsang asam lambung.Asam lambung yang mudah meningkat, kerapkali membuat penderita maag atau gangguan lambung ini peru menjaga pola makan, dan memilih jenis makanan yang tepat.
Penderita gangguan lambung sebaiknya menghindari makanan yang merangsang asam lambung. Seperti, makanan terlalu pedas, asam, asin, terlalu manis, terlalu panas, atau terlalu dingin. Makanan yang menimbulkan gas, seperti nangka dan durian, juga perlu dihindari.
Selain itu, hindari juga jenis makanan berlemak seperti keju atau cokelat. Pasalnya, makanan berlemak dapat mengganggu metabolisme pada lambung
Disarankan penderita gangguan lambung juga tidak mengonsumsi makanan terlalu pedas. Jenis makanan ini bisa membuat perut kembung dan dapat menyebabkan luka pada lambung.
Solusinya,
  • makan dengan jarak waktu teratur adalah prinsip utama. Makanlah setiap 3 jam, sementara itu pengobatan untuk gangguan lambung tetap dijalankan. Penderita juga disarankan untuk perbanyak mengonsumsi air putih, karena fungsi air putih itu akan memperlancar saluran makanan.
  • Kurangi jumlah makanan Anda hingga 1/3 atau 1/2 dari porsi yang biasa Anda makan.
  • Ganti camilan dengan buah-buahan segar yang tidak asam. Minum susu nonfat tanpa gula atau teh hangat, juga tanpa gula. Sebagai teman minum teh, Anda boleh juga memilih biskuit crackers sebanyak 3 lembar.
  • Jangan pernah membiarkan perut Anda terlalu lama kosong. Di samping mengurangi makan, cobalah teratur berlatih olahraga aerobik, misalnya jalan kaki setengah jam sehari.
    Setiap manusia hampir pasti pernah mengalami sakit perut. Baik yang ringan maupun yang berat. Seringkali kita mengganggapnya sebagai sakit maag, atau yang dikenal dalam dunia kedokteran sebagai dispepsia (karena istilah “maag” dalam bahasa latin berarti lambung). Gejala sakit maag dapat menyerupai luka lambung. Luka yang dalam dinamakan tukak. Tukak lambung disebabkan oleh karena produksi asam lambung yang tinggi dan iritasi oleh bakteri yang terdapat di lambung. Ada dua macam kelainan utama pada lambung,yaitu kelainan fungsional dan kelainan organik. Kelainan fungsional lebih berkaitan dengan gangguan fungsi lambung, tidak ada perubahan anatomi organ lambung saat dilakukan pemeriksaan klinis, biokimiawi, hingga pemeriksaan penunjang lain seperti USG, endoskopi, rontgen, atau CT scan. Gejalanya perut mual, ingin muntah, nyeri ulu hati, lambung terasa penuh, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan, hingga sering buang gas. Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak yang oleh orang awam dianggap gangguan maag.
Kelainan organik ditandai dengan adanya kelainan anatomis yang dapat terlihat saat pemeriksaan endoskopi. Bentuknya bisa macam-macam, mulai dari radang atau gambaran merah pada lambung, lecet, luka, polip, atau sampai yang paling berat yaitu tumor. Pada kasus yang lebih parah yaitu muntah darah atau buang air besar berdarah, bisa dipastikan bahwa ada kelainan kronis pada lambung. Untuk lebih memastikannya, perlu dilakukan serangkain pemeriksaan muali endoskopi, histopatologi biopsy mukosa lambung, tes kultur, dan rapid ureum test.
Penyebab
Luka pada lambung merupakan penyakit yang serius. Jika dibiarkan, luka pada lambung dapat memicu terjadinya kanker. Luka pada lambung dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain :
  • Obat penghilang rasa sakit yang bersifat iritatif terhadap lambung seperti obat rematik dan aspirin bisa menimbulkan luka lambung. Pemakain yang terus menerus dapat menyebabkan terjadinya tukak lambung (peptic ulcer). Namun, bagi orang yang lambungnya lemah, baru sekali minum obat ini saja sudah dapat menyebabkan terjadinya luka lambung. Luka ini dapat mengancam jiwa jika menyebabkan terjadinya robekan pada dinding lambung.
  • Makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, alcohol, dan soda dapat memicu iritasi dan luka lambung.
  • Bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) juga dapat menyebabkan terjadinya luka lambung. Belum jelas bagaimana bakteri tersebut ditularkan. Diduga penularan terjadi melalui jalur oral atau akibat makanan yang terkontaminsi. Infeksi bakteri ini sering terjadi pada anak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Komplikasi
Komplikasi yang paling serius adalah meningkatnya risiko terjadinya kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan terus menerus dan perubahan dari sel-sel lambung. Kanker ini berkembang perlahan pada jaringan sistem kekebalan di dinding lambung. Jika diketahui pada tahap awal, kanker ini dapat disembuhkan.
Diagnosa
Pada pasien yang dicurigai adanya gangguan pada lambung, dapat dilakukan berbagai pemeriksaan tambahan antara lain :
  • Pemeriksaan darah, untuk melihat adanya antibodi H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan pasien pernah kontak dengan bakteri tersebut, namun belum tentu terinfeksi.
  • Pemeriksaan pernapasan, tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H. pylori atau tidak.
  • Pemeriksaan feses, untuk melacak secara pasti bakteri H. pylori dan juga apakah ada darah pada feses.
  • Endoskopi saluran cerna atas. Tes ini dapat melihat ketidaknormalan pada saluran cerna atas secara langsung. Jika terlihat adanya jaringan yang mencurigakan, maka dilakukan tindakan biopsy.
Pengobatan
Agar penyakit tidak kambuh, pemberantasan H. pylori harus tuntas dilakukan (eradikasi). Kongres H. pylori sedunia di Sydney pada tahun 1990 sepakat menyatakan pengobatan dapat dilakukan dengan three drug treatment yaitu tetrasiklin (TC), metronidazole (MNZ), dan amoksisilin (AMPC) atau klaritromisin (CAM). Namun karena beberapa obat tersebut harus diminum bersamaan, maka seringkali menimbulkan reaksi alergi. Karena itu, Jepang dan beberapa negara lainnya sejak 1994 lebih sering menggunakan AMPC dan CAM dikombinasi denganproton-pump inhibitor (PPI). PPI digunakan agar pH (tingkat keasaman) dalam pencernaan mendekati netral, dan dua jenis antibiotic itu tidak bekerja aktif dalam keasaman lambung. Akhir 1994, dunia kedokteran Italia mengumumkan bahwa dosis normal PPI dan CAM ditambah antiprozoal selama satu minggu akan menghasilkan eradikasi sampai 90%.
Penderita luka lambung yang tidak kunjung sembuh harus diperiksa lebih teliti. Penyakit maag memang merupakan penyakit umum yang biasanya dapat disembuhkan dengan obat jenis antacid. Namun kalau tidak sembuh dalam 2 minggu, harus diperiksa lebih lanjut.
5.Intestinum Teneu (Usus Halus)
Introduksi
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan memotong sebagian segmen usus yang  rusak atau tidak memungkinan untuk dipertahankan lagi karena berbagai sebab, untuk kemudian disambung kembali
b. Ruang lingkup
Adanya kelainan yang menyebabkan kerusakan baik sebagian atau seluruh lingkaran usus sehingga ticlak memungkinkan lagi untuk dipertahankan maka dilakukan reseksi usus untuk kemudian disambung kembali
c. Indikasi operasi
Perforasi usus oleh karena trauma atau infeksi usus dengan bagian usus yang tidak sehat, tumor usus halus dan usus besar yang masih dapat dilakukan reseksi.
d. Kontra indikasi
Keadaan umum tidak memungkinkan dilakukan operasi
e. Diagnosis Banding
Tidak ada
f. Pemeriksaan penunjang
Roentgen BOF ½ duduk, dan LLD untuk melihat udara bebas
Colon in loop
Barium Follow through
Teknik Operasi
  • Posisi pasien tidur terlentang
  • Insisi di linea mediana dengan panjang sesuai perkiraan bagian usus yang mengalami perforasi atau nekrosis.
  • Insisi diperdalam sampai mencapai cavum peritoneum
  • Seluruh pus, fases dan cairan kotor yang terdapat dalam cavum abdomen dihisap keluar
  • Dilakukan indentifikasi bagian usus yang mengalami nekrosis secara sistematis dan seterusnya.
Sebelum melakukan reseksi, pastikan dahulu bahwa usus tidak sehat sehingga ada indikasi untuk dilakukan reseksi. Tanda usus tidak sehat adalah permukaannya tidak mengkilap, tampak kering, warna kebiruan bahkan kehitaman, tidak ada kontraksi, tidak berdarah dan tidak ada pulsasi pembuluh darah, serta seromuskuler terkelupas.
Keluarkan bagian usus yang tidak sehat tersebut diluar cavum abdomen, berikan alas dengan kain kasa dibawahnya untuk mencegah kontaminasi kedalam cavum peritoneum.
Identifikasi lokasi pembuluh darah yang memberikan suplai pada usus yang tidak sehat tersebut, kemudian ligasi pembuluh darah tersebut. Lakukan pemotongan mesenterium menuju tepi-tepi usus yang tidak sehat tersebut secara segmental. Tepi-tepi usus dipotong dengan menggunakan pisau, hindari menggunakan diatermi karena akan merusak lapisan usus. Rawat perdarahan dengan diatermi. Evaluasi kembali vaibilitas tepi-tepi usus yang telah dipotong.
Dekatkan kedua tepi usus yang telah dipotong untuk membandingkan diameter lumen yang akan disambung. Jika terdapat perbedaan diameter lumen maka dilakukan eksisi tepi usus tersebut sehingga tedadi kesamaan diameter lumen. Dilakukan teugel pada ujung-ujung usus dengan benang silk 3/0 jarum non­traumatik. Kemudian dilakukan penjahitan secara seromuskuler dengan benang non absorbable multi filament sintetik 3/0 secara kontinu mulai dari sisi belakang usus. Hal yang lama kemudian diulangi untuk sisi depan usus. Jarak antara jahitan satu dengan lainnya kira-kira 1/2 cm. Pastikan tepi-tepi serosa usus telah tertutup rapat.
Setelah itu evaluasi kembali viabilitas usus, pastikan lumen tidak terlalu sempit dengan cara mempertemukan ujung jari dengan ibu jari operator pada lokasi anastomosis
Komplikasi Operasi
Kebocoran anastomosis,Infeksi,Perdarahan,Sepsis
Mortalitas
Tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Perawatan pasca Bedah
Penderita dipuasakan. Lama puasa tergantung lokasi usus dan jenis kelainan yang mendasarinya.
Selama puasa penderita diberikan Total Parenteral Nutrisi dengan jenis dan komposisi tergantung fasilitas yang ada.
Pemeriksaan laboratorium yang dikerjakan selama perawatan adalah Darah Lengkap, albumin serum, Natrium dan Kalium serum.Kelainan hasil laboratorium hares segera dikoreksi.
Follow-Up Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi klinis penderita secara keseluruhan.
1.Pengertian
            Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
            Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2.Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
3.Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
4.Manifestasi
Klinik Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
a. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
5.Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
6. Penatalaksanaan
a.. Perawatan.
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet.
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan.
1) Klorampenikol
2) Tiampenikol
3) Kotrimoxazol
4) Amoxilin dan ampicillin
7. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darahBila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biarkan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a.Faktor yang berhubungan dengan klien :
1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Faktor Presipitasi dan Predisposisi
Faktor presipitasi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari wc dan menyiapkan makanan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :
a. Resti ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b.d hipertermi dan muntah.
b. Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
c. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi.
d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :
Diagnosa 1:Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan :
Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi,Kriteria hasil :
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batasnormal,tanda-tanda dehidrasi tidak adaIntervensi :Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
Diagnosa. 2:Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungandengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil :Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak pucat.
Intervensi :Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).
Diagnosa 3:Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan:Hipertermi teratasi
Kriteria hasil :
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi :
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
Diagnosa 4:Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Kriteria hasil :
Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi :
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin sesuai indikasi.
Diagnosa 5:Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi
purulen/drainase serta febris.
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
Diagnosa 6:Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat
Tujuan :Pengetahuan keluarga meningkatKriteria hasil :
Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.
Intervensinya :
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
4.Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
Sebagai saluran terakhir pencernaan makanan, usus berpotensi terkena kanker dari makanan yang kita konsumsi. Ada lima stadium dengan sifat masing-masing dan besaran kemungkinan bertahan hidup yang semakin kecil bagi pasien.
Pemeriksaan medis

Fiberoptik kolonoskopi:
Memasukkan sejenis pipa terbuat dari serat optik ke dalam usus melalui anus (dubur). Kamera yang terdapat pada alat itu bisa digunakan untuk melakukan pemeriksaan apakah dalam usus terdapat polip atau tidak.

CT Scan.
Pemeriksaan darah:
Menentukan tumor marker CEA (carcino-embryonis antigen) dalam darah.
Perawatan
Kemoterapi
Radiasi
Operasi
Pemotongan usus besar yang sakit, dan menyambungkan kembali dua ujung bagian usus besar yang sehat.
Teknik laparoskopi:
Melalui beberapa lubang kecil yang dibuat dibeberapa titik di perut. Operasi dilakukan dengan alat-alat kecil yang dioperasikan lewat lubang-lubang itu dan dipantau lewat layar monitor.
Deteksi Dini:
Seperti halnya deteksi dini kanker mulut rahim menggunakan papsmear atau untuk kanker payudara memakai mamografi, terhadap kanker kolon pun bisa dilakukan deteksi dini.
Deteksi dini kanker kolon dianjurkan kepada mereka yang telah menginjak usia 50 tahun. Tetapi bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah terkena kanker ovarium, kolon dan kanker paru, disarankan melakukan deteksi dini sebelum usia 50 tahun.
Kanker kolon dianggap sebagai penyakit yang perjalanannya lambat. Karena itu masyarakat dianjurkan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan darah yang ada dalam tinja dan kolonoskopi.
“Sebaiknya deteksi dini dilakukan sejak usia 40 tahun bagi yang memang memiliki riwayat ketiga jenis kanker tersebut dalam keluarganya,” kata dr Aru W Sudoyo, konsultan hematologi dan onkologi medik dari FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo kepada Media Indonesia, pekan lalu di ruang kerjanya.
Apalagi bagi mereka yang telah mengalami gejala, seperti perdarahan pada saat buang air besar dan tertutupnya jalan usus atau penyumbatan,” lanjut Aru, deteksi dini sangat disarankan..
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, apakah terdapat darah pada tinja atau tidak. Kemudian pemeriksaan secara visual dengan endoskopi di kolon atau disebut kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun.
Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan.
Cara lain untuk menunjang diagnosis kanker kolon adalah dengan enema barium. Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi.
Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.
Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya. Aru mengatakan dengan deteksi dini diharapkan kanker kolon dapat segera ditangani atau diterapi. Beberapa terapi, seperti kemoterapi dan radiasi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kolon
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).
Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang.Pengumpulan cairan karena tumor pada pleura sulit untuk diobati karena cairan cenderung untuk terbentuk kembali dengan cepat. Pengaliran cairan dan pemberian obat antitumor kadang mencegah terjadinya pengumpulan cairan lebih lanjut. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bisa dilakukan penutupan rongga pleura. Seluruh cairan dibuang melalui sebuah selang, lalu dimasukkan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat pengumpulan cairan tambahan.
Jika darah memasuki rongga pleura biasanya dikeluarkan melalui sebuah selang.Melalui selang tersebut bisa juga dimasukkan obat untuk membantu memecahkan bekuan darah (misalnya streptokinase dan streptodornase). Jika perdarahan terus berlanjut atau jika darah tidak dapat dikeluarkan melalui selang, maka perlu dilakukan tindakan pembedahan.
Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bisa dilakukan pembedahan atau pemberian obat antikanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening.
Kanker Usus Halus
DEFINISI
            Kebanyakan tumor usus halus adalah jinak.Tumor ganas yang kurang sering ditemukan meliputi karsinoma, limfoma dan tumor karsinoid.
TUMOR JINAK
Tumor jinak pada usus halus meliputi:
- Lipoma (sel-sel lemak)
- Neurofibroma (sel-sel saraf)
- Fibroma (jaringan ikat)
- Leiomioma (sel-sel otot).
Kebanyakan tumor jinak tidak menyebabkan gejala. Tetapi tumor yang berukuran besar bisa menyebabkan terdapatnya darah salam tinja, penyumbatan usus (sebagian atau total), atau penjeratan usus bila satu bagian usus masuk ke usus yang berada di depannya (intususepsi).
Bisa dilakukan pemeriksaan endoskopi untuk mengamati tumor dan mengambil contoh untuk pemeriksaan mikroskopik.Foto rontgen barium dapat menunjukkan seluruh usus halus dan bisa digunakan untuk menggambarkan keadaan tumor.
Arteriografi (foto rontgen yang diambil setelah zat warna disuntikkan ke dalam pembuluh darah) bisa dilakukan pada pembuluh darah usus, terutama bila tumornya berdarah.Teknetium radioaktif bisa disuntikkan ke dalam pembuluh darah dan dilihat hasilnya pada foto rontgen. Prosedur ini membantu menentukan lokasi dari tumor yang berdarah.Perdarahan kemudian dikoreksi dengan pembedahan.Pertumbuhan kecil bisa dihancurkan melalui endoskopi dengan elektrokauter, panas atau fototerapi laser.Untuk pertumbuhan yang besar,mungkin perlu dilakukan pembedahan.
TUMOR GANAS
           Karsinoma pada usus halus jarang terjadi. Tetapi lebih sering terjadi pada penderita penyakit Crohn di usus halus.Limfoma, kanker yang terjadi pada sistem getah bening, bisa tumbuh pada bagian tengah usus halus (jejunum) atau bagian bawah usus halus (ileum).Limfoma bisa menyebabkan bagian usus menjadi kaku dan memanjang.
Kanker ini lebih sering ditemukan pada penderita penyakit seliak.Usus halus, terutama ileum, adalah bagian yang paling sering terkena tumor karsinoid.
Tumor bisa menyebabkan penyumbatan dan perdarahan ke dalam usus, yang bisa menimbulkan gejala berupa darah dalam tinja, nyeri kram perut, perut menggelembung dan muntah.Tumor karsinoid bisa mengeluarkan hormon yang menyebabkan diare dan kemerahan di kulit.Diagnosis kanker usus halus dibuat berdasarkan hasil foto rontgen barium, endoskopi atau pembedahan eksplorasi.
Pengobatan terbaik adalah pengangkatan tumor.
Sarkoma Kaposi
Sarkoma Kaposi yang sangat ganas, terutama terjadi di Afrika dan pada penerima organ cangkokan serta penderita AIDS.
Tumor ini bisa dimulai di bagian usus mana saja, tetapi biasanya dimulai dari lambung, usus halus atau di akhir usus besar
           Walaupun biasanya tidak menimbulkan gejala, penderita bisa mengalami diare dan tinjanya bisa mengandung protein dan darah.Bisa terjadi intususepsi (masuknya sebagian usus ke dalam usus di dekatnya), cenderung menyumbat usus dan menghentikan aliran darah ke usus, sehingga perlu dilakukan pembedahan darurat.
Sarkoma Kaposi juga bisa muncul sebagai bintik merah keunguan di kulit.
Untuk memperkuat diagnosis, perlu dilakukan pembedahan eksplorasi.
Pengobatannya adalah pengangkatan tumor melalui pembedahan.
6. Intestinum Crassum(Usus Besar)

Tes-Tes Untuk Mendeteksi Kanker Usus Besar

Ketika kanker usus besar dicurigai, salah satu dari suatu lower GI series (barium enema x-ray) atau colonoscopy dilakukan untuk menkonfirmasikan diagnosis dan melokalisir tumor.
Suatu barium enema melibatkan pengambilan x-rays dari usus besar dan rektum setelah pasien diberikan suatu enema dengan suatu cairan yang putih seperti kapur yang mengandung barium. Barium memperlihatkan usus-usus besar pada x-rays. Tumor-tumor dan kelainan-kelainan lainnya tampak sebagai bayangan-bayangan gelap pada x-rays.
Colonoscopy adalah suatu prosedur dimana dokter memasukkan suatu tabung panjang penglihat yang lentur kedalam rektum dengan tujuan memeriksa bagian dalam dari seluruh usus besar. Colonoscopy pada umumnya dipertimbangkan lebih akurat daripada barium enema x-rays, terutama dalam mendeteksi polip-polip kecil. Jika polip-polip usus besar ditemukan, mereka biasanya diangkat melalui colonoscope dan dikirim ke ahli patologi. Ahli patologi memeriksa polip-polip dibawah mikroskop untuk memeriksa kanker. Ketika mayoritas (kebanyakan) dari polip-polip yang diangkat melalui colonoscopes adalah jinak (ramah), banyak adalah yang belum bersifat kanker (precancerous). Pengangkatan dari polip-polip sebelum bersifat kanker mencegah pengembangan dari kanker usus besar dimasa depan dari polip-polip ini.
Jika pertumbuhan-pertumbuhan yang bersifat kanker ditemukan sewaktu colonoscopy, contoh-contoh jaringan yang kecil (biopsies) dapat diperoleh dan diperiksa dibawah mikoroskop untuk mengkonfirmasikan diagnosis. Jika kanker usus besar dikonfirmasikan oleh suatu biopsy, pemeriksaan-pemeriksaan pementasan dilakukan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar pada organ-organ lain. Karena kanker kolorektal cenderung untuk menyebar ke paru-paru dan hati, tes-tes pementasan biasanya memasukkan x-rays dada, ultrasonography, atau suatu scan CAT scan dari paru-paru, hati, dan perut.
Kadangkala, dokter dapat mendapatkan suatu tes darah untuk CEA (carcinoembyonic antigen). CEA adalah suatu unsur yang dihasilkan oleh beberapa sel-sel kanker. Ia adakalanya ditemukan dalam tingkat-tingkat yang tinggi pada pasien-pasien dengan kanker kolorektal, terutama ketika penyakitnya telah menyebar.

Polip Usus Besar & Rektum



DEFINISI
         Polip adalah pertumbuhan jaringan dari dinding usus yang menonjol ke dalam usus dan biasanya tidak ganas.Polip bisa tumbuh dengan atau tanpa tangkai dan ukurannya bervariasi. Polip paling sering ditemukan di rektum dan bagian bawah usus besar (kolon), dan jarang ditemukan di kolon bagian atas.
Sekitar 25% penderita kanker usus besar juga memiliki polip di tempat lain di usus besar. Jika polip adenomatosa di kolon tidak diangkat, kemungkinan akan menjadi ganas. Makin besar ukurannya, makin besar resiko terjadinya keganasan.
GEJALA
         Kebanyakan polip tidak menyebabkan gejala, tapi gejala paling sering terjadi adalah perdarahan dari rektum. Polip yang besar bisa menyebabkan kram, nyeri perut atau penyumbatan usus. Polip yang bertangkai panjang jarang turun ke bawah melalui anus. Polip besar dengan bentuk seperti jari (adenoma vilus) bisa mengeluarkan air dan garam, menyebabkan diare cair yang bisa menyebabkan menurunnya kadar kalium darah (hipokalemia). Jenis polip ini lebih sering berkembang menjadi keganasan (kanker).
DIAGNOSA
          Pada pemeriksaan colok dubur akan dapat dirasakan oleh jari tangan adanya polip di rektum. Selain itu, polip biasanya ditemukan pada pemeriksaan rutin sigmoidoskopi.
          Bila pada sigmoidoskopi ditemukan polip, maka dilakukan kolonoskopi untuk memeriksa keseluruhan usus besar. Pemeriksaan ini dilakukan, karena seseorang sering memiliki polip lebih dari satu dan karena polip bisa bersifat ganas.
         Pada kolonoskopi juga dilakukan pengambilan contoh jaringan untuk biopsi dari daerah yang kelihatannya ganas.
PENGOBATAN
 *Penderita diberi obat pencahar dan enema untuk mengosongkan usus. Lalu polip diangkat selama kolonoskopi dengan menggunakan pisau bedah atau lingkaran kawat yang dialiri arus listrik. Bila polip tidak memiliki tangkai atau tidak dapat diambil selama kolonoskopi, mungkin perlu dilakukan pembedahan perut.
*Ahli patologi memeriksa polip yang telah diambil.
*Bila polip bersifat ganas, pengobatan tergantung kepada faktor-faktor tertentu. Contohnya, resiko penyebaran kanker lebih tinggi jika kanker sudah mencapai tangkai polip atau lebih dekat ke tempat pemotongan. Resiko penyebaran kanker juga bisa didasarkan pada hasil pemeriksaan ahli patologi terhadap penampakan polip di bawah mikroskop.
*Bila resikonya rendah, tidak diperlukan pengobatan lebih lanjut. Bila resikonya tinggi, bagian usus besar yang terkena diangkat melalui pembedahan dan potongannya disambungkan lagi.
*Jika polipnya sudah diangkat, setahun kemudian dan dalam selang waktu yang ditentukan oleh dokternya, seluruh usus besar diperiksa dengan kolonoskopi.
*Bila pemeriksaan tidak mungkin dilakukan karena telah terjadi penyempitan usus besar, maka digunakan barium enema. Setiap polip yang baru harus diangkat.
OBSTRUKSI USUS
A.Pengertian
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.
Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Obstruksi usus merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus.
Etiologi
1.    Perlengketan :
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pasda jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2.    Intusepsi :
Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3.    Volvulus :
Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya
4.    Hernia :
 Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen
5.    Tumor :
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus. 
B.Faktor Predisposisi
Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang disebabakan disfungsi umum kelenjar eksokrin pancreas. Keadaan ini menyebabakan berkurangnya enzim pancreas yang mengalir ke lumen usus halus sehingga issi usus halus menjadi kental dan menyumbat lumen usus. Gambaran radiologist yang ditemukan ialah pelebaran usus dan tampak bayangan udra yang granular diantara mekonium yang kental tersebut.
C.Gejala
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh gangguan pasase usus tergantung oleh 3 faktor, yaitu :
1.        letak obtruksi
gejala muntah makin menonjol bila letak obstruksi makin kearah oral, sedangkan kembung hanya terbatas pada epigastrium. Bila letak obtruksi lebih ke arah anal, gambaran kembung yang lebigh jelas dan dapat meliputi seluruh perut, sedangkan muntah baru timbul kemudian.
2.        Lamanya obtruksi
Pada bayi baru lahir udara mencapai kolon setelah 12 jam.
3.        Obtruksi total atau parsial
Pada obstruksi tinggi baik parsial maupun total, gejal muntah akan sangat mencolok. Pada obtruksi parsial rendah di dapatkan gejala kembung, tetapi muntah sangat jarang.
Pada bayi harus dipikirkan terdapat obstruksi usus bila terdapat trias yang terdiri darai gangguan pasase mekonium, muntah (terutama muntah berwarna hijau), perut kembung.
Muntah akan menyebablan penderita kehilangan air dan elektrolit dan mula-mula akan menyebabkan alkalosis hipokloremik dan hipokalemia. Muntah yang tidask mendapat perawatan seharisnya akan dapat menimbulkan aspirasi. Perut yang kembung akan menyebabakan transudasi intra-intestinal sehingga kehilangan air terjadi lebih banyak lagi dan timbul hipoproteinenia. Desakan perut yang kembung akan menyebabkan gangguan pernapasan, sehingga timbul hipoksemia dan sianosis. 
D.Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi dapat mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi.
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang.

E.Klasifikasi
a.Obstruksi Usus Halus
Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus.
Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di area gastriuntestinalyang terjadi, semakin jelas adaanya distensi abdomen. Jika berlaanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
b.Obstruksi Usus Besar
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.
F.Pemeriksaan Laboratorium
a.Obstruksi Usus Halus :
Diagnosa didasarkan pada gejala yang digambarkan diatas serta pemeriksaan sinar-X. Sinar-X terhadap abdomen akan menunjukkan kuantitas dari gas atau cairan dalam usus. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukkan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi
b.Obstruksi Usus Besar :
Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan simtoma-tologi dan sinar-X. Sinar-X abdomen (datar dan tinggi) akan menunjukkan distensi abdomen. Pemeriksaan barium dikontraindikasikan.
 G.Komplikasi
1.  Peritonitis septicemia
2.  Syok hipofolemia
3.  Perforasi usus
 H.Penatalaksanaan
1.Medis
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
a.Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
b.Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.
1.Asuhan Kebidanan

Tindakan yang dapat dilakukan antara lain :
1.     Anak di puasakan
2.     Pemberian cairan dan elektrolit yang sesuai secara parenteral
3.     Pengosongan lambunmg dan usus dengan cara menghisapnya terus –menerus
4.     Anak ditidurkan dengan posisi setengah duduk dengan kepala mirng atau lebih rendah sesuai letak obstruksi
7 Abdomen(Perut)
Pemeriksaan abdomen pada anak dilakukan dengan cara inspeksi,auskultasi,palpasi dan perkusi.Pemeriksaan auskultasi harus dilakukan terlebih dahulu agar bising usus atau peristaltik usus yang akan didengarkan tidak dipengaruhi oleh stimulasi dari luar melalui palpasi atau perkusi.Organ yang diperiksa dalam abdomen,antara lain hati,ginjal dan lambung.
1.Inspeksi: Dilakukan untuk menilai ukuran dan bentuk perut.Apabila membuncit simetris,dapat terjadi hipokalemi,hipotiroid,penimbunan lemak,peforasi,asites,dan illeus obstruktif.Apabila membuncit Asimetris,maka kemungkinan dijumpai pada poliomyelitis,pembesaran organ intra abdominal,illeus dan lain-lain.Kemudian,dapat diamati gerakan pada dinding perut.
2.Auskultasi: Dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan adanya suara peristaltic usus normal yang terdengar setiap 10-30 detik.Peristaltik usus meningkat(nyaring) pada obstruksi traktus gastrointestinal dan menurun pada peritonitis atau illeus.Selain itu,suara bising(bruit)juga kemungkinan dapat terdengar pada seuruh permukaan perut pada koarktasio aorta abdominalis.Apabila suara ini dapat terdengar pada daerah ginjal bagian posterior,kemungkinan terjadi konstriksi salah satu arteri renalis.
3.Perkusi: Dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju kebagian bawahabdomen.Dengan penilaian normal(bunyi timpani) pada seluruh lapangan abdomen,sedangkan bunyi abnormal mengidentifikasikan kemungkinan obstruksi saluran gastrointestinal,illeus dll.Adanya asites dapat diketahui redup yang berpindah perkusi dari umbilicus ke sisi perut(shifting dullness).
4.Palpasi: Dilakukan dengan monomanual(satu tangan) atau bimanual(dua tangan),seperti pada palpasi pada lapangan atau dinding abdomen dengan adanya nyeri tekan,ketegangan dinding perut,palpasi pada hati(normal umur 5-6 tahun teraba 1/3 dengan tepi tajam,konsistensi kenyal,permukaan rata,dan tidak ada nyeri tekan),palpasi limfa(normal masih teraba 1-2 cm dibawah arkus kosta)dilakukan dan palpasi ginjal(normal tidak teraba,kecuali pada neonatus) dengan meletakkan tangan kiri pemeriksa di bagian posterior tubuh dan jari telunjuk meneken ke atas,sementara tangan kanan melakukan palpasi.
8 Rektum dan Anus
Selain pemeriksaan pada bagian dalam organ diatas,dapat juga dilakukan pemeriksaan pada bagian organ lain seperti rektum dan anus,untuk menilai keadaan congenital seperti adanya fisura,polip,atau tanda-tanda radang.Pemeriksaan lain adalah dengan cara colok dubur dengan posisi tengkurap,fleksi kedua sendi lutut.Gunakan sarung tangan ,lalu periksa dengan jari.
Sfingter dan Rektum bawah
·         Tonus sfingter:penting,penurunan tonus pada sfingter anus---mungkin sama pada sfingter uretra dan detrusor
·         DRE harus dilakukan dengan pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh rektum bawah untuk menyingkirkan stenosis,hemorrhoid,kriptitis dll
·         Konsistensi
-Normalnya:seperti Thenar(bag.dalam pangkal ibu jari)saat dikontraksikan agak sedikit lebih kenyal
-Lebih lembut---infeksi,kurang sanggama,dll
-Indurasi---tumor
-Kesulitan membedakan daerah yang lunak pada prostat---Fibrosis karena infeksi nonspesifik,prostatis granulomatosa,nodul tuberkolosis,kalkulus prostat atau kanker prostat dini.
-Secara umum:perbedaan infeksi dan tumor
Infeksi:ada perubahan dari nodul yang keras dengan terlebih dahulu ada bagian yang lunak dan kembali seperti konsistensi prostat
Tumor:perubahan terjadi tiba-tiba pada perabaan
-Klinisi yang berpengalaman sekalipun sukar membedakannya secara pasti---perlu laboratorium dan imaging
Mobilitas
·         Mobilitas pada perabaan,bias terfiksir pada ekstensi tumor melampaui kapsul
·         Pada dewasa sebaiknya dilakukan mosase prostat secara rutin untuk menilai sekresinya secara mikroskopis.
·         Dan jangan di misase pada discharge uretra akut,akut prostatisis,akut prostatosistitis,pada pria yang hamper retensi komplit atau nyata-nyata keganasan
Teknik Mosase Prostat
·         Pasien Mobilitas
·         Mobilitas pada perabaan,bias terfiksir pada ekstensi tumor melampaui kapsul
·         Pada dewasa sebaiknya dilakukan mosase prostat secara rutin untuk menilai sekresinya secara mikroskopis.
·         Dan jangan di misase pada discharge uretra akut,akut prostatisis,akut prostatosistitis,pada pria yang hamper retensi komplit atau nyata-nyata keganasan
·         Posisi telungkup di tepi meja dengan kedua tungkai diregangkan
·         Lakukan pijatan dengan ujung jari telunjuk dari superior keinferior untuk mensekresikancairan prostat.
·         Pijatan dimulai dari lateral ke medial
·         Vesikula seminalis juga dipijat dari atas ke bawah kea rah medial
·         Setelah pijatan akan didapatkan sejumlah secret prostat,jika tidak didapatkan maka minta pasien untuk berkemih
·         Jika ditemukan sejumlah pus diduga suatu prostatitis
·         Smear tidak dianjurkan
·         Kadang-kadang perlu dilakukan kultur--- organisme non spesifik,bacillus tuberkel,gonococcus,clamidia.
Vesikula Seminalis
·        Walaupun sukar harus tetap dicoaba
·        Normal---tidak teraba
·        Over distensi teraba kistik
·        Pada tuberculosis,cystosomiasis,karsinoma lanjut,jelas teraba adanya indurasi.
Kelenjar Getah Bening
·        Harus diingat bahwa pada HIV terjadi lymphadenopati generalisata KGB inguinal dan subinguinal
·        Pada infeksi kulit,scrotum dan vulva---KGB membesar
·        Tumor ganas pada penis,scrotum dan uretra distal wanita metastasis ke KGB sub/inguinal
KGB lain
·        Tumor testis dan prostat dapat metastase ke KGB supraklavikula kiri
·        Tumor buli dan prostat metastase ke KGB iliaca interna/externa dan preaorta
·        Apabila ditemukan maka di abdomen atas,harus dicurigai suatu metastase keganasan testis.

BAB III

PENUTUP


 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat penulis adalah:
1.      Banyak manfaat yang dapat kita ambil dalam mempelajari “PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN”
2.      Kita bisa tahu bagaimana cara mengidentifikasi sistem pencernaan pasien
3.      membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
4.      Mengevaluasi pelaksanaan yang telah diberikan terutama dalam sistem pencernaan pasien.dll
Saran
             Saran Untuk Pemerintah:Sebaiknya pemerintah menyarankan pada menteri kesehatan untuk menambah petugas pelayanan kesehatan agar pelayanan pemeriksaan pasien dapat diketahui dan ditangani dengan benar,sehingga proses penindak lanjutan penyembuhannya pun berjalan sesuai dengan prosedur dan berjalan dengan lancer. 
             Saran dari penulis untuk pembaca adalah:jangan merasa ragu apabila seorang petugas pelayanan kesehatan sedang memeriksa keadaan fisik kita Karena pemeriksaan fisik ini sangat bermanfaat,selain bisa mengumpulkan data-data pasien,petugas juga bisa tahu cara apa yang terbaik untuk proses penyembuhan penyakit yang akan diberikan pada pasiennya.




iii
DAFTAR PUSTAKA



www.wikipedia.com
Wikipedia/pemeriksaan fisik
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0064%20Bio%202-5b.htm
“Health and human rights”. http://www.who.int/hhr/en/
hudachairi.multiply.com/journal/item/14/Faringitis






Tidak ada komentar:

Posting Komentar